Tahun ajaran baru sudah berganti lagi. Joohyun dan Seulgi sekarang sudah naik kelas 8, mereka makin aktif dengan kegiatan masing-masing. Seulgi dengan ekskul basketnya dan Joohyun dengan osisnya; dia digadang-gadang untuk menjadi ketos menggantikan Junmyeon yang akan habis masa jabatannya di pertengahan tahun ini.
Hari sudah menjelang malam, dan Joohyun baru saja kembali dari rumahnya Seulgi sehabis belajar bersama. Changmin terlihat bolak-balik gelisah di ruang keluarga, sedangkan Yeonhee duduk di sofa.
"Kita harus ngasih tau Joohyun." Ujar Changmin.
"Dia nggak bakal suka." Jawab Yeonhee.
"Kita ngasih tau dia sekarang atau bulan depan, aku pikir reaksinya bakal sama aja."
Yeonhee menarik napas panjang, "Nanti gimana sama sekolahnya? Dia harus adaptasi ulang lagi dari awal."
"Kamu pikir aku nggak tau? Aku nggak milih ini buat kejadian sekarang."
"Aku tau. Aku juga tau kalo ini kesempatan yang bagus banget buat kamu, bakal keliatan spektakuler di CV kalo kamu ngelamar posisi kepala sekolah. Tapi –"
"Joohyun nggak bakal suka." Changmin mengulang ucapan istrinya. "Kapan dia pulang?"
"Bentar lagi paling. Yoojin tadi bilang mereka makan malem dulu terus Joohyun bakal pulang setelahnya."
Changmin menghela napas berat dan menutup matanya. Tidak mungkin dia menolak tawaran ini. "Kamu tau, mereka juga nyiapain lowongan pekerjaan buat kamu di sana."
"Serius?"
"Iya. Kalo cuma buat aku doing sih mungkin masih bisa aku tolak. Tapi kesempatan ini buat kamu juga."
"Aku emang pengen tinggal di luar negeri dan kerja di sana, tapi terus aku ketemu kamu, mimpi aku berubah. Kita ketemu, saling jatuh cinta, dan aku tau di mana aku harus tinggal. Sama kamu, di mana pun itu." Yeonhee tersenyum lembut kepadanya, lalu dia bangkit dari sofa. "Tapi sekarang kita nggak cuma berdua. Kamu ngirim proposal itu udah dari lama."
"Iya, sebenernya juga aku udah lupa. Waktu aku dapet telepon minggu lalu, aku pikir ada orang yang ngerjain doing. Tapi mereka ternyata tertarik sama program sekolah yang aku garap. Mereka bilang butuh orang yang inovatif."
"Aku tau, Changmin. Tapi ini tiga taun loh." Yeonhee beralasan.
Mereka tidak mendengar suara pintu depan yang terbuka lalu tertutup lagi, atau tas sekolah yang diletakkan di lantai. Mereka juga tidak menyadari ada pantulan bayangan dari cermin di seberang ruangan.
"Aku tau!" Changmin mengerang frustasi. "Aku bisa nolak."
"Nggak, itu bukan yang kamu mau.
"Kita harus kasih tau Joohyun." Ujar lelaki itu, tanpa mengetahui anak asuh mereka baru saja pulang sedang mendengarkan percakapan mereka dengan seksama.
"Ya udah," Yeonhee memeluk suaminya. "Gimana caranya ngasih tau anak kita kalo dia harus ikut pindah ke luar negeri tanpa ngancurin hatinya?"
"Nggak tau."
"Dia bakal benci sama kita."
"Mungkin, bisa jadi." Ujar Yeonhee.
"Tapi kamu yakin mau ikut sama aku?"
"100% yakin." Ujarnya, kemudian mengecup suaminya.
"Jadi, kita pindah ke Swedia?"
"Kita pindah ke Swedia."
Joohyun melangkah ke ruang keluarga dan menatap orang tua asuhnya tajam, dia masih belum mempercayai pendengarannya. "Kita pindah ke Swedia?" Tanyanya.
Pasangan suami-istri itu melepas pelukan mereka dan melirik satu sama lain sebelum benar-benar memisahkan diri. "Joohyun, gimana kalo kita duduk trus ngomongin ini baik-baik?" Saran Yeonhee.

KAMU SEDANG MEMBACA
Us against the world
FanfictionPerjalanan kisah Seulrene/Aseul sejak mereka kecil hingga dewasa. A/n: Bahasa santai. Nggak baku, tapi semoga nggak berantakan juga. Selamat membaca.