Rose Pov
Mulut gue gak berenti kunyah roti selai kacang yang gua santap. Gue gak peduli mulut gue belepotan, gue mau segera ngabisin roti ini biar cewek cantik didepan gue ini gak ngisi pagi gue dengan omelan dia.
Roti selai dan susu coklat sarapan pagi rutin kami. Berbeda dengan gue menyukai selai kacang Jisoo lebih menyukai selai strawberry.
Gue melirik kearahnya dia tampak sangat tenang menikmati susu coklat serta membaca buku. Dia terlihat elegan dengan bersikap tenang namun juga arogan dikarena tatapan matanya yang dingin.
Mata kelabu terang miliknya tak henti-hentinya gue tatap. Gue gak tau dia menyadari gue menatapnya atau gak, dia sama sekali tidak terganggu.
Apa saat ini dia ngabaiin gue? Melirik gue aja gak tuh. Gue kesal tiap Jisoo ngabaiin gue perasaan semalem baik baik aja kenapa pagi ini dia bersikap dingin, bikin sebal aja deh.
Mungkin dia hanya ingin menikmati paginya ini dengan tenang, Rose berpikir positif lah tuan putrimu tidak mungkin mengabaikan princessnya okay. Seketika gua tersenyum, gue mencoba berdehem kali aja dia melirik ke arah gue.
"Minum air putih." Tanpa melihat kearah gue. Jisoo awas ya lo!
Segitu menariknya apa buku yang tengah dia baca? Gue kesal pliss dia malah mengira gue kesedak. Tapi dari sana gue jadi tau sekalipun dia sibuk dia masih saja peduli ke gue hehe.
"Udah sarapannya?"
Jisoo menatap gue seketika keningnya berkerut. Gue tau mulut gua belepotan gak usah segitunya kali natap gue Ji berasa gua bangkai ayam aja.
"Makan roti selai sesenang itu ya? Buat lo senyum merekah gitu." Kata katanya buat pipi gue memerah nahan mal. Astaga Rose kenapa lo gak sadar lagi tersenyum hei.
Jisoo terkekeh liat ekspresi gue langsung saja gue natap dia tajam lalu dia menyimpan bukunya kedalam tas.
Gue mengambil tisu yang terletak diatas meja makan. Pergerakan gue tiba-tiba dihentiin Jisoo, gue menatap bingung kearahnya. Dia menggelengkan kepala itu buat gue semakin bingung.
"Gue butuh tisu Ji! Gak liat gue belepotan gini?" Gue menatap kesal tapi dia hanya diam balik menatap gue. Apa-apaan sih lo Ji jadi aneh deh.
"Sejak kapan lo pelit gini? ini cuma tisu astaga.."
Belum selese gue lontarin kekesalan gue die malah bikin gue kaget dengan mendekatkan wajahnya ke wajah gue.
Gue pengen bilang 'lo mau apa Ji?' atau berdiri beranjak dari sini tapi badan gue sulit bergerak dan mulut gue berasa ada lem perekat.
Jantung gue berdetak dengan cepat bersamaan dengan wajahnya yang semakin dekat. Gue gak mau dia mendengar detakan jantung gue yang lagi berdisko. Seseorang tolong selamatkan gue dari situasi ini.
Cup..
Bibir Jisoo menempel ditepi bibir gue. Sontak gue menegang dengan mata terbelalak. Gue ngerasain lidah Jisoo menjilati tepian bibir gua dan bagian bawah bibir gua terakhir dagu gue.
Detakan jantung gue kini naik level semakin meningkat. Gua yakin Jisoo dapat mendengar detakan jantung gue, seketika pipi gua bersemu merah.
"Kek anak kecil makan belepotan." Ejeknya tersenyum malah saat mengatakan itu dia terlihat tenang sangat tenang seolah perlakuan dia tadi ke gua gak berarti apa apa.
Pengin deh rasanya gue tampar tu mulut, dikira gue anak kecil yang anteng anteng aja kalau digituin. Eh ini gue udah gede ya, kasian jantung gue. Setidaknya bagi gue itu berarti sangat, asal lo tau Ji. Sekilas gue liat pipi dia memerah cuman dia terlalu pinter buat kendaliin ekspresi, gak adil banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Typa Girl [Chaesoo]
Teen Fiction"Tegang amat Je." "Gimana gue gak tegang Ji, kalo lo nya gini!" "Maafin Ji, gue salah udah ninggalin lo. Gak nungguin lo." "Jangan ngambekin gue! Kendaliin tuh tatapan lo bisa beku nih kelas berasa dikutub." "Jisoo maafin Rose ya." "Jangan ninggalin...