A/N: Hai, memasuki chapter baru nih. Di chapter pembuka ini ada TW buat homophobic slur juga rating PG-13, ya... Selamat membaca!
***
"Kak Joohyun!" Seorang adik kelas memanggilnya saat Joohyun baru saja mau pergi ke lapangan basket untuk menjemput Seulgi.
"Iya, ada apa?" Sahut Joohyun. Dia tidak mengenali adik kelasnya.
"Aku ketitipan pesen." Ujarnya. "Dari Kak Junmyeon."
Dahi irene mengernyit, "Pesen apa?"
"Kak Joohyun ditunggu Kak Junmyeon di ruang teater sekarang juga."
"Mau ngapain?"
"Nggak tau, Kak. Aku cuma disuruh nyampein gitu doang. Katanya penting banget!"
Joohyun berpikir, mungkin ini ada hubungannya dengan permintaan ruangan tidak terpakai oleh ekskul jurnalistik, kebetulan klubnya ingin melebarkan sayap dan menghidupkan kembali siaran radio yang dulu sempat populer. Rencananya mereka hendak meminta ruang kosong di sebalah ruang teater, dan Junmyeon mau tidak mau punya andil dalam hal ini karena dia adalah ketua osis sekolah mereka.
"Oke, makasih, ya." Ujar Joohyun. Dia mengeluarkan HPnya dan segera mengirim pesan ke Seulgi juga ke Wendy, tentu dengan pesan yang berbeda, tetapi intinya sama. Dia memberitahukan mereka perihal ini dan di mana keberadaan dirinya nanti.
Joohyun melangkahkan kakinya ke ruang teater. Sekolah tampak cukup sepi, sebab bel pulang sudah berbunyi dari tadi. Hanya anak-anak yang aktif ekskul yang masih berkeliaran di area sekolah. Sesampainya di sana, Joohyun mengetuk pintu ruang teater.
"Kak Jun?" Dia memanggil sang ketua osis. Di dalam ruang teater terlihat tidak ada orang. Joohyun masuk semakin ke dalam. "Kak?" Dia celingukan mencari keberadaannya. "Astaga!"
Joohyun memekik kaget ketika tiba-tiba muncul banyak orang dan menyiapkan kursi untuknya. Mereka membantunya duduk di kursi yang menghadap ke panggung. Tirai segera dibuka dan menampilkan Junmyeon di atas panggung.
Perut Joohyun langsung mulas. Dia tahu apa maksud dari semua ini, dan dia berharap perkiraannya salah. Junmyeon bernyanyi untuknya sambil bermain gitar, mendendangkan lagu cinta untuknya. Di akhir penampilannya, sebuah kain penutup ditarik lepas dan memperlihatkan tulisan besar-besar yang berbunyi: will you be my girlfriend and come to the prom night with me?
Orang-orang bersorak-sorai menyemangati Junmyeon yang sekarang turun dari panggung dan menghampiri Joohyun sambil membawa sebuket bunga mawar. Rasanya Joohyun ingin sekali melarikan diri dari sana secepat mungkin.
"Joohyun," Junmyeon memanggilnya lembut, namun Joohyun sangat malu. Sebab cowok itu berbicara masih menggunakan mic! Tentu saja suaranya terdengar di seluruh ruangan teater. "Aku udah suka sama kamu dari pas kita masih SMP, dan sampe sekarang perasaanku nggak berubah."
Joohyun menggelengkan kepalanya, "Please, Kak. Jangan diterusin."
Tapi cowok itu tetap melanjutkan. "Aku yakin kamu juga punya perasaan yang sama, soalnya kamu nggak pernah nerima pernyataan cinta dari orang lain. Aku tau kamu selalu nolak mereka semua, karena aku pikir kamu nunggu aku."
"Nggak, Kak Jun salah paham."
Dia menarik napas panjang dan menatap Joohyun lamat-lamat, "Rasanya sekarang waktu yang tepat –"
"Kak, stop, Kak!"
"Joohyun, will you be my girlfriend?"
Orang-orang yang ada di sana memberi semangat untuk Junmyeon dan bersorak-sorai, memberi tekanan untuk Joohyun agar segera menjawab dan menerima cowok itu. Joohyun menarik napas panjang dan menatap langsung sang ketua osis, "Maaf, Kak, aku nggak bisa dan nggak mau. Permisi." Dia langsung bangkit berdiri dan berbalik arah, segera meninggalkan ruangan teater.
KAMU SEDANG MEMBACA
Us against the world
Fiksi PenggemarPerjalanan kisah Seulrene/Aseul sejak mereka kecil hingga dewasa. A/n: Bahasa santai. Nggak baku, tapi semoga nggak berantakan juga. Selamat membaca.