You're my home (4)

853 135 40
                                    

Seulgi sebenarnya adalah anak yang suka tidur dan gampang sekali tertidur, tapi malam ini dia berusaha menahan kantuk demi berjaga-jaga jika pacarnya mendapat mimpi buruk. Dia tahu, obrolan tadi sore pasti mau tidak mau mempengaruhi alam bawah sadar Joohyun dan mengakibatkan trauma yang masih terpendam akan kembali muncul ke permukaan.

Dia memperhatikan wajah Joohyun yang sampai sekarang masih terlihat damai dalam tidurnya, dan Seulgi menghitung dalam kepalanya kira-kira berapa lama lagi dia harus terbangun sebelum dirinya pusing karena belum tidur. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari.

Matanya baru saja terpejam saat telinganya menangkap rintihan. Seulgi mengira dia hanya membayangkannya saja, tetapi suara itu terus terdengar. Setelah beberapa saat, Seulgi baru sepenuhnya sadar. "Hyun..." Dia mencoba membangunkan pacarnya, tapi tidak mendapat respon apa-apa kecuali rintihan.

Seulgi memeluk Joohyun erat dan membisikkan kata-kata penenang, "Hyun, ada aku di sini. Aku nggak ke mana-mana." Tubuh sang pacar terasa tegang dan rintihannya semakin kencang terdengar, sekarang malah ditambah dengan isakan. "Hyun, bangun dulu sebentar dong."

"Mama... Kakak..." Isak Joohyun dalam tidurnya. "Papa..."

Hati Seulgi rasanya teriris. Dia ikut merasakan kesedihan Joohyun. Ketika mereka masih anak-anak dulu, Seulgi sempat berpikir mungkin dia tidak bisa ada dan menolong Joohyun karena dia masih kecil. Tapi bahkan sekarang setelah beranjak dewasa pun, tidak banyak yang dapat Seulgi lakukan untuknya. Seulgi sadar ini tidak ada hubungannya dengan apakah dia masih kecil atau sudah remaja, karena yang harus dia lawan adalah mimpi buruk Joohyun. Dia tentu tidak bisa meninju si mimpi buruk tersebut seperti dia meninju Junmyeon. Tapi dia tahu, saat Joohyun terbangun nanti, sang pacar akan membutuhkan dirinya.

"Papa..."

"Joohyun, kamu harus bangun dulu, please..." Seulgi mengguncang bahunya pelan, tapi tetap tidak mendapatkan respon yang diinginkan. Lalu dia menghujani wajah Joohyun dengan kecupan, dan berakhir di bibirnya.

Joohyun mengerang kemudian perlahan malah membalas ciuman Seulgi, lalu matanya terbuka dan dia menarik napas panjang. "Kamu kok bangun?" Tanya Joohyun sambil mengerjap.

"Iya, nggak bisa bobo." Jawabnya. Seulgi cukup terkejut dengan ciuman balasan dari Joohyun, tapi itu jauh lebih baik dibandingkan teriakan seperti yang sudah-sudah saat dia terbangun dari mimpi buruknya.

"Kamu kebangun gara-gara aku?"

"Nggak, emang belum tidur aja."

"Kenapa?"

Seulgi merapikan anak-anak rambut yang menutupi kening Joohyun, lalu mendaratkan kecupannya di sana. "Mau ceritain mimpi kamu nggak?"

Joohyun menghela napas panjang. Sebenarnya dia enggan untuk mengulang kembali apa yang dialaminya di mimpi ke alam nyata, tapi dia pun menyadari sepenuhnya jika setelah bercerita dengan Seulgi, dia akan merasa jauh lebih baik. "Aku ngeliat mereka."

"Keluarga kamu?"

Joohyun mengangguk. "Mereka ke sini, nemuin aku."

Seulgi memperhatikan raut muka pacarnya, "Terus?"

"Terus mereka naik mobil."

"Ya ampun..." Seulgi tidak yakin ingin mendengar kelanjutan mimpi buruk Joohyun, tapi dia harus tetap kuat untuk pacarnya. Jika dia lemah, nanti siapa yang akan melindungi Joohyun?

"Tiba-tiba aku ada di jalanan, mobil udah nggak karuan bentuknya. Mama meninggal, Kakak juga. Kakak masih kecil, sementara aku udah segede ini. Joohyun yang berusia 17 tahun, bukan 7 tahun. Aku di sana cuma bisa ngeliat mereka semua meninggal. Papaku masih bernapas, tapi darahnya banyak banget, tetep nggak ketolong." Air matanya mulai membanjiri kedua pipinya. Joohyun tidak suka menangis. Dia sudah remaja, kejadian itu sudah lama, dan yang dia alami saat ini hanya mimpi buruk.

Us against the worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang