Hujan turun begitu lebat malam ini, membuat dua insan yang tengah sama-sama berbaring di atas tempat tidurnya semakin saling mengeratkan pelukan nya. Udara malam ini terasa sangat dingin, sehingga membuat mereka harus menggunakan selimut agar tidak kedinginan. Dibawah selimut tebal mereka saling bertukar cerita perihal apa yang mereka lakukan siang hari tadi, maupun bercerita tentang harapan mereka dimasa depan nanti.
"Dek, makasih ya udah hadir di kehidupan mas dan jadi sumber kebahagiaan buat mas" Ucap Haikal yang sedang dalam mode manjanya pada Kiran.
"Aku juga bahagia mas punya kamu" Jawab Kiran lalu mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap Haikal, tanpa melepaskan tautan tangan mereka yang sedari tadi tetap bertaut.
"Mas gak tau gimana jadinya kalo mas gak kenal kamu. Apakah akan seindah ini atau enggak" Lantas Haikal pun merubah posisinya jadi menghadap ke arah Kiran, sekarang mereka jadi berhadapan.
"Tapi kayaknya emang kita udah ditakdirkan buat sama-sama gini deh, makanya sekarang kita sama-sama bahagia" Tambahnya lagi, mendengar ucapan Haikal itu membuat Kiran tersenyum.
"Semoga kita bisa terus seperti ini ya, biar mas sama kamu bahagia terus" Ucap Haikal lagi, lantas melepaskan tautan tangan nya beralih mengelus pipi Kiran.
"Aamiin mas, semoga kita selalu diliputi kebahagiaan, sampe nanti kita tua" Ucap Kiran.
"Dan lagi kamu tau gak apa yang bikin kebahagiaan itu semakin lengkap sekarang? "
"Ini.. Dia yang akan hadir sebentar lagi yang akan melengkapi semua kebahagiaan yang kita miliki saat ini" Ucap Haikal sembari mengelus perut Kiran yang sudah mulai membesar. Karena saat ini usia kandungan nya sudah menginjak 7 bulan.
"Pas denger kamu hamil, jujur aja mas merasa bahagia banget, tapi satu sisi mas khawatir mas gak bisa jadi ayah yang baik buat dia, mas takut suatu saat mas harus pergi ninggalin kalian"
"Mas jangan khawatir, aku percaya mas pasti jadi ayah yang baik buat dia, juga jadi suami terbaik yang aku punya" Timpal Kiran.
"Dia pasti bangga punya ayah hebat kayak mas. Iyakan sayang? " Ucap Kiran sembari mengelus perutnya, ketika Kiran mengelus perutnya ia merasakan tendangan dari calon bayi nya.
"Dia nendang mas, kayaknya dia setuju deh kalo ayahnya itu hebat. Coba deh elus lagi mas" Kiran lalu meletakkan tangan Haikal agar Haikal bisa merasakannya.
"Kamu punya harapan gak dek buat di masa depan? " Tanya Haikal.
"Ada pastinya mas, harapan aku gak muluk-muluk sih aku cuma mau kita bisa begini terus dan hidup bahagia sampe nanti kita tua. Terus duduk di teras depan rumah pas sore hari sambil minum teh hangat, terus liat cucu-cucu kita main lari-larian dihalaman rumah" Jawab Kiran membuat senyuman terbit di bibir Haikal.
"Harapan mas juga kayak gitu dek, tapi sebelum ngebayangin jadi kakek nenek, mas mau bayangin dulu kita punya banyak anak, terus dia yang sekarang kamu kandung selaku anak yang paling tua lagi ngajak main adek-adeknya" Ujar Haikal.
"Terus kamu sama mas duduk merhatiin mereka, mas nikmatin teh yang kamu buat, terus kamu ngerajut topi buat anak kita yang akan segera lahir" Tambahnya.
"Emang mas mau punya anak berapa? " Tanya Kiran.
"Berapa aja sih sebenernya, tapi kalo bisa mas pengen punya banyak anak, biar rumah kita ini jadi ramai, ada yang ketawa-ketawa terus ada juga yang nangis karena berebut mainan" Jawab Haikal.
"Kalo mas masih ada waktu mas juga mau menyaksikan anak-anak kita sukses, terus mas akhirnya jadi wali buat nikahin mereka, dan abis itu jadi kakek terus kamu jadi nenek" Tambahnya lagi lalu mengelus puncak kepala Kiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost [End]
FanfictionYang hilang akan digantikan dengan yang lebih baik🍃 . . . . Cerita ini hanya fiksi jadi gak ada sangkut pautnya sama tokoh di cerita. Dan juga cerita ini murni berasal dari ide aku sendiri. Jadi kalo ada kesamaan watak, tokoh atau alur cerita i...