BUMI DAN BINTANG [END]

23. Apakah kembali?

halo...

kamu akan selalu jadi favorit aku setiap saat.

happy reading.

Setelah berbulan-bulan kepergian Bintang dan ke dua orang tuanya, Hidup Bumi semakin buruk dan hancur. Sering minum,ngerokonya kuat, seperti sekarang.

Bumi berada di balkon basecamp nya dengan sebotol wine dan rokok yang terjepit di antara jari-jari nya.

Gumpalan asap keluar dari mulut dan hidup Bumi,kepala nya mendongak dengan mata terpejam. Menikmati terpaan angin yang menusuk kepermukaan wajahnya.

Semua berubah, jauh lebih buruk dari sebelumnya.

Bumi benci dirinya.

Bumi bodoh.

Bumi selalu mengutamakan nafsu dan dirinya tanpa memikirkan perasaan dan keadaan Bintang.

Seperti malam ini, tidak ada Bintang di langit. Bintang nya hilang.

Bumi tidak indah jika tidak ada Bintang di langit.

"Bum". Panggil Attar pelan.

Bumi hanya berdehem tanpa menoleh ke sumber suara.

Attar berjalan mendeket lalu duduk disamping Bumi.

melihat keadaan Bumi yang semakin memburuk, Attar turut perihatin dengan semua ini.

Bumi menginjak rokonya lalu menenggak hingga tuntas wine yang berada di gelas kecil.

"Gue nyerah tar". Ucap Bumi pelan, dada nya naik turun.

Telapak tangan menutup wajahnya, isak mulai terdengar di telinga Attar.

Bumi menangis.

Tangan Attar terangkat menepuk-nepuk bahu Bumi.

Ini pertama kalinya selama bertahun-tahun dirinya main bersama Bumi, dan ini first melihat seorang Bumi menangis.

"G-gue nggak sanggup tar".

"Gue bodoh!!".

"Gue tolol!!".

"GOBLOK TAR!! GUE GOBLOK!!". Pekik Bumi, tanganya memukul-mukul kepala nya sendiri. Attar berusaha narik tangan Bumi agar tidak menyakiti dirinya sendiri.

"Sadar anjing!!". Attar mulai kualahan menenangkan seorang Bumi sendirian.

"hiks,,,,hiks,,,,hikss".

Tangis Bumi semakin pecah.

Tak membayangkan gimana Bintang,gadis kecilnya tengah berjuang melawan sakitnya seorang diri.

BRUK!!

Wajah Bumi terhanyut kesamping karna pukulan yang mendarat di rahang nya begitu kencang.

"Sadar tolol!". Bilal meraih kerah baju Bumi lalu menatap Bumi tajam.

Mencengkeram kerah baju Bumi, menatap wajah itu dengan tajam.