hello, happy reading!
•
jangan lupa tinggalkan jejak ya. bantu vote dan komen yaww!
•
__________
Sekarang usia Jane sudah memasuki dua belas tahun. Sudah tujuh tahun berlalu sejak kejadian waktu itu.
"Bunda!" Panggil Jane pada Ryujin yang sedang sibuk menata pakaiannya.
Ryujin mendongak dan menatap anak asuhnya itu. "Kenapa?" Tanyanya pelan.
"Bun, Jane ga mau pergi les nanti."
"Harus pergi. Jane mau dimarahin sama papa lagi?"
Jane menghela napas berat. Ia segera mengganti pakaiannya dengan seragam sekolahnya.
"Papa pemaksaan banget!"
"Papa bukan pemaksaan, Jane. Papa tuh justru peduli sama kamu cuman caranya berbeda. Jangan bandel mau bolos lagi."
Ia mengangguk sembari menghela napas panjangnya.
Mereka berdua turun kebawah dan langsung sarapan dengan Jihoon yang sudah menunggu Jane sejak tadi.
"Berangkat sama papa."
"Pa!" Rengek Jane.
Jihoon menatap tajam sang anak. "Jangan membantah, Jane." Tegur Jihoon.
Jane menunduk lesu. Ia mengikuti langkah papanya keluar rumah dan masuk kedalam mobil.
Selama diperjalanan, ia hanya sibuk bermain handphone. Mengabaikan Jihoon yang terus mengomelinya.
Sesampainya disekolah. Jane langsung keluar dari mobil dan lari masuk kedalam sekolah. Ia mengabaikan Jihoon sekali lagi.
"Dasar anak ga tau terima kasih." Guman Jihoon sembari menggelengkan kepalanya.
Jihoon segera pergi kekantor untuk mengisi rapat hari ini. Junkyu dan Lia sudah menunggu disana.
tinn...
brakk....
Jihoon menabrak pohon dipinggir jalan saat seorang anak kecil tiba tiba berlari kearahnya. Ia menghela napas panjang saat merasakan kepalanya sangat sakit.
Darah segar mengalir dipelipisnya. "Sialan." Umpatnya kesal seraya keluar dari mobil tersebut.
Ia menatap orang orang yang mulai panik melihat keadaannya, hingga seorang gadis cantik menghampirinya.
"Paman! Bentar, Siren mau laporan sama ayah." Ujar gadis itu.
"Siren." Panggil Jihoon.
Siren mendongak. Menatap Jihoon dihadapannya. "ck, paman duduk saja dulu disana." Suruhnya sembari menunjuk pinggir trotoar.
"Paman duduk saja!" Suruhnya lagi.
Jihoon masih berdiri disana. Menatap Siren yang menggunakan seragam sekolahnya.
"Kamu pergi sekolah saja sana."
"Ga! Paman duduk!" Suruhnya lagi.
Dengan terpaksa, Jihoon akhirnya duduk dipinggir trotoar itu dan menatap Siren yang sedang menghubungi Junkyu, sang ayah.
Beberapa menit kemudian Junkyu datang dengan Lia.
"Astaga! Lihat keadaanmu. Bagaimana ini bisa terjadi, Ji?" Tanya Lia yang khawatir melihat keadaannya.
"Tidak sengaja." Jawabnya sembari tersenyum tipis.
pukk...
Siren memukul kepala yang lebih tua. "Paman! Apa itu tidak sakit?" Tanyanya.
Jihoon menggelengkan kepalanya. "Berangkat saja sana sekolah. Sebentar lagi kamu akan telat, Siren." Suruhnya.
Siren menatap jam tangannya begitupun dengan Lia. "Berangkat sana!" Suruh Lia ketika melihat jam yang sudah menunjukan pukul 07:50.
Siren dengan buru buru berlari kearah sekolahnya meninggal tiga orang dewasa disana.
"Jane akan marah." Lirih Lia.
"Jangan ceritakan padanya."
Lia menganggukan pelan. Jihoon menatap Junkyu dihadapannya.
"Urus mobilku." Suruhnya pada Junkyu.
Jihoon menatap Lia yang ikut duduk disebelahnya. "Ini bukan masalah serius, jadi jangan khawatir."
__________
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIMPUL KEHIDUPAN : JIHOON [✔️]
Random[ with - hyunsuk, junkyu, mashiho and doyoung ] "ikhlasin ya, ji"