chapter 23

906 110 23
                                    


Tampak Joy terburu-buru menuju ruangan CEO dengan membawa beberapa berkas penting. Bahkan ketika beberapa karyawan menyapanya ramah, sama sekali tidak ia respon. Rasa cemas membuat Joy tidak memperdulikan lingkungan sekitar.

Sesuai yang diminta oleh Irene semalam, tidak boleh terlambat harus tepat waktu. Jam 7 pagi sudah terletak rapi diatas mejanya, jika saja Joy terlambat menyerahkan berkas tersebut. Boss nya itu mengancam, bulan ini tidak akan memberikan Joy bonus.

"Ren gue gak telat kan?"

Joy bertanya dengan nafas ngos-ngosan seraya membuka pintu ruangan CEO Bae. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu serta tidak menggunakan bahasa formal, sekejap ia melupakan etika bersikap terhadap atasannya.

"Eh maksud saya. Bos saya belum terlambat bukan menyerahkan...."

Perkataannya terhenti begitu saja, saat tidak menemukan Irene duduk angkuh di singgasananya. Kemana sosok bos nya itu? Tidak seperti biasanya Irene tidak berada di ruangannya terlebih di pagi hari.

"Lahh dia kemana?" Tanya Joy kebingungan sendiri, mengingat disana tidak ada seorangpun.

"Gue udah buru-buru dateng kesini nyerahin nih berkas, dia malah nggak ada." Kesal Joy meletakkan berkas itu asal-asalan diatas meja.

"Tau gini mending semalem gue terima ajakan kak Wen dinner. Demi nih kerjaan biar cepat kelar, bergadang loh gue semaleman suntuk." Gerutunya mengomel akan sikap menjengkelkan Irene.

"Dasar boss setan. Untung kerja disini gajinya gede."

Joy terus saja mengomel sendirian disana, mengeluarkan kekesalan yang ia rasakan terhadap bossnya. Sementara Irene pagi-pagi sudah melajukan Lamborghini-nya dengan santai, bukan menuju ke kantor melainkan ke sekolah swasta bergengsi.

Semua mata langsung tertuju pada Irene, begitu ia keluar dari dalam mobil menggunakan pakaian kerja. Dia terlihat elegan disertai wajah cantik yang dimilikinya, semakin membuat Irene menjadi pusat perhatian murid-murid disana.

"Anjir cantiknya. Guru baru bukan?"

"Gila! Kalau benaran guru baru, bakal rajin deh gue masuk kelas tanpa bolos-bolod club."

"Sumpah cantik banget!"

Begitulah suara-suara serta harapan murid lelaki yang mengagumi kecantikan Irene bagaikan dewi Yunani itu.

"Pantesan selama ini gue jomblo. Eh ternyata jodoh gue baru dateng sekarang." Lucas menimpali sembari merapikan tataan rambutnya. Nayeon yang berada disebelahnya mencemooh menanggapi kepedean Lucas.

"Sadar diri tolong. Speak bidadari kek gitu mana sudi sama lu."

"Apasih lo Nay Serik aja. Cemburu mah bilang." Tukas Lucas tengil melirik Nayeon.

"Dihh gak banget." Decih Nayeon berlagak muntah.

"Pagi kak cantik." Sapa seorang lelaki memberanikan diri mendekati Irene.

Irene melirik sebentar lalu mengabaikan lelaki tersebut. Irene tidak akan terbang bila dipuji cantik, sudah kenyang dia menerima kata-kata seperti itu.

"Ngakak haha dicuekin lo." Sorak murid disana mengejek.

"Kakak datang kesini ada perlu apa?" Tanyanya ingin tahu. Meskipun dicuekin dan diejek tidak membuatnya kena mental dan terus maju.

"Mau ketemu Jisoo." Jawab Irene singkat dan terdengar datar.

"Hah Jisoo? Njer kakak saudaranya Jisoo ya. Wah parah nih, gak adik gak kakak sama-sama cantik." Takjub Ten lansung menyimpulkan.

"Bisa dong. Gak dapat adiknya dapat kakaknya juga gak apa-apa haha." Murid cowok lain ikut menimpali.

Typa Girl [Chaesoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang