chapter 22

859 119 19
                                    


Rosé tersenyum melihat Jisoo berjalan memasuki kawasan apartemen dari luar jendela. Saat ini Rosé berada di dapur tengah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Selain memang karena merasa lelah dan juga pegal-pegal, alasan lainnya ia sengaja tidak ikut kali ini joging dikarenakan ingin memberikan Jisoo kejutan.

Setelah membuka pintu apartemen Jisoo dikejutkan dengan tangan seseorang yang langsung menutupi matanya. Yang Jisoo yakini pelaku tersebut adalah Rosé, siapa lagi bukan?

"Princess." Herannya memegangi tangan Rosé tanpa ingin menyingkirkan tangan Rosé dari matanya.

"Pagii tuan putri. Bagaimana jogingnya apa menyenangkan?" Sapa hangat Rosé masih tetap dengan posisinya.

"Buruk. Mungkin karena tidak ada kamu disampingku." Jawab Jisoo jujur. Ditambah dengan insiden ia bersama Irene tadi, begitu buruk.

Rosé melepaskan tangannya dari mata Jisoo setelah mendengarkan penuturan Jisoo barusan.

"Pagi-pagi sudah membual dasar!" Cemooh Rosé mencubit kecil hidung mancung Jisoo.

Jisoo terkekeh menanggapi ledekan princess nya. Ekspresi wajah Jisoo mendadak berubah, ketika melihat dua jari tangan Rosé dibaluti hansaplast. Kemudian ia memegang tangan Rosé berguna untuk memastikan.

"Princess jari kamu kenapa?" Jisoo bertanya dengan raut muka cemas.

"Aku tanpa sengaja melukai jariku sewaktu menyiapkan sarapan." Akui Rose terdengar polos.

"Kamu tidak harus merepotkan diri Je, sampai melukai jari-jari indahmu." Omel Jisoo tidak menginginkan Rosé kenapa-kenapa.

"Astaga tuan putri ini hanya luka ringan. Aku baik-baik saja." Gemas Rosé akan kecemasan Jisoo yang dirasa sudah overprotektif.

"Maupun itu ringan atau berat, tetap saja pisau sialan itu melukaimu." Kesalnya yang digubris kekehan gelak tawa Rosé.

"Ini terakhir kalinya kamu memasak ya. Lebih baik aku tidak usah makan saja daripada harus mendapati luka dijarimu." Kembali Jisoo mengomel. Baru terkena luka kecil saja Jisoo sudah seover begini.

"Masih ada banyak cara lain untuk bisa makan, dengan membeli misalnya." Lanjutnya terdengar marajuk.

"Jisoo aku ingin melakukan sesuatu yang berguna untukmu. Makanan memang bisa dibeli dan lebih mudah juga. Namun makanan yang dimasak oleh orang tersayang rasanya jauh lebih nikmat." Ucap Rosé memberitahu niat istimewanya.

"Didapur luka kena pisau itu hal yang sudah biasa terjadi. Terlebih untuk pemula sepertiku." Rose mengandeng tangan Jisoo menuju meja makan.

Jisoo menurut tanpa banyak kata akibat dibuat terpaku mendengar pernyataan tulus Rosé. Dalam diam ia tersenyum mendapati sikap hangat princessnya.

"Daripada kamu terus-terusan mengomeliku dan menyalahkan pisau, sebaiknya kamu mencicipi masakanku." Tawar Rosé tersenyum memperlihatkan menu makanan yang ia buat tadi.

"Bagaimana? Terlihat enak bukan?" Godanya setelah melihat ekspresi kagum Jisoo.

"Iya terlihat enak dan aku sudah tidak sabar ingin mencobanya." Ujar Jisoo mengambil sendok.

"Silahkan saja."

Jisoo bersiap-siap dengan makanan di atas meja, sengaja mengambil banyak porsi. Tercium bau harum yang menggoda lidah, membuatnya tidak sabar ingin segera melahap makanan enak ini.

Ting Tung..

Ting Tung..

Terdengar suara bell berbunyi, menandakan ada orang yang bertamu. Sontak keduanya menoleh dan saling menatap satu sama lain.

Typa Girl [Chaesoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang