BAB 18

230 43 15
                                    

Sambungan telepon di telinga tak mengganggu pergerakan Demyanaru yang kini tampak tergesa-gesa. "Urusanku hampir selesai, Sayang."

"..."

"Aku pasti pulang, buat apa aku di sini? Aku sudah dapatkan yang kucari."

"..."

"Tidak perlu. Kita cuma akan membuang waktu akibat bolak-balik ke sini, tunggulah di sana."

"..."

"Aku tahu, aku juga merindukanmu."

"..."

"Karena itu fokuslah terlebih dahulu pada pekerjaanmu. Kurang dua minggu kita bertemu lagi."

"..."

"Lakukan apapun yang kau mau begitu aku kembali."

"Aku merindukanmu setengah mati, Dem..."

"Same here, akan kubalas semua kerinduan yang kita lewati."

"Kau tidak mencurangi hubungan kita 'kan? Aku tidak masalah kau menggoda gadis manapun di sini, tapi bukan di tempat yang mustahil kujangkau. Kau mengerti maksudku, Sayang?!"

"Yeah, i get it. Jangan khawatir, ok?!"

"..."

"Kenapa kau mengerang begitu?"

"Aku merasa aneh belakangan ini. Tidak sempat meneleponmu, pikiranku jadi ke mana-mana."

"Kau mengkhawatirkan diriku?!"

"Semuanya, tentang kita juga. Aku menyesal karena telah meninggalkanmu di sana."

"Tapi, kau memang harus melakukannya. Ini yang semestinya terjadi, pekerjaanmu tidak mungkin diabaikan begitu saja 'kan?"

"Ya, maka dari itu aku sangat kesal. Kau tidak tahu seberapa kacaunya pikiranku setelah sampai di rumah bulan lalu. Aku marah-marah pada mereka."

"Kau memarahi siapa?"

"Teman-teman di rumah sakit. Kutinggal hanya beberapa hari, otak mereka mendadak berubah bodoh semuanya."

"Kau ini lucu sekali. Suasana hatimu bisa mengancam kenyamanan orang lain."

"Itu gara-gara kau! Bisa-bisanya menertawaiku di situ, aku jadi ingin sekali menggigitmu!"

"See you soon, Sweetheart..." Dia menyeringai mendengar rengekan pacarnya di seberang.

"Love you, Dem..."

Ponsel diselipkan di kantung celana dini obrolan keduanya berakhir. Dan Demyanaru mengira dia perlu menengok kondisi Hinata sebentar sebelum meneruskan aktivitasnya. Masih tangannya terangkat hendak menggenggam pegangan pintu, si ibu dosen serta merta muncul dengan muka pasi.

"Oh, mau pergi, ya? Hatsyi!"

"Minum dulu obatmu, kau sudah sarapan 'kan?"

"Belum, tidak ada makanan baik yang bisa kumakan di dalam."

"Ada yang kau inginkan? Aku bisa memesankannya untukmu."

"Kau mau ke mana?" Alih-alih menjawab pertanyaan Naru, Hinata justru bertanya balik padanya.

"Sore nanti ada pertandingan di distrik Minato, kau masih ingat undangan dari mahasiswamu waktu itu 'kan? Aku berencana memenuhi tantangannya."

"Ah, baiklah. Semoga berhasil." Baru saja Hinata memutar bahunya, si tetangga spontan menginterupsi.

Neophyte ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang