tujuh belas - maaf yang tidak bisa diterima

201 110 0
                                    

hello, happy reading!

.

jangan lupa tinggalkan jejak ya. bantu vote dan komen yaww!

.


__________

[ iii. mashiho pov ]

Sudah terhitung dua bulan aku keluar dari penjara. Masa tahananku tidak terlalu lama karena aku masih anak remaja.

Aku juga bingung kenapa dinegara ini ada yang namanya penjara remaja. Kalo tidak ada aku sudah membunuh orang lain mungkin.

Sekarang, aku tinggal di Jepang dengan Junghwan dan Jeongwoo yang maksa ingin ikut denganku. Awalnya aku menolak dan menyuruh mereka untuk kembali kekeluarga mereka, tapi keduanya menolak dan memaksa untuk ikut denganku.

tingg...

Aku mengambil handphonenya yang ku letakan diatas meja makan tadi. Aku baru selesai membereskan bekas makan siang.

Nomor tidak dikenal?

unknow

| Sudah keluarkan? tidak ingin menemuiku?
| ah, aku tidak merindukanmu
| Hanya saja aku ingin melihatmu
| Pembunuh

Jantungku berdetak sangat cepat setelah membaca pesan tersebut.

tingg...

Ada pesan lain.

unknow

| Sudahlah, kamu tidak akan bisa lari dariku
| Aku hanya ingin membalaskan dendam itu
| Dendam orang yang ku suka
| Kamu membuatnya menderita, Mashiho

degg...

Aku meletakan kembali handphone itu keatas meja. Dadaku tiba tiba terasa sesak.

Aku bahkan tidak bisa menebak siapa orang itu. Orang yang mengirimiku pesan.

tingg...

unknow

| Maaf mu tidak akan diterima oleh Jihoon
| Aku membenci Jihoon
| Karena dia tidak bisa membenci mu
| Pembunuh sialan yang harus mati juga
| Pasti kamu sedang mencari tahu tentangku
| Kamu mengenalku kok
| Semoga malam ini tidurmu nyenyak

prangg...

Aku langsung menoleh kearah pintu apartemen yang terbuka. Aku melihat Jeongwoo yang tidak sengaja memecahkan vas yang ada didekat pintu.

"Maaf, kak." Cicitnya.

Aku hanya mengangguk dan berdiri dari posisi duduk ku. Kulihat kedua tanganku yang bergetar. Jeongwoo menghampiriku.

"Ada sesuatu?"

Aku dengan cepat menggelengkan kepala. "Tidak ada!" Balasku cepat.

Aku mendongak untuk menatap Jeongwoo dihadapanku. Menyembunyikan tangan bergetarku dibelakang badan.

tingg...

Aku mengabaikan handphoneku yang bunyi diatas meja makan.

tingg...

"tuh, ada pesan."

Aku mengikuti arah gerakan mata Jeongwoo yang menatap handphoneku diatas meja makan.

tingg...

"Baca aja, siapa tau penting."

"Penting? ah, iya pesan itu sangat penting hingga hampir membuatku mati."

"Kenapa kamu harus mati? Karena pembunuhanmu itu?"

"Berhenti mengataskan hal itu!"

Aku tidak sengaja membentak Jeongwoo.

"Maaf." Cicitku.

"Maaf? Menurutku, maafmu tidak bisa diterima."

Aku membulatkan mataku terkejut. Apa yang barusan dikatakan oleh Jeongwoo?

"ah, aku bercanda. Jangan dianggap serius."

"Bercandamu sudah keterlaluan, Woo." Ujarku sembari tersenyum miris.

__________

SIMPUL KEHIDUPAN : JIHOON [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang