[21] Kebenaran Keith

9 3 0
                                    

Part of being sane

Is being a little insane

Nia Pov...

Sudah hampir sebulan sejak kedatanganku ke pulau ini. Banyak sekali yang terjadi. Banyak hal yang membuat kecurigaanku membesar hingga tidak terkontrol.

Setiap tindakan dan langkah yang dilakukan oleh siapa pun dipulau ini membuatku menduga motif mereka.

Mau tidak mau, aku curiga pada semua orang.

Bak berjalan diatas ladang ranjau dan tidak tahu tanah yang kau injak saat ini ada ranjaunya atau tidak.

Bahkan video yang ditinggalkan oleh bang Indra tidak membantuku sama sekali.

Tapi ada beberapa hal yang bisa kusimpulkan dari barang yang ditinggalkan bang Indra itu.

Antara lain, bang Indra bukan yang mendekati ayahku lebih dulu tapi sebaliknya.

Bang Indra juga akrab dengan Gio berdasarkan jurnalnya, dan bang Indra mencurigai bahwa ada sesuatu yang besar terjadi dipulau ini.

Tapi halaman jurnal selanjutnya hilang hingga aku tidak bisa mendapatkan informasi lebih dalam mengenai hal itu.

Dan mengenai Gio, ada perasaan asing dan familiar yang muncul tiap kali aku bertemu dengannya.

Dia tidak seperti jahat tapi juga bukanlah orang baik.

Tapi, kenapa dia berada disini?

"Jadi, kenapa kau ada disini?" tanyaku blak-blakan pada laki-laki dihadapanku ini.

Benar-benar tidak mengerti dengan tujuannya yang langsung masuk ke dalam rumahku tanpa kupersilakan.

"Tenang saja, aku tidak akan melakukan apa pun padamu. Aku hanya memastikan dirimu tidak terlibat masalah lagi." Ujar Gio membantuku duduk.

"Kau bicara seolah aku selalu terlibat masalah." Sahutku tidak terima dengan pernyataannya barusan.

"Memangnya tidak?"

"Tidak"

"Ah, aku lupa. Kau tidak terlibat masalah, kau pembuat masalahnya."

Aku mendelik padanya dan Gio malah tertawa dengan ringannya "Pulang saja, kalau ingin membuatku emosi."

"Sudah kubilang, aku tidak akan melakukan apa pun. Tapi telingaku terbuka jadi bisa mendengar apa saja." Dia duduk menyamankan posisinya diseberangku.

Oke, aku yakin. Dia benar-benar salah satu dari keluarga Baskara.

Semua orang yang memiliki darah keluarga ini, aneh dalam bidang masing-masing dan itu sangat terlihat.

Termasuk Gio yang yakin jika semua orang akan bercerita padanya.

"Kenapa? Mau kujahit telingamu?" balasku datar.

"Aku tidak keberatan jika kau sudah mengeluarkan beban didadamu itu." Sialnya, dia mengatakan hal itu dengan wajah santai seperti biasanya.

Lupakan saja, aku lelah berdebat dengannya saat ini "Jadi kenapa kau kemari?"

"Kau mengibarkan bendera perang tepat ditengah-tengah medan perang tanpa pasukan. Kau benar-benar ingin mati?" Katanya serius.

Aku mengetahuinya lebih dari siapa pun, konsekuensi dari keputusanku semalam.

"Itu cara tercepat mendapatkan akses ke perpustakaan, juga festival."

Iya, aku memang terlihat seperti menaruh diriku dalam kandang buaya.

Tapi, cara tercepat mencari telur buaya adalah masuk ke kandangnya meski taruhannya nyawa sekalipun.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang