Seminggu sudah berlalu sejak pertandingan DBL yang melalui banyak drama. Tim basket putri memang tidak pulang membawa piala, perjalanan mereka terhenti di babak perempat final. Pak Dimas memberikan semangat dan menasehati anak didiknya agar jangan berkecil hati, dia bilang kalau mereka sudah bermain dengan sangat baik mengingat banyaknya faktor pengganggu di internal mereka. Lagi pula, bermain tanpa supporter di ajang nasional bisa membuat siapa pun jadi berkurang semangatnya. Mereka mati-matian berjuang membawa nama sekolah, tetapi sekolah tidak memberikan dukungan yang diperlukan.
Pak Dimas bilang dia sangat bangga dengan semua anak didiknya, dan pelatih itu tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih untuk para orang tua yang sudah membantu mereka dalam segi finansial. Bahkan Yeonhee mengirimkan bantuan medis yang tidak terpikirkan oleh mereka, seperti Ethylchloride Spray yang harga sebotolnya cukup mahal, Kinesio Tape, dan obat-obatan lainnya. Padahal anaknya tidak bermain, dia melakukannya karena melihat ada Seulgi di sana.
Namun hari ini adalah hari yang tidak mengenakan untuk Joohyun dan Seulgi. Betapa tidak? Sudah dua hari semenjak Seulgi kembali ke sekolah, banyak kejadian tidak menyenangkan yang mereka alami. Seperti terror surat kaleng, bangku dan meja mereka dicoret-coret dengan kata-kata makian, barang-barang ada yang hilang, dan lain sebagainya.
Puncaknya, ketika Joohyun dikunci di kamar mandi saat jam istirahat dan Seulgi harus mencari-cari keberadaan pacarnya (kamar mandi di sekolah mereka ada di tiap lantai, ingat?). Lalu setelah menemukan Joohyun, Seulgi yang sudah terlanjur emosi langsung mendatangi ruang sekret osis. Joohyun sudah memohon agar Seulgi tidak usah terbawa emosi, tapi kesabarannya sudah habis. Ditambah Junmyeon selalu mengelak saat dituduh sebagai dalang di balik semua ini, lalu dia mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas dan berakhir dengan Seulgi menonjok muka Junmyeon sampei hidungnya berdarah.
Di sini lah mereka sekarang, sedang disidang di ruang BK, sambil menunggu orang tua masing-masing datang. "Joohyun, Seulgi... kenapa kalian berdua ini?" Tanya Bu Siska, guru biologi mereka yang juga merangkap sebagai guru BK. "Kalian kan murid-murid Ibu yang pintar. Biologi kalian jago juga, pasti tau dong secara hukum alam, manusia itu berpasang-pasangan antara wanita dengan pria?" Dia menceramahi keduanya. Ada Junmyeon juga di sana, dan hidungnya sudah diobati.
"Coba sebutin lagi pelajaran di bab reproduksi manusia, apa saja yang dibutuhkan agar terbentuk janin bayi?" Tanya Bu Siska.
"Sperma dan ovum," Gumam keduanya kompak.
"Dari mana sperma berasal?"
"Testis," Jawab mereka masih dengan bergumam pelan.
"Siapa yang punya testis?"
"Laki-laki, Bu,"
"Nah!" Seru Bu Siska, "Itu kalian paham kan? Kalo kalian sama-sama punya ovum, nggak bisa bikin bayi."
Seulgi mengangkat wajahnya dan dengan berani menatap gurunya, "Tapi, Bu... aku sama Joohyun kan nggak mau bikin bayi. Orang kita masih sekolah."
Bu Siska mengerjap mendengar penuturan Seulgi. "Maksudnya bukan gitu. Ibu cuma nunjukin kalo hubungan kalian ini salah. Melanggar hukum alam, apa lagi norma dan agama."
"Tapi yang Ibu contohin cuma bikin bayi, makanya aku bilang kalo kita tuh nggak mau bikin bayi. Nanti siapa yang ngurus coba? Ayah sama Bundaku kerja, orang tuanya Joohyun juga. Emang boleh bawa bayi ke sekolah?" Seulgi berargumen.
Joohyun rasanya ingin menangis sekaligus terbahak. Logika pacarnya sungguh luar biasa. Dia yakin Seulgi sebenarnya mengerti apa yang Bu Siska coba sampaikan, tapi Seulgi bisa memutarnya menjadi sesuatu yang di luar konteks.
"Bukan gitu, Seulgi!" Hardik Bu Siska, "Pokoknya kalian tuh nggak bisa bikin bayi. Titik!"
"Ya karena kita emang nggak ada niat buat bikin bayi, Bu..." Sahut Seulgi lelah.
![](https://img.wattpad.com/cover/323943871-288-k358985.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Us against the world
FanfictionPerjalanan kisah Seulrene/Aseul sejak mereka kecil hingga dewasa. A/n: Bahasa santai. Nggak baku, tapi semoga nggak berantakan juga. Selamat membaca.