22.

1.7K 98 4
                                    

Kink:
Nonconventional sexual practices. BDSM is oftenreferred to as kink

-----

Ini merupakan chapter 25 di Karyakarsa ya :)

-----

Bima memandang layar ponselnya dengan tidak terlalu yakin. Apa dia tidak salah baca?

Dia sedang duduk di luar, di area merokok – walaupun dia tidak merokok, tapi tidak ada area 'istirahat' lain di kantor ini, jadi yasudah. Lagipula, di jam ini, area merokok lumayan sepi, hanya ada dua orang di ujung sana.

Bima kembali melihat layar ponselnya dan membaca dengan pelan.

Dia mendapatkan offering letter dari perusahaan media itu? Yang pun interview nya baru dua minggu lalu? Dengan gaji yang dua kali lipat gajinya saat ini, dan bahkan akan disediakan tempat tinggal?

Waw!

Bima sudah memilih layar utama dan bersiap untuk membuka contact dan memilih nomor ponsel Ibu, saat kemudian dia sadar.

Oh iya. Ibu sudah tidak ada.

Bima mendengus. Dia tidak punya siapa-siapa lagi untuk membagi kebahagiaan. Bahkan untuk sekedar bercerita, sudah tidak ada.

Sejak lahir hanya berdua Ibu, Bima yang lahir di Jakarta bahkan harus pindah ke Medan saat berusia empat tahun. Saat itu, Ibu bilang mereka harus pindah karena Ibu punya teman di Medan dan nanti Bima bisa sekolah disana. Tapi nyatanya, di Medan mereka tetap hanya tinggal berdua. Tidak ada teman Ibu – dan Bima juga bukan termasuk anak yang gampang berteman. Sulit malah, karena temannya sering bertanya kenapa Bima tidak punya ayah.

Lalu, masuk SMP, pertanyaan seperti itu masih ada walaupun sudah berkurang. Meski demikian, Bima masih juga bukan tipe orang yang gampang bergaul. Dia lebih sering memilih pulang kalau memang boleh, tidak ikut organisasi apapun di sekolah, bahkan bergaul dengan teman sekelas juga seadanya saja. Practically lost boy in the school. Lagipula, dia perlu pulang untuk membantu Ibu.

Ibu hanya bekerja sebagai guru les Bahasa Inggris di rumah. Dulu pernah di bimbingan belajar, namun tidak bertahan lama. Akhirnya, sejak SMP Bima yang ikut menjadi guru les privat di rumah. Kemudian masuk SMP dan SMA, Bima malah lebih sering menjadi guru les dibanding Ibu. Dia juga sempat bekerja di toko kelontong dekat rumah, bagian mengantar gas, air gallon, dan bahan kelontong lainnya. Upahnya sedikit, tapi paling tidak, itu bisa jadi uang ongkos ke sekolah.

Ibu bilang, Bima sebenarnya tidak perlu melakukan itu. Bima harus bergaul, punya teman, biar urusan uang jadi pikiran Ibu saja. Tapi Bima mana bisa? Walaupun memang Bima sekolah di sekolah swasta Katolik cukup terkenal di Medan sejak SD dan SMP, dan Ibu memang tidak pernah terlambat membayar uang sekolah, buku, seragam, atau segala macamnya terkait Pendidikan; tapi untuk kehidupan sehari-hari, mereka memang seadanya saja.

Karena itu, Bima memilih SMA Negeri saja. Dia tahu akan banyak sekali biaya kalau masih swasta di Yayasan katolik yang sama dengan SD dan SMP nya. Ibu tadinya masih memaksa, tapi akhirnya setuju dengan pilihan Bima. Toh demikian, dia tetap bisa masuk universitas negeri yang baik di Semarang, jurusan Akuntansi, dan lulus dengan gelar cum-laude.

Pulang ke Medan, Bima masuk perusahaan konstruksi selama setahun, sebelum kemudian masuk ke perusahaan FMCG ini selama dua tahun terakhir. Masih tetap hemat, masih menabung, bahkan masih mengajar les privat sesekali. Masih ingin bekerja di Jakarta walaupun Ibu melarang – kata beliau, biar menemaninya di Medan saja.

Tapi, Ibu meninggal sembilan bulan yang lalu. Bima sendirian di rumah kontrakan itu. Bersyukur dua tahun lalu Bima dengar kata Ibu untuk tidak membeli rumah.

Wicked Games [Lanjutan Di Karyakarsa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang