•• ༻❁༺ ••
.
.
.Tokyo Metropolitan, Demyanaru tidak seantusias ini tadinya, tidak setelah dia menginjakkan kakinya langsung ke distrik Shinjuku yang dipenuhi gemerlap lampu warna-warni serta berisik. Kakinya melangkah pasti memasuki salah satu bar ternama di sana. Turqoise menelusuri sekeliling ruang temaram. Meski masih petang, namun nuansa redup sudah membingkai langit-langit tempat hiburan tersebut.
Mereka berjanji di sini, lokasi yang dikira Demyanaru cukup mudah untuk dia temukan tanpa harus memusingkan kemampuannya yang pas-pasan dalam mengimbangi bahasa lokal.
Atensinya terjaga, memantau ke setiap meja-meja tamu demi menemukan sosok temannya. Bergerak hati-hati supaya tidak bertubrukan dengan ramainya pengunjung. "Sorry, my mistake!"
Berbeda cerita jika kecerobohan itu ditimbulkan orang lain. Baru saja, ada yang menabrak punggungnya agak keras, hingga Naru refleks pula menoleh ke belakang dan mendapati penyesalan di wajah si pelaku. Dia membungkuk satu dua kali sebelum mendahului. Sementara ekor mata Demyanaru mengikuti pergerakan itu dan, "Yo! Kau tampak baik, apa bar ini menyulitkanmu?" Pria berambut top knot menyapa seraya mereka berjabat tangan.
"Google map menolongku. Lagi pula, tempat ini populer di kalangan turis. Aku mendengarnya dari temanku yang pernah berkunjung kemari."
"Kita sudah tahu nama masing-masing 'kan? Demy--ehm ..."
"Demyanaru," sambungnya.
"Ah ya, aku hampir melupakannya."
"Dan kau adalah Shikamaru."
"Wah, kau mengingatnya."
"Ada kemiripan pada nama kita, kurasa itu sedikit memudahkanku."
"Duduklah, kau mau minum apa? Biar kupesankan."
"Mereka punya bir biasa?"
"Kau yakin?"
"Tentu, aku tidak ingin mabuk saat ini. Kau tahu 'kan? Kepala pusing mengakibatkan fokus otak melemah."
"Ok, sebentar. Kimimaru, berikan segelas bir dingin untuk temanku," pintanya pada si bartender berambut perak dan semenit kemudian gelas bening mendarat di hadapan Naru.
"Aku tidak menyangka kau datang secepat ini." Obrolan mereka dimulai di mana pernyataan Shikamaru sebagai pembukanya.
"Lebih cepat lebih bagus. Sebenarnya, aku sudah seminggu di sini." Jeda di kata-katanya tadi ketika seteguk bir dingin menyapu bibir ke tenggorokannya.
Keduanya duduk di muka meja bartender. Kebijakan Shikamaru usai mengukur tingkat kepadatan di meja-meja tamu tidak akan menyediakan menit tenang bagi perbincangan mereka. Topik sekian bukanlah sesuatu yang mesti dibicarakan secara kaku dan formal, kendati Demyanaru tetap mengutamakan tujuannya.
Jika diamati perubahan raut di antaranya, kedua pria ini sama-sama menginginkan suasana santai. Maka, tak seorangpun dari mereka dikuasai canggung. Demyanaru mengungkapkan segala maksud dan skema rencana bahwa dia berniat membayar Shikamaru untuk jasa dan ilmunya sebagai Modifikator sekaligus bagian dari Customizer atas desain rancangannya.
Kecintaan Demyanaru terhadap dunia balap jalanan telah lahir sejak tujuh tahun silam, semasih duduk di bangku SMA. Tidak terbatas pada kompetisi, minatnya berangsur-angsur berkembang maju menjadi kehendak kuat untuk meningkatkan kemampuannya dalam dunia modifikasi motor. Demyanaru berniat mendesain sendiri motor miliknya sebelum menguji kecepatan di atas aspal yang liar.
Terbang ke Tokyo dengan pencapaian jelas, Nara Shikamaru merupakan salah satu dari sedikit modifikator terbaik di kota tersebut. Apalagi dia turut serta memeriahkan ajang balapan liar yang terselenggara di setiap bulannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Neophyte ✓
RomanceHinata tahu bahwa dia membosankan. Sangat tahu, bahkan tak menyanggah ketika orang-orang di sekelilingnya mencemooh hidupnya yang datar dan lurus-lurus saja. Marah? Tidak! Namun, dia lelah. Lelah dalam artian merasa cukup untuk semua cibiran demiki...