“Kebohongan apa lagi ini Kak Isabella? Apa yang keluar dari mulut mu selalu saja dusta dan tipu muslihat, kau pikir aku akan percaya dengan perkataan mu kali ini? Kau gagal menyerang fisik ku lalu sekarang kau mencoba untuk menyerang ku secara mental? Sebenci itu kau padaku?”
Olivia melipat kedua tangannya di depan dada, sudah masuk penjara pun Isabella masih saja tidak menyesali perbuatannya dan justru menyalahkan Olivia atas segala yang terjadi. Olivia paham kalau Isabella benci padanya, karna Olivia pun juga membenci Isabella tapi Olivia tidak menyangka kalau kebencian Isabella sebesar ini kepadanya.
Sebenci apapun Olivia pada Isabella, Olivia tidak pernah terpikirkan niat untuk mencelakai Isabella. Ya, Olivia memang kerap dengan sengaja menggoda laki-laki yang dekat dengan Isabella untuk membuat Isabella kesal.
Tapi itu pun karna para laki-laki itu yang mulai mendekati Olivia lebih dulu, Olivia hanya meladeni mereka untuk membuat Isabella kesal sekaligus menyadarkan Isabella kalau selama ini Isabella selalu dekat dengan orang-orang yang salah.
Kalau para kekasih Isabella memang laki-laki baik sejak awal, mereka tidak akan mungkin menggoda Olivia bahkan dengan terang-terangan mengutarakan rasa ketertarikan mereka pada Olivia di depan Isabella.
Olivia memperhatikan Isabella yang di balik kaca penghalang itu, tangan Isabella terkepal seolah menahan emosinya. Isabella terlihat lebih marah dibandingkan Olivia yang seharusnya jadi korban di sini.
“Iya aku sangat membenci mu Olivia, kalau aku punya kesempatan sekali lagi aku pasti akan melakukan hal yang sama. Menyiram mu hingga wajah mu rusak, sayang saja persiapan ku tidak matang. Aku terlalu terburu-buru dan Enola juga mundur di saat yang tidak tepat, kalau saja Enola tidak mengacau mungkin wajah sombong mu itu sudah hancur. Wajah sialan yang selalu membuat ku teringat dengan Ibu mu si pelacur jalang itu!”
Olivia menguap bosan, apa tidak ada hinaan lain yang bisa Isabella lontarkan padanya? Karna hinaan pelacur, anak pelacur, sialan, tidak berdampak apa-apa terhadap Olivia.
“Sudahlah, aku kemari hanya untuk melihat kau mengenakan seragam tahanan dan juga untuk melihat betapa menyedihkannya dirimu. Prestasi mu bagus, kau lulus dengan nilai terbaik tapi semua kau hancurkan dalam sekejap hanya karna kau merasa cemburu karna aku lebih cantik darimu.” Olivia berdiri dari kursi yang ia duduki, waktu ‘menjenguk’ masih tersisa tapi Olivia malas berdebat dengan Isabella lebih lama lagi. Tidak ada gunanya, toh keinginannya untuk melihat Isabella mengenakan seragam tahanan sudah tercapai.
Isabella menggebrak meja hingga Olivia yang awalnya hendak mengakhiri pertemuan ini pada sipir penjara kembali menoleh ke arah Isabella.
“Iya aku akui aku ini cemburu, aku sangat cemburu sampai rasanya aku ingin kau lenyap dari dunia ini Olivia. Sejak kau lahir hidup ku berantakan. No.. bukan sejak kau lahir, tapi sejak Papa pulang ke rumah membawa Ibu mu yang jadi simpanannya untuk tinggal bersama kami. Hidup ku yang semula sempurna hancur dalam sekejap setelah Ibu mu datang dan membuat hidup ku seperti berada di neraka.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in Lust [END]
RomanceMau nilai bagus? Olivia punya cara untuk mendapatkannya selain belajar, yaitu dengan memberi blow job pada dosen killer yang pelit nilai. Jika blow job memuaskan maka nilai pun memuaskan.