Keenan dulu sempat menyangkal ucapan ayahnya soal anak-anaknya yang aneh, ayahnya itu terang-terangan berkata bahwa anak-anaknya sedikit melenceng dari pada manusia normal. Tapi saat melihat bungsunya yang kini tengah tergeletak di depan pintu kamar dengan kaki kirinya yang bergerak mengayunkan pintu membuat Keenan menyetujui ucapan ayahnya.
Apalagi saat melihat Dery yang ikut-ikutan bergeletak di lantai kamar yang dingin. Parahnya lagi tanpa atasan. Diikuti Ajun, Luka, dan juga keponakannya, Jovan. Keenan sampai harus menghela napas berulang kali dibuatnya.
Memang hanya Jaffar yang normal sepertinya. Yang lainnya menurun istrinya.
"Kalian lagi ngapain?" Keenan bertanya tiba-tiba. Membuat seluruh mata di sana memandangnya sengit. Keenan heran dibuatnya.
"Kenapa?" tanyanya sedikit terbata.
"Ya Ayah emang nggak lihat nih kita lagi rebahan ganteng? Hahh." Dery menghela napas panjang seolah begitu lelah menjawab pertanyaan ayahnya.
"Ayo jalan-jalan." ajaknya. Namun respon kelima remaja itu tampak tak perduli. Hanya Jaffar yang menanggapi ajakan sang ayah.
"Tuh bocil aja kakinya belum sembuh, Yah."
"Udah sembuh tau!" Jevian mendudukkan dirinya. Walau kakinya memang belum sembuh, tapi kalau untuk jalan-jalan sebenarnya bisa. Ya dia memaksa.
"Mana coba lihat Ayah." Keenan melangkah mendekati Jevian. Membuat Jevian mengulurkan kakinya yang memang masih sedikit bengkak.
"Hmm belum sembuh ini."
"Udah ih." jawabnya tak terima.
"Coba Ayah lihat jalannya."
Jevian berdiri, mencoba sedikit berjalan untuk membuat ayahnya percaya kalau kakinya sudah sembuh. Namun sayang, memang kakinya masih agak sakit untuk berjalan. Jadi, jalannya masih sedikit terpincang-pincang.
"Tuh belum kan?"
"Udah tauuu."
"Beluuum."
"Ayah kok nggak percaya banget sih sama Adek?"
"Adek kok nggak mau dengerin Ayah sih?"
"Ihhh Adek udah sembuh Ayah."
Keenan menghela nafas panjang. Wajar kalau istrinya mudah sekali marah, ternyata penyebabnya adalah Jevian. Anak ini memang susah sekali untuk dinasehati. Apa menjadi bungsu membuatnya sulit menerima ucapan orang lain?
"Adek sini coba."
Tangan kanan milik Keenan melambai memanggil bungsunya. Ada hal yang ingin dibicarakan olehnya berdua dengan si bungsu.
"Abang-abang boleh keluar dulu, nak?" tanya Keenan pada empat remaja di sana. Membuat mereka yang ada di dalam sana mengerutkan dahi mereka bingung. Namun tak urung menuruti ucapan Keenan.
"Adek sini." Keenan menepuk kasur di sampingnya. Menyuruh Jevian untuk duduk saling berhadapan dengannya di sana.
Setelah anak bungsunya itu duduk menghadapnya, hal pertama yang dilakukan Keenan adalah memegang kedua bahu Jevian.
"Ayah boleh tanya sama Adek?" tanyanya halus.
Jevian mengangguk pelan.
"Coba kasih tau Ayah kenapa Adek belakangan ini susah sekali dikasih tau." ucap Keenan menatap Jevian yang sedari tadi memasang wajah bingung.
"Ha?" Jevian refleks memiringkan kepalanya bingung. Maksud ayahnya ini apa sebenarnya?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.