[5] Pelayan Utama

26 3 0
                                    

Terkadang aku bertanya

Apa kau benar-benar takut kehilangan?

Atau takut merugi?

*******

Normal Pov

Nia menengok kebelakangnya disana Bayu menyandar pada daun pintu.

Seluruh tubuh Nia tiba-tiba merasakan hembusan angin dingin yang menusuk tulang.

Jika temannya berada disana, tangan siapa yang dia pegang saat ini?

Nia dengan takut melihat kembali sosok yang berada disemak-semak itu.

Itu masih dengan wajah Bayu tapi senyumnya semakin melebar hingga menyentuh kedua telinganya.

Nia menarik tangannya tapi kini sosok itu menahan tangannya kuat.

"Bayu, tolongin gue!" seru Nia tapi Bayu masih tidak percaya.

Nia sangat suka mengerjainya terutama tentang ketakutannya pada setan dan sejenisnya.

"Enggak, lu pasti mau jahilin gue lagi 'kan? Gue gak bakal ketipu kali ini." Sahut Bayu.

"Gue gak bercanda tolongin gue." teriak Nia ketakutan.

Nia sekuat tenaga menarik tangannya agar lepas dari genggaman sosok itu.

Bayu yang semula biasa saja menjadi sedikit panik ketika dia melihat tangan hitam yang melingkar dipergelangan tangan Nia.

Bayu menahan tubuh Nia dan mencoba menariknya tapi tidak bisa terlepas.

"Lepasin! Lepasin gue!" ucap Nia ketika Bayu mencoba menarik lagi tangan Nia.

Tangan Nia sudah berwarna merah padam, Bayu harus memikirkan cara untuk membuat apapun yang menahan tangan Nia melepaskannya.

Bayu mulai membacakan doa-doa yang sudah dia pelajari untuk menghindari makhluk gaib.

Dia berharap itu bisa mengusirnya dan benar saja, begitu dibacakan makhluk itu berteriak keras sebelum akhirnya pecah dan menghilang dalam gelapnya malam.

Nia lemas tidak mampu berdiri, Bayu menggendongnya masuk kerumah dan mengunci semua pintu serta jendela sebelum mengobati Nia.

Setelah memastikan semua sudah terkunci Bayu berjalan ke kamar Nia untuk mengobatinya.

Tangan kanan Nia hampir membiru karena cengkraman sosok tadi.

Bahkan bekas jari-jari panjang yang jelas bukan milik manusia itu terlihat sangat jelas dikulitnya.

Bayu memberikan air hangat untuk menenangkan diri sementara dia mengompres pergelangan tangan Nia dengan es.

"Kenapa lu bisa kebelakang? Lu sendiri 'kan yang bilang kalo menjelang malam sampe subuh gak boleh keluar sendiri ke belakang 'kan? Ngapain lu kesana?" tanya Bayu yang terdengar lebih seperti omelan ibu-ibu yang khawatir pada anaknya.

"Gue lihat lu dibelakang makanya gue mau nyuruh lu masuk."

Bayu menghela napas "Lu enggak denger pas gue bilang gue mau beli sabun mandi ditoko tadi?"

"Lu bilang?" Tanya Nia bingung.

"Iya, gue bilang dan lu ngangguk aja dikamar sambil kaca disana."

Bayu menunjuk meja dan kursi rias yang berada tepat berseberangan dengan pintu.

Nia menautkan kedua alisnya "Ngomong apa lu, yu? Orang gue dari tadi didapur masak buat makan malam sekalian telponan."

Kini keduanya merinding, jika yang Bayu lihat tadi bukan Nia.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang