Loyalty is a precious thing
Not everyone can have it
Gadis kecil yang berada diatas kursi goyang dari kayu itu sangat fokus dengan buku yang berada ditangannya. Buku dengan sampul tebal itu bahkan hampir sebesar kepala sang gadis.
Namun, gadis itu masih saja fokus dengan isi dari buku tersebut yang sepertinya sangat menarik baginya hingga dia tidak mengalihkan pandangannya barang beberapa detik.
"Hayo baca buku apa?" Suara berat khas pria tua dari belakangnya membuat gadis itu berbalik dan tersenyum pada pemilik suara itu.
"Buku kakek. Tadi kakek meninggalkannya disini." Ucap gadis manis.
Sang kakek tertawa melihat cucunya itu. Dia mengangkat cucunya dan memangkunya diatas pahanya masih dengan buku yang berada ditangan gadis kecil itu.
Gadis kecil itu sangat menyukai saat kakeknya, memangku dirinya seperti sekarang. Itu berarti waktunya bercerita. Gadis itu senang dan bersemangat menantikan cerita dari kakeknya.
"Kau bisa membacanya?"
Gadis kecil mengangguk, jari kecilnya menunjuk sebaris tulisan dibuku itu "Gerbang akan terbuka saat gerhana. Jangan memanggil namanya tanpa menyediakan balasan untuknya."
Senyum muncul di wajah keriputnya ketika mendengarkan cucu yang sudah membaca dengan jelas saat baru berumur empat tahun. Sang cucu berbalik melihat kakeknya dengan bingung
"Jadi, itu alasan kita tidak boleh keluar tanpa ijin saat gerhana."
"Benar, untuk kebaikanmu." jawab kakek itu.
"Apa ada orang yang tahu namanya?" tanya gadis kecil itu lagi.
Kakek tampak berpikir sebentar baru menjawab pertanyaan cucunya "Tidak ada yang tahu."
"Lalu kenapa kita dilarang memanggil namanya saat kita tidak tahu namanya?"
"Dia hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang terpilih dan saat kau melihatnya, kau akan tahu namanya."
"Oh... jadi, tidak perlu perkenalan seperti disekolah?"
"Betul, dia juga akan tahu siapa dirimu. Jadi, Nia tidak perlu memperkenalkan namamu."
"Enaknya, tidak ribet." Nia mengerucutkan bibirnya lucu membuat kakeknya kembali tertawa dan mengusak gemas rambut hitam milik Nia itu.
"Tentu saja, kau tidak perlu memperkenalkan diri."
******
Hari ini Nia memutuskan untuk menyelidiki tempat tinggal bang Indra. Mendatangi tempat itu mungkin akan memberikan Nia sedikit clue tentang apa yang sedang diselidiki bang Indra dipulau ini.
Tempat tinggal bang Indra memang terpisah dari rumah nenek Maya dan Cinthia, rumahnya berada di jalan yang cukup sepi dan berhadapan langsung dengan tepi pantai. Nia mengenal rumah tempat Bang Indra tinggal itu.
Ada satu kompleks rumah yang didirikan oleh keluarganya untuk menerima tenaga kerja dari luar pulau.
Penduduk pulau selalu menyebut kompleks itu dengan sebutan kompleks payau, dimana semua penghuninya berasal dari berbagai daerah diluar pulau.
Sejak kecil Nia sering datang ke kompleks ini untuk bermain. Alasannya karena Nia merasa lebih nyaman dan cocok bermain dengan orang-orang yang bukan berasal dari pulau. Tapi karena beberapa cekcok dengan salah satu penghuni kompleks itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reverse
Mystery / ThrillerKeluarga Baskara adalah keluarga yang cukup berkuasa di Pulau Biru. Tapi berkat kematian misterius dari Alex dan Axel Situbuana, ketenangan dalam keluarga besar itu mulai memasuki babak kelam dalam masanya. Nirinia Baskara, gadis yang baru menamatk...