KKDS (4)

671 144 21
                                        

"Sit, itu pelanggaran! Aduh! Buta kali matanya, ya?! Woy! Jangan dorong-dorong anakku!" Yunho begitu heboh saat mereka menonton pertandingan perdana Seulgi, membuat Soojin dan Joohyun malu sendiri. Istrinya berkali-kali menarik lengannya untuk menyuruhnya duduk, sebab dia khawatir penonton yang di belakang mereka bisa terhalangi.

"Tan, nggak mau bawa pulang Oom aja?" Joohyun nyengir menggodanya.

Soojin tertawa, lalu dia memeluk lengan Yunho erat. "Ayah, kamu jangan malu-maluin kenapa sih? Santai aja nontonnya."

"Apa sih? Kalian nggak ngerti basket, diem aja deh." Gerutu Yunho, lalu matanya menangkap pergerakan Seulgi di lapangan, "Shot dari situ, 3 points! Kamu kosong! Ah, sialan!" Yunho emosi lagi saat putri semata wayangnya kembali didorong hingga terjatuh kali ini.

Untungnya wasit memberikan free throw untuknya. Seulgi berhasil memanfaatkan dua pinalti yang dihadiahkan wasit untuknya, menambah dua poin untuk tim-nya. Pertandingan dilanjutkan dan Yunho kembali heboh di bangku penonton.

Seulgi terlihat mungil jika dibandingan dengan pemain lainnya, baik yang satu tim dengannya atau tim lawan. Mereka semua tinggi menjulang dan mudah bagi tim lawan untuk mengurung pergerakan Seulgi, untungnya, walau pun (masih) pendek, Seulgi terhitung cepat dan lincah. Dia dengan mudah men-dribble bola melewati lawan.

Seulgi juga pintar melihat celah, beberapa kali lawan-lawannya salah membaca pergerakannya. Tapi itu juga yang sering membuat tim-nya kehilangan bola, sebab mereka tidak mengerti maksud Seulgi. Akibatnya dia seperti bertanding sendiri, itu lah mengapa kerap kali Seulgi menjadi incaran lawan.

Joohyun memicingkan matanya, memperhatikan gerak-gerik Seulgi. Baik Yunho maupun Soojin tidak menyadarinya, karena mereka begitu semangat mendukung anak mereka. Tapi Joohyun merasa ada yang tidak beres dengan sahabatnya. Seulgi terlihat berlari lebih pelan dibanding tadi, dan dia berkali-kali membungkukkan badan, satu tangan memegang lutut dan tangan yang lainnya mengusap dadanya.

"Tante, aku ke toilet dulu bentar." Ujar Joohyun tiba-tiba.

"Iya, Sayang. Hati-hati."

"Mau aku anter nggak?" Tanya Junmyeon. Ya, cowok itu masih bersamanya. Tidak duduk di sebelah Joohyun, karena dia diapit kedua orang tuanya Seulgi. Yunho dan Soojin seperti sepakat untuk tidak memberi ruang untuknya dekat-dekat dengan Joohyun.

Yunho memalingkan wajahnya, "Kalo kamu perlu dianter, Oom yang nganter." Junmyeon menciut di bawah tatapan tegas lelaki dewasa ini.

Joohyun terkekeh, "Nggak. Aku bisa sendiri." Dia bangkit dari kursi penonton, dan berlalu dari sana. Tentu saja dia bohong, Joohyun bukannya ingin ke toilet. Tapi dia ingin ke bench pemain. Sesampainya di sana, dia langsung menghampiri pelatih basket putri sekolahnya.

"Apa sih? Kamu nggak liat saya lagi ngasih instruksi buat pemain, hah?" Judes Pak Roni yang merasa terganggu oleh Joohyun.

"Ma – maaf, Pak. Tapi itu Seulgi udah mau pingsan kayanya. Bisa diganti dulu nggak?" Pintanya takut-takut.

"Saya yang tau kondisi pemain. Seulgi masih kuat!"

"Tapi kan Pak Roni nggak tau kalo jantung Seulgi sedikit bermasalah." Ujar Joohyun. "Dia kuat, tapi jangan diforsir juga, Pak."

Pelatih basket itu tercengang dengan penuturan Joohyun. Memang benar dia tidak tahu jika Seulgi mempunyai sedikit masalah dengan jantungnya, karena selama latihan Seulgi tidak pernah ada keluhan apa-apa. Dia mengambil keputusan cepat, menarik Seulgi keluar dari lapangan.

Seulgi cemberut karena dia digantikan dengan rekannya yang lain. "Kok aku ditarik keluar sih, coach?" Dan belum sempat Pak Roni menjawab, dia melihat sahabatnya di sana. "Lah, kamu ngapain di sini, Hyun?"

Us against the worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang