[19] Ketegangan

11 4 0
                                    

Love is a beautiful thing

Love can change someone

Become lovely angel

Or become heartless devil

Gio mencari keberadaan Ivan yang sama sekali tidak berada di tempat. Padahal ini saatnya makan siang harusnya dokter masih bersiaga jika kalau ada pasien masuk. 

Tapi ini, klinik bukan hanya kosong tapi juga dikunci.

Gio sudah bertanya pada beberapa orang, mereka mengatakan bahwa Ivan sedang makan siang di warung yang tidak jauh dari klinik.

Gio buru-buru ke sana dan menemukan Ivan yang tengah menikmati makanannya.

"Dokter, apa klinik sangat sepi sampai kau bisa pergi tanpa pemberitahuan begitu?" tanya Gio menaikkan nadanya.

Secara otomatis para pengunjung yang lain langsung melihat kearah mereka berdua. Ivan mengerutkan dahi bingung karena Gio yang baru datang langsung marah-marah padanya tanpa alasan jelas.

"T-tunggu, apa ada keadaan darurat?" 

Ivan mencoba menanyakan tujuan Gio mendatanginya. Meski pun Ivan harus bersusah payah menelan bakso bulat yang belum sempat dia kunyah itu.

"Ada yang tertusuk duri babi saat bermain dipantai. Aku mencoba membawanya ke klinik tapi dikunci." 

Masih dengan nada yang sama dan semua orang bisa melihat jika Gio sedang kesal saat ini.

"Bulu babi?" beo Ivan.

Gio sudah siap berbalik dan keluar dari warung makan itu 

"Ayo, tunggu apa?! Ada yang butuh penanganan." Ucapnya tepat sebelum tancap keluar.

Ivan terpaksa meninggalkan bakso yang belum dia makan bahkan setengah mangkuk dan tidak lupa membayar pesanannya. Lalu menyusul Gio yang baru saja keluar.

Sepanjang perjalanan Ivan selalu berusaha menyeimbangi langkah Gio. 

Tapi, Gio lebih cepat darinya. Hingga mereka tiba didepan klinik.

"Kakak!" seru Lia panik dari ujung sana. 

Gio langsung berlari mendekati Lia, disusul oleh Ivan.

"Kenapa Lia?" tanya Gio berusaha setenang mungkin.

"Kak Nianya tidur, Lia bangunin tidak mau bangun." Jawab Lia dengan wajah pucat karena khawatir dengan keadaan Nia.

Ivan yang baru datang terkejut melihat Nia adalah orang yang bawa oleh Gio. 

"Nia?!" 

Ivan dengan terburu-buru langsung membuka pintu klinik. 

Gio juga menggendong Nia masuk dan membaringkannya diatas ranjang pasien.

Ivan memeriksa keadaan Nia dan mengecek kaki yang terkena bulu babi itu. Tidak ada tanda-tanda jika Nia mengalami reaksi terhadap racun bulu babi, pembengkakan atau pun gejala infeksi.

"Bagaimana?" tanya Gio khawatir.

"Untungnya tidak ada duri yang tertinggal dikakinya. Tapi untuk jaga-jaga aku akan memberikannya disinfektan dan obat antibiotik." Ivan menjelaskan pada Gio.

"Dokter, ada pasien lain." ucap Cinthia.

"Oke, habis ini kau bisa pulang saja." Balas Ivan.

Cinthia muncul dari balik pintu antara ruang praktik dan ruang rawat. Mata Cinthia tertuju pada Gio dan Lia yang sedang duduk menunggu salah satu ruang rawat.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang