30. Atok Abah

2.6K 324 54
                                        

Di ujung komplek rumah Jevian, ada satu rumah yang tidak terlalu besar namun sangat asri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di ujung komplek rumah Jevian, ada satu rumah yang tidak terlalu besar namun sangat asri. Jevian suka sekali dengan rumah itu. Bahkan setiap lewat dari sana, Jevian selalu membayangkan rumah itu adalah miliknya. Rumah dengan bangunan bertingkat dua serta halaman yang sangat luas itu selalu dapat menarik atensi Jevian.

Rumah itu milik seorang pria tua. Orang-orang komplek memanggilnya Abah Haji, namun Jevian memanggilnya Atok Abah. Atok Abah baik sekali, Jevian kadang teringat dengan Awan setiap kali melihat laki-laki tua itu. Walau pun narsis, Awan begitu baik dan lembut padanya.

Awan juga senang memberinya uang, walau tak sesering Abu. Awan baik sekali, bulan lalu saja, Awan baru membelikan Jevian ipad baru karena miliknya yang sudah rusak karena terendam di kolam dua hari dua malam. Seperti yang sudah-sudah terjadi pada barangnya, anak itu akan merengek pada semua orang untuk membelikannya yang baru. Ayah jelas mau membelikan yang baru, hanya saja wajah Bunda yang tak bersahabat membuat Ayah mengurungkan niatnya.

Bunda bilang, Jevian harus belajar bertanggung jawab akan miliknya. Agar anak itu tidak ceroboh. Ini bukan kali pertama anak itu meninggalkan barang-barangnya di tempat yang bukan seharusnya. Jadi Bunda mau, Jevian belajar bertanggung jawab.

"Iyan! Sini!"

Setiap kali melihat Jevian, Atok Abah pasti saja memanggil Jevian. Tangan keriputnya yang melambai-lambai memanggil Jevian, kaca mata yang bertengger di hidungnya selalu saja melorot padahal Atok Abah begitu mancung, kemeja warna-warni miliknya, dan juga rambutnya yang putih, semuanya membuat Jevian merasa hangat.

"Coklat kurma buatan Andong. Cuma sedikit. Untuk Iyan aja, abang-abang nggak usah dikasih." Atok Abah mengulurkan satu toples berisi coklat kura dan berbisik pada Jevian.

Jevian tertawa mendengarnya, anak itu bahkan ikut duduk di samping Atok Abah. Biasanya kursi itu diduduki oleh Andong, istri Atok Abah.

Atok Abah dan Andong adalah sepasang suami istri yang sudah menikah lebih dari tiga puluh tiga tahun. Keduanya hidup bahagia berdua. Keduanya memang tidak dikaruniai satu orangpun anak. Maka semua orang di komplek dianggapnya anak dan cucu. Apalagi Jevian.

Atok Abah adalah penduduk pertama komplek Neo, lalu beberapa tahun setelahnya, ayah Jevian pindah ke komplek yang sama dengan laki-laki itu. Atok Abah dan Andong menyambut keluarga kecil Keenan dengan suka cita. Bahkan sepasang suami istri itu memberi banyak makanan pada keluarga Keenan Dirgantara yang waktu itu baru saja dikaruniai putra sulung mereka.

Bahkan stroller pertama milik Jaffar adalah hadiah dari sepasang suami istri itu.

"Enak nih kurma asli Mekah." seloroh Jevian menyantap pemberian Atok Abah.

"Haha iya dong, spesial untuk cucu kesayangan Abah." Atok Abah mengusap kepala Jevian sayang.

Laki-laki 60 tahun itu sudah menganggap Jevian sebagai cucunya. Tingkah laku Jevian yang sering membuat Bunda mengelus dada, dapat memikat hati sepasang suami istri itu. Bunda saja heran setiap kali Jevian membawa makanan atau barang-barang dari rumah Atok Abah. Apa Jevian pakai susuk ya?

meilleurs amis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang