Part 12 • Soothing Explanation

61 22 1
                                    

Langit sore hari mulai gelap, Katya tidak akan kembali ke sekolah hanya untuk mengambil tas dan beberapa barang-barang lainnya di sana, padahal mejanya masih berantakan buku-buku pelajaran. Katya berharap ada seseorang yang merapikannya, tentu saja yang ada dipikirannya adalah Edgar, manusia paling peka.

Sekarang Katya menelusuri jalan tak jauh dari sekitar cafe, entah kemana kakinya melangkah, ia sedang tidak baik-baik saja walaupun sudah bertemu seseorang yang selama ini ditunggunya, karena pertemuan tadi tidak sesuai ekspektasinya selama ini, mamanya tetap seperti dulu, wanita sibuk yang beralibi menyelamatkan nyawa orang lain, Katya tidak egois, ia merelakan waktunya dengan sang mama bahkan dua tahun tidak bertemu. Hal ini yang membuatnya tidak bersemangat dan ingin menangis saat ini juga jika saja orang-orang tidak ada yang berlalu lalang.

Tak sengaja matanya menangkap sosok Jevan, ketua kelasnya yang tidak masuk sekolah hari ini. Cowok itu baru keluar dari minimarket dengan beberapa bingkisan di tangannya lalu memasukkannya ke dalam mobil yang terparkir di depan minimarket, tak lama ada seorang wanita menghampirinya dan Jevan membukakan pintu mobil di samping pengemudi, Katya dapat melihat jelas siapa wanita itu, postur tubuhnya dan pakaian yang dikenakannya sangat persis seperti mamanya. Memang itu Jane, Katya tidak salah lihat.

Jevan tidak langsung mengemudi, ia kembali ke tempat-tempat yang berjajar di sana. Tanpa ragu Katya ikut masuk ke dalam toko roti.

"Jevan!" panggilnya setelah berlari untuk menghampiri Jevan.

"Eh Katya?" cowok itu tengah melihat-lihat roti, beralih pada gadis bergigi kelinci itu yang sekarang ada di sampingnya.

"Kamu kenapa gak masuk sekolah tadi?" padahal Katya tahu alasan Jevan mengingat ucapan Rangga.

"Gue harus jemput mami gue dari Aussie."

"What the fuck."

"Lo kasar, sejak kapan lo bisa ngomong gitu?" nyatanya Jevan hanya terkekeh pelan, belum menyadari respon Katya yang menyinggung hal lain.

"Gak penting. Siapa nama mama kamu?"

"Kenapa si, Kat? Eh kok lo ada di sini?"

"Jevan jawab aku!"

"Mami gue?"

"Iya."

"Mami Jane."

Katya terdiam sejenak, seolah semua yang ada di sekitarnya runtuh menimpa dirinya, fakta mengejutkan apa ini? Apakah ia dan Jevan bersaudara? Perlahan air matanya menumpuk di pelupuk mata, ia belum siap menerima fakta lainnya, lantas yang harus di lakukannya sekarang adalah pergi untuk menenangkan diri sendiri.

"Aku pergi dulu."

"E- eh mau kemana lo?" teriak Jevan, percuma Katya tak akan menanggapinya.

***

Kenapa turun hujan di waktu yang tidak tepat? Katya belum sampai rumah, ia meneduh di halte padahal sedari tadi banyak bus yang lewat tapi rasanya tak ingin menjadi perhatian banyak orang, karena saat hujan turun Katya kembali merasakan sakitnya, tapi ia tidak ingat kejadiannya hanya perasaannya yang membekas.

Katya duduk di kursi yang tersedia sambil menundukkan kepalanya menyembunyikan mata sembab itu sambil menahan sesak napasnya, tak tahu jika nekat naik bus mungkin akan banyak orang melihat keadaanya sekarang yang cukup kacau.

Tangannya bergetar sekedar mengusap air matanya, beruntung tak ada satupun orang di sini, ia hanya di temani lalu lalang kendaraan dan suara deras hujan. Sampai pada akhirnya sebuah mobil berhenti tepat di depan halte, seseorang turun untuk menghampiri Katya, pakaiannya sedikit basah terkena air hujan lalu memegang kedua pundak Katya berusaha melihat wajah gadis itu.

"Maaf mama ninggalin kamu tadi."

Mendengar suara itu, Katya mendongakkan kepalanya menatap manik mata sang mama dengan sorot yang tidak di mengerti Jane.

"Katya, lo baik-baik aja? Mami, itu Katya temen sekolah aku, bawa aja ke mobil." seseorang menyusul Jane menghampiri Katya dengan payung.

Katya melihat dan mendengar semuanya, Jane dan Jevan. Dan Katya tidak salah Jevan memanggil wanita itu dengan sebutan mami.

"Nanti mama jelasin semuanya di rumah," bisik Jane pada Katya sangat pelan sambil membantunya berdiri.

"Jevan bantu Katya." perintah Jane.

Katya menurut, sementara Jane berdiam di tempat tadi menghela napas panjang, menetralkan jantungnya jika saja tiba-tiba Katya memanggilnya di depan Jevan, pikirannya kalut sekarang.

***

Sekarang Katya sudah di rumah sendirian, selama di perjalanan tadi Katya hanya diam, seperti yang Jane katakan ia akan menjelaskannya di rumah, tapi Jane malah pergi dengan Jevan setelah mengantarkan Katya sampai rumah.

Ia bersiap untuk tidur namun ponselnya bergetar entah yang keberapa kalinya, Katya memang merasakannya sedari tadi siang, tapi belum sempat membukanya. Setelah di buka ada puluhan notifikasi hanya dari Edgar, sepertinya cowok itu sangat khawatir pada Katya sekarang.

15 panggilan tidak terjawab dan 20 pesan masuk yang berisi menanyakan keberadaan Katya, berniat menyusulnya, memberitahunya bahwa tas gadis itu sudah dirapikannya hingga pesan barusan masuk Edgar kembali menanyakan keberadaan Katya.

Setidaknya hari ini Katya bisa tersenyum karena pesan itu, cepat-cepat ia membalasnya memberitahu Edgar kalau ia sudah berada di rumahnya.

Tak lama notifikasi pesan muncul, bukan balasan dari Edgar tapi Jane yang memberitahunya bahwa ia ada di depan rumahnya. Katya membelalakan matanya, tanpa pikir panjang ia menyibakkan selimutnya dan berlari keluar rumah.

"Mama." katanya setelah membuka pintu rumah.

"Sesuai janji, mama mau menjelaskan semuanya."

"Ayo masuk, Ma." Katya mengenggam tangan Jane dan membawanya duduk di sofa, tanpa melepaskan genggamannya mengisyaratkan jangan meninggalkannya lagi.

"Katya, Jevan itu pasien mama, kamu jangan salah paham." Jane mengelus pelan rambut putrinya membiarkan Katya menyandarkan kepala di bahunya.

"Terus kenapa Jevan panggil mama dengan sebutan yang sama kayak aku?"

"Dia punya trauma, kedua orang tuanya sudah tidak ada, mama ketemu sama Jevan karena dia salah satu pasien yang mama tangani waktu dia mengalami kecelakaan, karena tidak ada penanggung jawab dan ia harus melakukan operasi, mulai dari sanalah mama mengangkatnya jadi anak mama sendiri dan bertanggung jawab atas Jevan. Jevan waktu itu senang karena merasa ada yang menggantikan sosok kedua orang tuanya meskipun mama tidak banyak menghabiskan waktu sama dia."

Katya yang mendengarnya merasa teringat sesuatu, mungkinkah saat kejadian itu Katya ada di samping mamanya?

Namun yang ada sekelebat bayangan tentang kecelakaan yang muncul di memorinya, sebuah mobil bertabrakan, sudah cukup sampai di sana ingatannya hanya selewat. Katya tidak tahu detail lebihnya.

"Mama adalah orang yang baik," gumam Katya.

"Maafin mama Katya, jarang membagi waktu buat kamu."

"No problem, you are the best mom for me."

***

Sampai sini paham gak? Hehehe

MAGIC VIOLET ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang