Tujuh dari sepuluh harinya bisa dijalani dengan baik tanpa Seulgi di sisinya, dan Joohyun berterima kasih kepada orang tua asuhnya untuk itu. Walau pun Changmin sangat sibuk di sekolah barunya, tapi Yeonhee mengambil cuti hanya untuk menemaninya.
Apartemen baru orang tua asuhnya tidak terlalu mewah, hanya ada dua kamar tidur dan satu kamar mandi. Kamar utama tentu saja untuk mereka, dan Joohyun menempati kamar satunya. Joohyun dan Yeonhee sering menghabiskan waktu bersama, entah itu berbelanja kebutuhan sehari-hari atau hanya jalan-jalan biasa.
Joohyun belajar banyak hal baru selama di Swedia. Dia bisa mengucapkan beberapa kata seperti 'tack' yang artinya terima kasih. Dia juga baru tahu jika orang Swedia tidak begitu peduli dengan ucapan 'halo' atau 'selamat tinggal', buktinya halo itu 'hej' dan selamat tinggal 'hej då'. Joohyun akui, beberapa abjad Swedia terlihat aneh untuknya. Tapi yang paling mengejutkan adalah orang Swedia selalu memanggil orang lain dengan nama pertama mereka (bukan marga) seperti mereka sudah saling kenal cukup lama.
"Sayang, ada yang ganggu pikiran kamu?" Yeonhee bertanya. Dia sudah memperhatikan anak asuhnya dari tadi. Joohyun hanya duduk diam di meja konter di dapur, pulpen di tangannya, dan kepalanya ditopang dengan tangan satunya. Joohyun juga terlihat melamun, pikirannya seperti melayang jauh.
Nyatanya memang seperti itu. Semakin hari, sahabat terbaik Joohyun memenuhi pikirannya dan dia tidak sabar menunggu kedatangan Seulgi dan orang tuanya ke sini untuk menjemputnya. Ya, keluarga Kang akan membawanya pulang kembali dalam dua hari.
"Joohyun?"
"Apa, Bunee?" Dia akhirnya merespon dan menatap Ibu asuhnya yang sedang memotong sayuran untuk makan malam mereka.
"Bunee tadi nanya, apa yang ganggu pikiran kamu."
"Hmm..." Gadis remaja itu bergumam dengan anggukan kecil.
"Mau curhat sama Bunee?" Tanya Yeonhee. Joohyun tampak ragu. Orang tua asuhnya memang selalu bilang kalau dia bebas bercerita atau bertanya tentang apa pun kepada mereka. Tapi untuk masalah yang ini? Untuk hal-hal yang ada di dalam kepalanya saat ini? "Curhat aja, Sayang. Bunee dengerin." Ujarnya sambil menghentikan kegiatan menyiapkan makan malam untuk mereka. Dia duduk di samping anak asuhnya.
"Itu..." Joohyun mencoba untuk mulai bercerita, tetapi sepertinya keberaniannya hilang entah ke mana.
"Tentang Seulgi?"
"Ya. Eh, nggak juga." Dia terdiam sejenak. "Mungkin?"
"Kamu tau kan kalo kamu bisa cerita dan nanya apa aja sama Bunee?"
Joohyun mengangguk dan mengambil napas panjang. Dia membiarkan pandangannya melanglang buana ke luar jendela. Segalanya terlihat putih karena tertutup salju, sangat cantik. Tetapi menurutnya Seulgi lebih cantik di matanya. "Cinta itu kaya apa sih, Bunee?" Dia akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, tanpa melihat Ibu asuhnya.
Yeonhee cukup terkejut dengan pertanyaan anak gadisnya, dia tidak tahu harus menjawab apa. "Hmm, apa yang kamu mau tau?" Dia malah balik bertanya.
"Gimana caranya kita tau kalo kita cinta sama seseorang?"
Ternyata cukup mudah. "Waktu kamu terus-terusan mikirin seseorang setiap saat dan kamu kaya ngerasa hangat aja pas dia ada di dekatmu."
"Hangat gimana, Bunee?"
"Hangat, kaya... hmm, nyaman? Segalanya terasa aman dan baik-baik aja kalo sama dia."
"Gitu, ya?"
"Iya, Sayang. Bahkan kamu bakal mikir kalo kamu bisa terbang."
"Tapi itu nggak mungkin, Bunee. Manusia nggak punya sayap."
Yeonhee tertawa, "Cuma ungkapan. Maksudnya kaya... kamu ngerasa bisa ngelakuin bahkan hal yang mustahil sekali pun kalo lagi sama dia. Kamu bakal sering senyum-senyum dan nggak bisa ngebayangin hidupmu tanpa dia. Oh! Satu lagi, kamu bakal gampang gugup di awal-awal dan di perut kamu ada perasaan geli kaya ada kupu-kupunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Us against the world
FanficPerjalanan kisah Seulrene/Aseul sejak mereka kecil hingga dewasa. A/n: Bahasa santai. Nggak baku, tapi semoga nggak berantakan juga. Selamat membaca.