BAB 5

383 78 5
                                    

•• ༻❁༺ ••
.
.
.

Tik, tik, tik! Saking sunyinya suasana, Hinata seakan dapat mendengar detik jam dinding dari dalam apartemennya. Begitu keluar, yang dia saksikan sukses menekan kuat reaksi tubuhnya, selain diam mematung di tempat. Tampilan belakang Naru menjadi alasan untuk fakta sekian. Punggung lebar pria ini begitu kokoh, rambut panjangnya yang selalu di gulung asal menampakkan lehernya yang jenjang. Helai-helai benang dari ripped jeans yang dia kenakan pun mengintip di sejajar lututnya. Tato di sikunya menjadi sisi pusat atensi Hinata 'just me' tertulis di sana.

Pria ini menggenggam ponsel di telinga, barangkali tengah menghubungi sang pacar, begitu tebakan Hinata saat mendengar samar-samar kata sayang. Dia tak dapat merekam perbincangan itu seutuhnya, fokusnya lebih terpaku pada wujud di depan mata. Dia tampan bahkan dalam kondisi berbalik seperti ini, pikiran Hinata menyimpulkan sendiri.

"Hinata, kau kenapa?!"

"Hah?!" Terperanjat kontan gara-gara sapaan ini, Naru memutar tubuhnya tiba-tiba. "Ah, tidak ada. Aku baru saja akan menutup pintu."

"Kau mau ke mana? Kuliah, kerja?"

"Ke kampus." Naru mengangguk-angguk dan Hinata menambahkan lagi, "Untuk mengajar."

"Kau dosen?!" Bergantian Hinata yang mengangguk kali ini, meski dia masih betah menelusuri penampilan pria di depannya. Kaus oblong putih dan jeans biru dengan sobekan acak di sana-sini, sepatu sport di tungkai melengkapi gayanya yang memang trendi. Entah kenapa Hinata menyukai cara berpakaian Naru, di mana selalunya dia menaruh minat terhadap pria klimis berkostum rapi.

"Y-ya."

"Kelihatan pantas dengan dandananmu yang seperti ini, tapi tidak setelah kau hanya memakai kaus dan celana pendek kemarin. Kau cocok jadi mahasiswinya." Kerut tajam di kening Hinata datang. Dia tak menyukai pernyataan ini, walau bukan kekesalan berarti.

"Kurasa aku lebih tua darimu." Seringai Naru meningkatkan protes Hinata semula. "Berapa usiamu?"

"Dua tiga."

"Ya ampun, kau mau ikut ke kampus bersamaku? Kau bisa duduk di antara mahasiswaku." Tahu-tahu Hinata merasa sedikit senang sekarang, pengakuannya seolah membalas penuturan Naru sebelumnya.

"Memangnya berapa usiamu?"

"Kau tidak perlu tanyakan itu." Hinata tersenyum agak remeh, hendak pergi sampai Naru menahan lengannya.

"Aku ingin tahu."

"Dua sembilan."

"Kau tidak berbohong?" Tanya Demyanaru berikut alisnya yang saling bertautan.

"Aku yakin kau cukup dewasa untuk menilainya dari pandanganku ini. Menurutmu bergurau?"

"Tidak."

"Sudah jelas 'kan? Aku lebih tua darimu." Alis Naru betah jua mengernyit, sedikit heran terhadap tanggapan Hinata yang baginya muluk. Apa yang aneh tentang perbedaan usia dan dia angkuh hanya karena perbandingan usia mereka? Menyadari tiada respons selanjutnya oleh Naru, Hinata pun menarik tangannya agar bisa melanjutkan langkah. "Nanti aku terlambat," katanya menekankan.

Neophyte ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang