Hampir kehilangan

9 3 1
                                    

Hari ini Kiran sendiri di rumah dikarenakan semenjak kehamilan nya memasuki bulan ke 7, Miko lebih memilih berangkat sekolah bersama teman-teman nya atau sesekali diantar oleh Tian. Anak itu tak ingin lagi diantarkan oleh Kiran, bukan karena apa ia hanya tidak ingin bundanya itu kelelahan karena mengantar nya sekolah setiap hari. Untung nya lokasi sekolah tidak terlalu jauh dari rumahnya.

Karena merasa bosan, Kiran memutuskan untuk sedikit membereskan rumah nya, yang sudah beberapa hari tak ia bereskan, ia pikir tak ada salahnya membereskan ini sedikit, lagipula rumahnya tidak terlalu berantakan juga. Dan ia rasa masih sanggup membersihkan nya. Jika saja Tian mengetahui nya Kiran pasti dilarang membereskan rumah, pasalnya semenjak mengetahui bahwa istrinya itu sedang hamil, Tian menjadi lebih protektif. Tak jarang ia yang akan membereskan rumahnya dulu sebelum berangkat bekerja.

Tak berselang lama setelah Kiran selesai membereskan rumah Miko datang, rupanya anak itu sudah pulang dari sekolah nya. Ketika melihat jam sudah pukul 10, ah pantas saja Miko sudah pulang rupanya sudah siang. Mungkin karena tadi ia terlalu asik berberes sampai tak sadar waktu sudah siang.

"Miko belajar apa aja di sekolah tadi?" Tanya Kiran sembari membuka tas sekolah Miko guna mengecek nya.

"Belajal menghitung bun, Miko dapat nilai paling besal loh" Jawab Miko sembari memainkan mainan yang ia bawa.

"Wah pinter anak bunda, bagus ditingkatkan terus ya" Kiran mengelus surai hitam Miko.

"Iya bun"

"Kamu dapat kelereng itu dari mana? " Tanya Kiran lagi, karena melihat Miko memainkan kelereng yang sejak tadi ia bawa.

"Dali teman bun, tadi dia bawa banyak ke sekolah dan Miko di kasih" Balas Miko.

"Oh gitu, yaudah sekarang Miko ganti baju dulu gih, abis itu kita makan ya. Baru nanti lanjutin lagi mainnya" Miko mengangguk lalu beranjak menuju kamarnya untuk mengganti pakaian.

"Aku siapin dulu makanannya deh" Gumam Kiran lalu beranjak menuju dapur, namun baru saja ia akan melangkah ia tak sengaja menginjak kelereng Miko yang rupanya masih tergeletak di karpet bulu tempat mereka duduk tadi. Hingga membuat Kiran akhirnya terjatuh.

"Ahhhh" Pekik Kiran.

"Sakit... " Kiran mulai memegang perut nya yang mulai terasa sakit.

"Miko, tolongin bunda" Teriak nya memanggil Miko. Lantas dengan terburu-buru Miko keluar dari kamarnya.

"Buna kenapa?" Miko berlari menghampiri Kiran, dan anak itu rupanya sudah menangis karena khawatir.

"Sakit.. Bunda gak sengaja injek kelereng kamu, terus jatuh" Kiran masih berusaha menahan sakitnya yang semakin luar biasa.

"Maafin Miko bun, Miko gak sengaja simpen keleleng itu sembalangan" Miko semakin menangis kencang, ia merasa bersalah, karena nya bundanya sampai jatuh seperti ini.

"Gapapa sayang, bukan salah kamu. Bunda aja yang terlalu ceroboh. Miko ambilin HP bunda ya di kamar bunda mau telpon ayah" Sembari ikut menangis karena menahan sakit Kiran menenangkan Miko yang masih menangis dan dihantui rasa bersalah.

Lantas Miko berlari menuju kamar Kiran dan mengambil ponsel Kiran yang ada di nakas lalu kembali berlari menghampiri Kiran.

"Ini HP nya bun" Miko memberikan ponsel itu pada Kiran.

"Bun.. Dalah itu ada dalah. Maafin Miko bun, maaf Miko salah" Teriak Miko ketika melihat ada darah di kaki Kiran.

"Enggak sayang, ini bukan salah Miko" Kiran mengambil ponselnya lalu menunggu panggilan terhubung, sembari sesekali meringis menahan sakit.

Lost [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang