Chapter 7 : Keputusan

620 86 4
                                    

Seperti mawar, si cantik pun harus memiliki duri sebagai perlindungan diri.




Hyunjin tersadar setelah rasa perih dari air dingin menyapu kulit wajahnya. Rambut Hyunjin ditarik kuat dan si pelaku membenamkan kepala nya kembali ke dalam bak.

Saat pria itu melepaskan cengkraman tangan dari rambut nya, Hyunjin sontak meraup oksigen sebanyak-banyaknya setelah beberapa saat ia tidak bisa bernafas.

Rambut nya yang basah kuyup membuat luka di wajahnya mulai terasa perih.

"Di mana barang ku?"
Si pelaku bertampang sangar, bermata satu dengan potongan rambut khas militer yang baru pertama kali Hyunjin temui mencekik lehernya kuat.

Hyunjin kembali terbatuk. Jalur pernafasan nya kembali menyempit. Ia sontak menahan lengan pria itu sebisanya.
"Aku... tidak... tahu.." ucapan Hyunjin terputus-putus ketika mengucapkan itu.

Raut pria itu semakin menggelap. Ia tampak sangat marah. Cengkeraman di leher Hyunjin terlepas digantikan oleh pisau lipat yang terasa dingin menyentuh pipinya.

"Katakan dimana teman mu itu atau aku akan melukis wajah tampan mu dengan ini."

"Aku benar-benar tidak tahu dimana dia sekarang. Dari kemarin dia tidak masuk sekolah dan nomor nya tidak bisa dihubungi."

Hyunjin menjeda ucapannya ketika netra nya menangkap Felix yang terikat di kursi sudah sadar. Ia seketika mendapat ide untuk keluar dari sini.
"Bagaimana jika kalian melepaskan ku? aku janji akan membawa barang itu dan Minho kesini."

Di situasi seperti ini salah satu dari mereka harus keluar dari sini untuk meminta bantuan.

Ia melirik Felix yang juga tengah menatapnya cemas. "Kalian bisa mempercayai ku, anggap saja dia sebagai jaminannya." Tunjuknya kearah Felix.
Hyunjin yakin pria itu mau menerima tawarannya. Karena ia juga sama seperti Hyunjin; tidak punya pilihan lain.

"Hyung, aku setuju dengan itu." Yeonjun yang baru bergabung menginterupsi mereka. Ia membujuk bos nya menyetujui tawaran itu. Tentu saja ia memiliki tujuan khusus, Ini kesempatan nya mengambil milik Hyunjin.

Selagi Hyunjin mencari Minho ia ingin mencicipi Felix. Bahkan jika rivalnya itu tidak menepati janji, setidaknya mereka bisa menggunakan Felix untuk menghasilkan uang. Menyewakan tubuhnya atau menjual organ nya. Yang pasti dalam hal ini, Yeonjun yang paling diuntungkan.

Pria itu meraih kerah kemeja Hyunjin, memperingati nya melalui tatapan. "Jika kau tidak menepati janji mu sampai besok pagi, maka kau tahukan apa yang akan aku lakukan padanya? Tentu saja dalam bisnis ini aku harus mendapatkan ganti uang ku."

Hyunjin meneguk ludah nya kasar. Ia mengangguk kuat. "Aku akan membawa nya kemari."

Pria itu melepaskan Hyunjin. "Bagus. Kalau begitu pergilah."



"Hyung..." Felix menangis. Ia tampak begitu kacau dan kalut. Ia masih berusaha memanggil Hyunjin meskipun hatinya terasa begitu sakit dikhianati seperti ini. Berharap si kekasih tidak meninggalkan nya bersama mereka.
Namun Hyunjin membisu. Ia tidak sedikitpun menoleh ataupun bersimpati pada keadaan Felix.

Yeonjun menahan bahu Hyunjin dan berbisik. "Pacar mu sangat manis. Ku rasa tubuhnya cukup nikmat. Aku sangat tidak sabar untuk mencicipinya." Provokasi nya dengan seringai menyebalkan.

Hyunjin terkekeh geli, ia mengangkat bahu nya, menatap Yeonjun bosan. "Yeah, kau bisa memiliki nya. Menidurinya atau melakukan apapun sepuas mu. Aku sama sekali tidak menyukainya. Aku memacari nya hanya karena bertaruh dengan Minho. Dan yah, sekarang aku juga mulai bosan."

TASTE - HYUNLIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang