[2] Morning Glory

44 4 0
                                    

Mati berarti menghilang
Bukan rasa sakit mu yang menghilang
Tapi keberadaanmu

*******

Semua yang dibutuhkan Nia sudah siap hingga tiket pesawat bahkan tempat untuk dia tinggal dipulau itu nantinya. Tentu saja, dia melakukan itu tanpa sepengetahuan ayahnya.

Sejujurnya, Nia tidak begitu dekat dengan ayahnya dan meminta bantuan padanya seperti sesuatu yang harus dia pikirkan jutaan kali sebelum menjadi topik diskusi dengan mamanya.

Bayu yang awalnya hanya akan mengantar Nia sampai kebandara mengejutkan Nia dengan tiket keberangkatan yang sama dengan dirinya.

Bayu berhasil meminta cuti selama seminggu untuk membantu Nia pindahan dan sekaligus liburan sebelum kembali lagi ke siklus penuh penyiksaan mental dan fisik di Jakarta.

"Gue udah pesen mobil buat jemput kita disana." Kata Bayu sudah selesai memasukkan semua barang-barang Nia kedalam bagasinya.

"Makasih ya, Nak Bayu. Sudah mau menemani Nia, tadinya ibu khawatir kalo dia berangkat sendiri" kata Mama Nia dengan senyum lembutnya.

Bayu mengangguk sopan "Tidak papa, bu. Kebetulan saya juga mau liburan sekalian saja dengan Nia"

Nia menatap Bayu heran. Baru pertama kalinya dia melihat Bayu bersikap gentlemen seperti ini. Didepan mamanya seperti anak baik-baik

"Iya, iya. Kalo begitu kita berangkat dulu ya, mah."

Nia mencium tangan kanan mamanya begitu juga dengan Bayu "Duluan, bu"

"Hati-hati dijalan kalian berdua. Nanti jangan lupa kabarin kalo sudah sampai ya."

"Iya, mah."

Bayu menjalankan mobil keluar dari parkiran rumah Nia. Mamanya masih memperhatikan mereka sampai mereka keluar ke jalan utama.

Ini bukan pertamakalinya Nia meninggalkan mama dan adiknya namun perasaan tidak terima itu masih muncul.

Apalagi kali ini Kia sedang keluar untuk mengerjakan tugas sekolah bersama teman sekelasnya. Karena itu dia tidak sempat berpamitan dengannya.

Drrt! Drrt!

Pesan masuk dari Kia. Nia buru-buru membukanya.

~Kakak, hati-hati dijalan. Jangan lupa angkat teleponku setiap hari dan jangan buat masalah disana.~

"Iya, aku tidak akan membuat masalah. Kau rajin belajar dan menurut dengan mama ya."

~Akan kuusahakan, kakak~

"Jadi sudah berapa tahun sejak kau terakhir kali kesana?" tanya Bayu sambil mengemudi.

Nia menurunkan ponselnya lalu berpikir karena memang sudah lama sekali sejak dia meninggalkan pulau itu.

"Sejak gue umur 11 kayanya. Jadi, udah 12 tahunan."

"Wow! Lama juga ya? Tapi kenapa lu selalu ngomong pake bahasa Indonesia? Kan lu udah lama disini."

Ini adalah kepribadian asli Bayu bukan yang ada didepan mamanya Nia tadi.

Bayu itu jahil, suka bercanda, jarang serius, mengesalkan dan selalu menguji kesabaran Nia.

Selain, kepalanya yang pintar dan sifat setia kawannya. Tidak ada yang bagus dari dirinya.

"Gue bukannya gak bisa ngomong pake bahasa jawa. Gue paham artinya tapi gue bingung harus jawabnya gimana. Harus pake yang mana 'kan ada banyak tingkatannya."

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang