"Seulgi, mau ke mana?" Tanya Agus yang maunya dipanggil Suga. Dia adalah Kakak kelasnya setingkat di atasnya.
"Mau pulang." Jawab Seulgi singkat tapi tetap ramah.
"Pulangnya ke mana?"
"Ke rumah."
"Maksudnya rumahnya di mana?"
"Ditinggal, Kak. Nggak aku bawa-bawa. Aku bukan kura-kura soalnya."
"Pengen marah, tapi bener sih..." Suga menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Kamu lucu deh, jadi pengen nyubit."
"Eh, nggak boleh!" Seulgi langsung menepis tangan Suga yang hampir menyentuh pipinya. Lelaki itu terkekeh canggung. "Permisi, Kak, aku duluan." Dia berlalu meninggalkan Kakak kelas itu.
Bukannya keluar gerbang, Seulgi malah balik lagi menuju ke dalam area sekolah. Tapi dia tidak menuju ke kelasnya, melainkan kelasnya Joohyun. Iya, mereka berdua sudah kelas 7 sekarang, baru masuk tahun pertama di SMP. Sayangnya mereka harus pisah kelas, walau pun berangkat dan pulang sekolah mereka tetap bareng.
Jika salah satu dari mereka keluar kelas lebih dulu saat jam pulang, maka yang lebih dulu keluar harus menunggu di gerbang sekolah, tepatnya di samping pos satpam. Itu lah yang dari tadi Seulgi lakukan, menunggu Joohyun di gerbang depan hampir 30 menit lamanya.
Karena terus-terusan mendapat ajakan pulang bareng dari teman-teman dan Kakak kelasnya, dia jadi tidak enak juga harus menolak mereka. Maka Seulgi memutuskan untuk menjemput Joohyun ke kelasnya.
Saat sampai di depan kelas sahabatnya itu, Seulgi melongok ke dalam dan mendapati Joohyun sedang berbicara serius dengan Kakak kelas. Oh, Seulgi tentu tau siapa itu, calon ketua osis, Junmyeon yang akrab dipanggil Jun.
"Hyun, masih lama?" Tanya Seulgi tanpa basa-basi. "Aku hampir meleleh kena terik matahari di gerbang depan nungguin kamu."
"Kayanya sih udah. Gitu aja kan ya, Kak?" Tanya Joohyun ke Junmyeon.
Junmyeon melirik ke arah Seulgi, "Kamu kalo mau pulang duluan nggak apa-apa, nanti biar Joohyun pulang sama aku."
"Nggak bisa. Kata Oomchang (Oom Changmin) sama Tannee (Tante Yeonhee), Joohyun harus selalu pulang sama aku." Seulgi menjelaskan. "Kalo masih lama, nggak apa-apa aku tungguin. Tapi aku nunggunya di sini. Males di gerbang depan, panas." Dia beralasan.
"Udah kan, Kak?" Tanya Joohyun lagi dan Junmyeon yang memang sudah menjelaskan maksud dan tujuannya hanya bisa mengangguk lemah. "Nanti aku pikir-pikir dulu ya." Kemudian dia menyambar tasnya dan berjalan ke arah Seulgi. "Yuk pulang."
"Bentar," Sahut Seulgi. "Kak Jun?"
Junmyeon menoleh menatapnya, "Kenapa?"
"Nanti kalo Kakak jadi ketos, bisa kali peraturan nggak boleh bawa HP diilangin. Biar kalo lagi nunggu gini aku bisa main HP, jadi nggak bete deh." Cengirnya tanpa dosa.
Junmyeon mau tidak mau terkekeh, "Bukan aku yang bikin aturan itu, Seulgi, tapi pihak sekolah."
"Oh..." Seulgi manggut-manggut, "Ya siapa tau kan?"
"Udah ah, ayo pulang." Joohyun menggandeng lengan Seulgi. "Duluan ya, Kak." Pamitnya sambil sedikit menyeret Seulgi agar mau beranjak dari sana. "Bagus tau sekolah nggak boleh bawa HP. Biar kamu nggak maen game mulu."
"Lah, aku bete nungguin kamu. Mana panas!" Seulgi cemberut.
Mereka berdua melangkah keluar sekolah. SMP mereka terletak lebih jauh dari rumah dibanding dengan SD mereka dulu, tapi masih bisa dijangkau dengan berjalan kaki.
"Segitu doang ngeluh." Ledek Joohyun.
Seulgi mengabaikannya, "Jadi, kenapa kamu lama banget tadi? Ngapain aja? Ngobrolin apa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Us against the world
FanfictionPerjalanan kisah Seulrene/Aseul sejak mereka kecil hingga dewasa. A/n: Bahasa santai. Nggak baku, tapi semoga nggak berantakan juga. Selamat membaca.