Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Haikal Adhichandra Siregar, kata paman dan bibinya serta teman-temannya Chandra ini mirip sekali dengan sang ayah. Mulai dari warna kulit serta postur tubuh. Cara berjalan dan berbicara, selera humor juga nafsu makan. Kalau ketampanan ya pasti jelas Chandra yang menang lah. Tingkat ketampanannya itu 180% diatas sang ayah. Kalah jauh Bapak Kailand Siregar dengan sulungnya.
Itu sih kata Chandra doang.
Lahir di Medan dengan bobot lebih dari empat kilo, Chandra tumbuh dengan baik. Tak pernah kekurangan gizi karena nafsu makan anak itu yang tinggi. Hidupnya berjalan lancar seperti anak tunggal pada umumnya. Chandra tumbuh menjadi anak yang aktif dan ceria. Chandra tumbuh dengan kasih sayang yang hanya ditujukan untuknya. Sampai saat umurnya, sampai saat umurnya menginjak usia tujuh adik kembarnya lahir. Chandra merasa kalau kelahiran adiknya itu membawa banyak perubahan di dalam rumah.
Mulai dari Mami yang tak lagi pernah menemaninya tidur. Mami yang tak lagi pernah mengantarkannya kerumah Jovan atau Jevian. Juga dengan Papi. Papi tak lagi pernah mau diajak bermain monster monster an dengannya. Papi tak lagi pernah mengajaknya memancing sewaktu weekend. Semua berubah begitu saja saat adik-adiknya terlahir. Dan Chandra membencinya.
Entah dia membenci adiknya atau dia membenci dirinya yang terlahir menjadi sulung. Entahlah, Chandra juga terkadang bingung. Dia tak pernah suka kalau adik-adiknya diperhatikan lebih oleh kedua orang tuanya. Tapi Chandra juga tak pernah suka kalau melihat adiknya sedih karenanya.
"Abang! Mamih bawa brownies kesukaan Abang ini. Sini Nak."
Teriakan Mamih membuat lamunan Chandra buyar. Pandangannya teralih ke arah pintu yang kini sudah terbuka. Dihilatnya sang ayah yang masih berpakaian rapi setelah pulang kerja. Chandra memperhatikan ayahnya dari atas hingga bawah. Ayahnya begitu sempurna, pantas saja mendapatkan ibu yang sangat luar biasa.
"Apa nih liat liat Papih kaya gitu? Keren ya Papih?" tanya Kailand jahil.
Chandra membuang pandangannya lalu berpura-pura muntah. "Dih nggak lah. Papih jelek. Masih kalah jauh sama Chandra."