epilog lima - rasa penasaran jane

235 70 0
                                    

hello, happy reading!

jangan lupa tinggalkan jejak ya. bantu vote dan komen yaww!

__________

Jane melangkahkan kakinya menelusuri kamar papanya. Dia sudah lama tidak masuk kekamar papanya setelah delapan tahun yang lalu.

"Jane."

Ia menoleh kebelakang, mendapati papanya yang sedang berdiri didepan pintu sembari melepas jas kerjanya.

Jane menghampiri papanya dan mengambil jas itu dari tangan papanya. Meletakannya dikeranjang pakaian kotor lalu keluar dari sana.

Tapi, saat ia hendak menutup pintu kamar papanya. Jihoon dengan cepat memanggilnya.

"Jane, besok kamu pergi ke Amerika."

Ia membelakan matanya terkejut. "Kenapa tiba tiba?" tanyanya tak terima.

"Kamu ikut Ryujin kesana. Papa ga bisa ngurusin kamu lagi."

"Pa! Lagian aku sudah besar bukan anak kecil lagi, jadi papa gausah peduliin soal aku."

Jihoon menghela napas panjang. Ia menatap anak gadisnya yang semakin tumbuh cantik.

"Papa cuman ga pengen kamu cari tau tentang pamanmu itu! Buat apa coba?!"

"Paman? ah, iya. Aku sedang mencari tau semuanya. Kenapa papa melarangku?"

Jane berjalan menghampiri Jihoon yang sedang duduk dikursi santainya.

"Apa papa takut? Tapi, kenapa harus takut?" tanyanya.

"ah, apa papa menyembunyikan sesuatu? Semacam rasa cinta papa ke paman?" lanjutnya.

Jihoon bangkit dari posisi duduknya.

plakk...

"Jaga ucapan kamu Jane."

"Kenapa?! Papa selalu melarangku! Papa selalu menggagalkan rencanaku! Kenapa, pa?!"

Jihoon memegang kedua pundak Jane. "Dia sudah mati. Tidak ada gunakannya kamu mencari tau tentang pamanmu itu, Jane." ujar Jihoon.

"Tapi aku ingin tau!"

plakk...

Jane terdiam. Ia memegangi pipinya yang terasa sangat panas.

"Jangan membantahku, Janesha!"

- Simpul Kehidupan -

Sebelum pergi ke Amerika, dia sempat mendatangi makam ibunya dengan Lia yang menemaninya.

Sudah delapan tahun berlalu. Sekarang usianya sudah beranjak dewasa.

Hidup selama dua puluh tahun tanpa seorang ibu itu menyusahkan. Diurus oleh sang ayah yang punya banyak aturan juga tidak enak.

Ingin rasanya mencari orang tua sesuai keinginan kita. Tapi kembali teringat akan suatu hal.

Sebelum kita terlahir, kita sudah ditunjukan gambaran kehidupan yang akan kita jalani. Kita diberi pilihan saat itu.

"Bodoh sekali!" umpat Jane.

Lia menepuk pelan pundak Jane dihadapannya.

"Kenapa aku menerima pilihan itu? Bagian mana yang tuhan tunjukan kepadaku sampai sampai aku memilih untuk terlahir." gumannya.

takk...

"Berhenti melamun." tegur Lia.

Jane mengangguk dan melanjutkan jalannya menuju makam ibunya. Sesampainya disana, dia berdiri didepan makam sang ibu.

"Aku benci kehidupan ini, bu."

pukk...

Lia memukul pundak Jane. "Aku harus pergi sekarang. Kamu tidak masalahkan sendirian nanti?" tanya Lia.

"Ada apa? Iya, aku tidak masalah. Pergi saja sana."

"Maaf, ini mendadak. Lain kali aku akan menemanimu kesini lagi."

Jane mengangguk dan menatap punggung Lia yang mulai menjauh dari pandangannya.

Disana sangat sepi. Hanya beberapa makam dan batu nisan yang terlihat olehnya. Ia memutuskan untuk berkeliling diarea makam.

"Aku ingin membenci semua orang, tapi aku juga sangat membutuhkan mereka."

Ia menatap nama dibatu nisan itu satu persatu hingga langkahnya berhenti didepan sebuah makam tua yang sangat kotor.

"Hyunsuk Kalendra?"

Ia mengeluarkan sebuah kertas dari tasnya dan melihat nama yang tertulis disana. Senyumnya semakin lebar.

"Ketemu!"

Ia menatap makam itu sekali lagi.

"Akhirnya aku bertemu denganmu, paman!"

Pandangannya tak beralih dari makam Hyunsuk. Makan tua yang sudah sangat kotor itu.

"Paman. Aku merindukanmu dan aku ingin melihatmu. Apa dulu papaku sangat menyukaimu? Aku sangat iri."

Ia berguman sendirian disana.

"Paman Hyunsuk, apa papaku pernah menyatakan rasa cintanya kepaman? Papaku tidak pernah bisa melupakanmu, paman. Aku benci, tapi aku tidak tau apa yang terjadi."

Hujan perlahan turun. Jane menatap kearah langit dan bersiap untuk pergi dari sana.

"Paman, kita ketemu lain waktu lagi ya. Masih banyak yang ingin aku ceritakan!"

Ia langsung berlari keluar area makam dan masuk kedalam mobilnya.

"ah, aku seperti orang gila. Bicara sendiri dengan makam." sadarnya lalu pergi dari sana menggunakan mobilnya.

emang rencana mau bikin ending yang jane sudah tau tentang hyunsuk, tapi kok malah jadi kayak gini ya?

bingung mau banget ending gimana, tapi ini bakalan ku buat ending aja. jadi jangan minta season dua atau cerita tambahannya. ideku udah berhenti disini sumpah!

terima kasih! salam perpisahan dari papa Jihoon dan Jane

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

terima kasih! salam perpisahan dari papa Jihoon dan Jane.


__________
selesai.

SIMPUL KEHIDUPAN : JIHOON [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang