Bab 7

123K 3.5K 136
                                    

Sudah seperti apa yang Olivia duga, saat ia pulang ke rumah orang tuanya mengamuk karna lagi-lagi Olivia menginap di luar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah seperti apa yang Olivia duga, saat ia pulang ke rumah orang tuanya mengamuk karna lagi-lagi Olivia menginap di luar.

"Olivia! Berapa kali Mama harus mengingatkan mu untuk berhenti buat masalah, Papa mu benci anak pembangkang kalau begini terus Papa bisa marah besar, apa kau mau dipukuli lagi oleh Papa karna mengecewakannya?"

Olivia memutar bola matanya jengah, selalu saja kalimat ini yang Ibunya katakan. Ibunya selalu memaksa Olivia untuk bersikap seperti apa yang Papanya mau tapi tak pernah meminta suaminya untuk mengerti apa yang Olivia mau.

"Semalam Papa marah besar karna kau pergi dengan pakaian seksi dan tidak pulang semalaman, tolong jangan pancing emosi Papa mu Olivia. Kau tahu sendiri sekejam apa Papa jika sudah hilang kesabaran, kau hanya akan merugikan dirimu sendiri. Apa kau tidak takut Papa akan memukuli mu lagi seperti tempo hari karna nilai hasil kelulusan mu tidak sesuai harapan Papa dan kau juga tidak pulang ke rumah malam itu."

Ah, Olivia ingat kejadian hari itu. Hari di mana Olivia dipukuli habis-habisan oleh Ayahnya karna pulang dengan banyak kissmark di lehernya. Olivia sampai tidak bisa berjalan hampir seminggu karna ia dipukuli oleh Ayahnya dengan tongkat golf.

Tapi apa Olivia menyesal melakukan hal itu? Tentu saja tidak, Olivia malah semakin menjadi bahkan mengancam akan melaporkan Ayahnya ke polisi jika Ayahnya berani bertindak lebih jauh lagi.

Tentu saja Ayahnya tidak mau dilaporkan ke polisi, reputasinya sebagai pengusaha minyak yang baik hati dan sering melakukan donasi demi menarik hati masyarakat agar bisa mendapatkan dukungan untuk menjadi wali kota bisa hancur seketika.

Tapi Olivia masih sering mendapat perlakuan kasar secara verbal dari Ayahnya, contohnya seperti semalam. Olivia dihina pelacur oleh Ayahnya sendiri.

"Kalau Papa berani sakiti aku lagi, kali ini aku tidak akan tinggal diam. Ancaman ku bukan hanya sekedar gertakan belaka, kalau suami Mama itu berani menyakiti aku lagi, aku tidak akan segan-segan membuat karirnya sebagai calon wali kota yang terpandang itu hancur."

Ibu Olivia melotot mendengar perkataan Olivia yang menurutnya kelewatan. "Tega sekali kau ingin menghancurkan karir Papa mu sendiri, selama ini kau bisa makan enak, pakai pakaian mahal dan bersekolah di sekolah elit itu karna siapa? Karna Papa mu! Harusnya kau itu tiru Kakak mu, dia bisa jadi anak yang membanggakan dan tak pernah sekalipun membuat Papa mu marah. Padahal kau dan Kakak mu lahir dari rahim yang sama, kalian satu darah tapi kau sangat mengecewakan."

Olivia berdecih, sudah ia duga akan begini. Setiap kali mereka bertengkar orang tuanya akan selalu membanding-bandingkan Olivia dengan kakak perempuannya yang sempurna itu. Yang tidak punya cacat di mata kedua orangtuanya.

Percuma berdebat dengan Ibunya, pada akhirnya Olivia hanya akan makan hati pada setiap perkataan Ibunya yang memojokkannya. Pada akhirnya Olivia yang disalahkan karna tak bisa jadi anak yang diinginkan, tak bisa sempurna seperti kakak perempuannya.

Lost in Lust [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang