e n a m b e l a s

2.2K 331 25
                                    

Apa kabar kalian?

Selamat membaca (「'・ω・)「

______________________

Mata renjun bersinar kala melihat pasar tradisional yang Jeno kunjungi teramat ramai.

Bau-bau heharuman makanan berseliweran di depan hidungnya, bagaimanapun renjun juga manusia walau setengahnya.

Perut kecilnya berbunyi menandakan ingin segera di isi. Kaki-kaki kecilnya berhenti melangkah. "Sayang sekali aku sudah pergi jauh dari Jeno." renungnya dalam diam.

Tadi baru saja kuda yang di tumpangi Jeno berhenti di depan pasar, orang-orang sudah berkumpul menjadi satu sehingga membuat mahkluk kecil yang berada di antara kaki-kaki manusia terhimpit dan sesak.

Maka dari itu ia melarikan diri dan menjauh dari Jeno demi mengakhiri ketidaknyamanannya.

Tapi dengan bodohnya ia malah pergi jauh dari sang 'pemilik' meninggalkannya dengan sekerumunan orang. Sekarang ia lapar tapi ia tak memiliki uang. Lagi pula renjun dalam keadaan menjadi rubah tidak mungkin juga ia bisa menyimpan uang apa lagi tiba-tiba membeli sendiri dan membawa uang di giginya.

Arah pandanganya terfokus pada daging unggas yang sedang terbakar di bara api.

Pedagang kaki itu melirik sekilas pada renjun. "Rubah siapa ini? Berani sekali muncul di tengah keramaian." ucap pedagang itu.

Naluri binatangnya berkobar, niat untuk makannya membuat renjun nekat. Dengan gesit gigi taringnya mengambil dagangan itu lalu berlari dengan cepat.

Sang pedagang berteriak mengumpat ketika dagangannya dicuri.

"Mahkluk sialan! Seharusnya tadi ku bakar saja sekalian."

Karena teriakan pedagang tersebut datang lah sesorang yang berpakaian bangsawan kelas atas.

"Apa yang membuatmu berteriak?"

Pedagang tersebut terkejut tidak menyangka dirinya di hampiri oleh raja langsung. Ia tau jika raja baru mereka berkunjungan di pasar kecil ini, hanya saja ia malas untuk berkerumunan.

Pedagang tersebut membungkuk hormat. "Maaf yang mulia membuat anda terkejut dengan teriakan hamba. Tadi saya melihat rubah nakal yang mencuri dagangan hamba yang mulia."

Jeno mengernyit. "Rubah?"

Jeno melirik kebawah dan baru menyadari bahwa mahkluk kecilnya tidak ada di sampingnya.

"Dimana rubah tersebut berlari?"

"Hamba menjawab yang mulia, rubah tersebut berlari ke arah timur."

"Kalau begitu berapa harga daging yang ia curi? aku akan membayarnya."

Pedagang tersebut terkejut. "Lima koin perak yang mulia."

Jeno mengambil koin di dalam kantongnya lalu memberikannya pada pedagang tersebut.

"Maaf rubah ku telah mengambil daganganmu dan ini sebagai gantinya."

"Terimakasih yang mulia."

Setelah itu Jeno berlari sesuai yang ditunjukkan oleh pedagang tadi. Kakinya melangkah menyusuri jalan dengan mata yang berkeliaran.

"Kalian carilah rubah yang di lihat sebelumnya." perintah Jeno pada bawahannya.

"Baik yang mulia."

***

Sedangkan di sudut perumahan seekor rubah dengan lahapnya menggigiti daging unggas.

Ketika dagingnya sudah hampir habis renjun mendengar suara langkah kaki menghampirinya.

Takut-takut pedagang tadi mengejarnya sampai kesini.

Renjun waspada kuku-kuku tajamnya ia keluarkan sebagai persiapan jika ada serangan mendadak.

"Renjun kau diamana?" telinganya mendengar suara yang tidak asing.

"Jeno?" setelah itu ia bersuara layaknya rubah yang manja pada tuannya.

Suara seperti rengekan itu terdengar oleh Jeno. Tanpa kata lagi ia berlari ke arah suara dan melihat rubah nakal itu sedang berguling-guling di tanah.

"Kau.... rubah nakal." gumam Jeno.

Tubuh berbulu itu ia angkat dan menggendongnya.

"Kau harus di hukum nanti karena sempat membuatku kacau." bisiknya pada telinga rubah tersebut.

Renjun dalam bentuk rubahnya menatap instan pada Jeno lalu menggesekkan kepalanya manja di dada bidang raja muda itu.

***_______
TBC

Mungkin di chapter selanjutnya akan ada berbau 18?

Rabu, 19 Oktober 2022




Noren; Secret Forest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang