32.

990 52 2
                                    

Topping From the Bottom:
When a bottom tries to control a scene even though it was agreed that the top would be in charge.

-----

Ini adalah chapter 36 di Karyakarsa ya :)

-----

Ibey sudah berdiri di depan pintu unit ini selama hampir tiga menit, tapi dia tetap tidak punya kekuatan — dan keberanian — untuk mengetuk. Pun tidak mengabari Timo di dm kalau dia sudah sampai.

Dia hanya diam.

Sebenarnya sih, tidak benar-benar diam. Kepalanya super berisik sejak menjejakkan kaki ke dalam lift tadi.

"Should I come in? Or should I just leave?"

Dan mungkin ketika akan sampai lima menit — dan sepertinya keinginan kabur lebih besar — tiba-tiba pintu membuka.

Ibey sedikit kaget dan mengerjap beberapa kali — karena pintu yang mendadak membuka dan tentu saja, karena penampilan Timo di balik pintu.

Dia terlihat berantakan. Bukan berantakan yang sexy if you know what I mean — tapi berantakan yang... yah, berantakan.

Bulu-bulu halus di wajahnya terlihat tidak terurus — dia belum cukuran berapa hari? — dan kantong di bawah matanya juga terlalu ketara menunjukkan dia tidak tidur dengan baik beberapa hari terakhir. Dia memakai kaos berwarna abu-abu kusam — yang, ya ampun, masa Timo ga sadar dia pake kaos kebalik sih? — dan celana basket berwarna senada. Tanpa alas kaki, dan sekarang menatapnya dengan senyum yang dipaksakan.

"Hi." katanya dengan suara yang lebih rendah dari biasanya, sebelum dia bergeser sedikit ke samping. Menunggu Ibey masuk.

Ini aman ga sih kalau gue masuk?

"This building is almost empty but if you can, aku prefer kamu masuk aja daripada di lorong." kata Timo, sedikit menggeserkan kepalanya agar bisa dilihat oleh Ibey dan tidak terhalang pintu.

Yaudahlah, udah sampe sini juga.

Menghela nafas, Ibey memilih melangkah masuk — setelah melirik sekilas ke ponselnya dan memastikan aplikasi perekam suara di ponselnya memang sudah aktif.

Unit apartemen yang dimasuki Ibey adalah sebuah unit 2 kamar berukuran maksimal 40m2 mungkin — karena kalau boleh jujur, ini terhitung sempit. Ruang tengah tempat mereka berada sekarang saja, hanya berisi meja makan dengan empat kursi, dan sebuah tv yang menempel di dinding. Sebelah kiri saat Ibey masuk tadi, berjejer kitchen set, kompor dan kulkas, lalu kemudian di ujung sana adalah pintu kaca ke arah balkon.

Knowing Timo, this is most likely not his.

"Kita dimana, Tim?" tanya Ibey sambil berdiri di sebelah salah satu kursi makan. Timo menutup pintu dan kemudian berjalan ke arah Ibey, lalu duduk di salah satu kursi.

Setelah menarik kursi, jarak Timo dengan pintu di belakangnya — yang Ibey tebak, adalah salah satu dari dua kamar — mungkin hanya tinggal lima puluh sentimer atau bahkan kurang.

"Salah satu apartemen yang aku beli buat invest. At least no one knows about this one." kata Timo.

Ibey mengernyitkan dahi.

"You on a run or something?"

Timo tidak langsung menjawab. Dia malah mendengus sedikit.

"Kinda." katanya sambil menarik gelas yang memang sedari tadi ada di meja, lalu meminum isinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wicked Games [Lanjutan Di Karyakarsa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang