Seulgi dan Ayahnya sedang bermain Memori (permainan menebak kartu bergambar) di ruang keluarga saat langkah kaki terdengar dari ruang tamu.
"Aku di mana?" Tanya Joohyun sambil mengusap matanya.
Soojin menghampiri gadis cilik itu, "Kamu di rumah Seulgi, Sayang."
"Aku ketiduran."
"Iya."
"Papaku bilang nggak sopan kalo ketiduran di rumah orang. Aku minta maaf."
"Kamu nggak perlu minta maaf, Joohyun. Kamu udah ngelewatin pagi yang berat, kita nggak berharap apa-apa dari kamu, oke?" Soojin melihatnya mengangguk, kemudian dia bertanya. "Mau makan pancake sekarang?"
Mata indah Joohyun berbinar senang saat Soojin menyebut pancake, "Mau pake susu juga?" Tambahnya.
"Kalo nggak ngerepotin, Tante?" Tanya Joohyun tidak yakin. Papanya selalu menasihatinya untuk tidak serakah. Papanya mengajarinya banyak hal walau terkadang dia masih belum tahu mana yang salah dan benar. Namun untungnya Papanya juga selalu bilang kalau dia bangga padanya karena Joohyun bersikap sangat baik, maka sejak Papanya pergi dia selalu mempertanyakan setiap perbuatan, setiap perkataannya. Joohyun masih tetap ingin menjadi anak kebanggaan Papanya.
"Nggak ngerepotin kok, Sayang." Soojin menuntunnya ke ruang keluarga, dan Joohyun melihat Seulgi juga Ayahnya di sana.
"Hyun!" Seulgi menyapanya riang. "Sini main Memori sama aku!" Soojin berlalu ke dapur untuk menyiapkan pancake.
"Siapa yang menang?" Joohyun bertanya penasaran.
"Ayah," Seulgi menggerutu. "Tapi aku biasanya menang terus kalo maen sama Kakek. Ayah main curang sekarang." Ujarnya sambil cemberut.
"Ayah nggak curang!" Yunho terbahak. "Kamu menang terus karena Kakek ngalah."
"Yang itu, Gi." Ujar Joohyun saat giliran Seulgi lagi main. Dia melihat temannya membuka kartu bergambar bayi macan dan induknya. Dia tahu di mana kartu pasangannya berada karena dia sudah memperhatikan permainan ketika Yunho membuka kartu demi kartu.
"Bukan. Yang ini." Sangkal Seulgi.
"Nggak, yang itu."
"Yakin?" Tanya Seulgi. Dia ragu harus mempercayai ucapan temannya atau tidak.
"Yakin." Joohyun mengangguk bersemangat.
Seulgi membuka kartu pilihan Joohyun, kemudian dia tersenyum girang. "Makasih!" Kartunya cocok dan memang pasangannya.
"Oke, anak-anak, gimana kalo kita kocok ulang kartunya biar kita semua bisa main?" Saran Yunho.
"Hmm, gimana kalo kalian berhenti main dan kita makan pancake aja?" Ujar Soojin.
"Pancake!" Seru Seulgi yang kemudian langsung berlari menuju ruang makan.
"Kang Seulgi!" Soojin memanggil putri semata wayangnya dengan suara yang cukup keras, membuat Joohyun terkejut. "Oh, maaf, Sayang." Ujarnya kepada Joohyun. "Seulgi kadang kaya petasan suka meledak-ledak."
Joohyun tetap diam di tempat. Dia tidak takut kepada Soojin. Terkadang memang orang tua perlu berbicara dengan suara sedikit lebih keras dibanding biasanya. Di rumahnya dulu pun Mamanya suka mengeraskan suaranya karena kelakuan Kakaknya yang jail. Dia merindukan keluarganya.
"Joohyun, kenapa?"
"Aku..." Dia mulai terisak.
Yunho langsung paham mungkin dia ingat dengan keluarganya dan kembali merasakan kehilangan yang teramat dalam saat ini. "Hei, gimana kalo susunya kita ganti pake coklat panas?" Saran lelaki itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Us against the world
Fiksi PenggemarPerjalanan kisah Seulrene/Aseul sejak mereka kecil hingga dewasa. A/n: Bahasa santai. Nggak baku, tapi semoga nggak berantakan juga. Selamat membaca.