chapter 21

1.3K 131 34
                                    


Irene melampiaskan amarahnya dengan bermain badminton bersama temannya. Tapi kali ini Irene terlihat berbeda, seperti ada sesuatu yang membuatnya marah dan melakukan serangan beruntun dan juga keras.

Joy selaku teman baiknya dibuat kewalahan menghadapi serangan Irene berturut-turut. Peluh keringat membasahi wajah cantik keduanya, namun Irene terlihat sama sekali tidak merasa kelelahan.

"Udah ah, cape gila." Kesal Joy keluar dari lapangan badminton.

"Napa sih lo Ren mainnya pake tenaga banget. Terlalu semangat apa gimana sih?!" Joy bertanya seraya menghapus keringat menggunakan handuk kecil.

Irene tidak menjawab melainkan menatap lapangan badminton dengan muka menahan emosi. Terdengar nafasnya memburu tapi ia tidak ingin berhenti sampai disini saja dengan memaksa Joy kembali bermain.

"Gak Ren gak! Gue udah gak kuat, jangan paksa gue. Gila lo Ren marahnya ke siapa melampiaskannya malah ke gue." Tolak Joy bercampur kesal menarik diri dari Irene.

"Joy ayo main satu ronde lagi, hati gue masih belum bisa tenang." Pinta Irene menatap penuh harap Joy namun Joy menggeleng kuat.

"Ren duduk deh sini, minum dulu." Ajak Joy meminta Irene duduk disebelahnya.

Irene menghela nafas dan menurut, kemudian Joy memberinya minuman penyegar berharap bisa sedikit membantu meredakan amarah dalam diri temannya.

"Lupain aja Ren, cuma bocah SMA ini gak usah lah diambil pusing. Masalahnya juga udah kelar dengan dia mau ganti rugi." Ujar Joy lalu meneguk minumannya.

"Gak semudah itu Joy. Dia udah hina gue didepan banyak orang, seberapa kaya sih dia? Masih bocah aja belagu." Jelas Irene tidak terima dengan perilaku sombong Jisoo tadi.

"Menurut gue dia malah keren loh. Demi kesalahan temannya dia sampai rela keluarin banyak duit bahkan ngasih lambo gitu aja. Bisa bayangin gak seberapa royalnya dia ke pasangannya, gila." Joy malah takjub dengan tindakan Jisoo.

"Joy jangan kek orang susah deh lo. Ini bukan perihal uang aja tapi juga sopan santun, dia tahu gue sama pak Hong lebih tua dari dia. Gak pantas dia belagu dan bikin malu kami berdua." Protes Irene tidak setuju dengan pemikiran Joy.

"Aduh buk masih aja gila hormat." Ledek Joy yang langsung dapat tetapan dingin Irene.

"Santai hehe santai." Joy menyengir melihat tatapan Irene.

"Dia cantik gak? Kalo cantik masih bisa dimaafin lah." Pancing Joy ingin tahu penilaian Irene.

Pertanyaan Joy tidak langsung dijawab olehnya, Irene mencoba mengingat kembali kejadian tadi terlebih mengingat senyuman serta tatapan lembut Jisoo. Terbit segaris senyuman dibibir Irene dan itu tidak luput dari perhatian Joy. Kemudian Irene tampak kesal begitu melihat tatapan yang diperlihatkan Jisoo untuknya sangat berbeda sekali.

"Kenapa buk? Lagi mikirin bocah SMA keren itu ya? Eh bocah SMA belagu deh." Ejek Joy sengaja memainkan emosi Irene.

"Gausah terpaku sama paras seseorang, etikanya juga perlu diperhatiin." Usai mengatakan itu, Irene berdiri dari duduknya dan pergi.

"Ren kok gue jadi pengen kenalan ya sama bocah SMA itu." Perkataan Joy tidak dihiraukan Irene dan terus tetap berjalan.

"Lo tau gak dia sekolah dimana? Seru tuh punya gebetan brondong."

"Ren kalau lo ketemu dia, kabarin gue ya."

"Dasar gila." Rutuk Irene masuk keruangan ganti baju.

****

Setelah membeli Lamborghini dengan harga fantastis dan menyelesaikan proses pembayaran dan segala berkas lainnya, disaat itu juga mereka pergi jalan-jalan di sekitar sana. Seakan-akan melupakan kejadian naas tadi yang menghilangkan uang dengan jumlah besar, keduanya terlihat bahagia.

Typa Girl [Chaesoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang