Chapter 17 : Rahasia kecil

333 53 4
                                    


Hallo...
Bagaimana kabar kalian?
Makasih untuk yang udah mampir , meninggalkan review dan bintang nya.
❤️❤️❤️


Ketika Felix mencintai Hyunjin, pria itu akan memperlakukan Hyunjin seperti bagaimana dia ingin diperlakukan. Menuruti Hyunjin tanpa banyak bertanya, memberikan segalanya dengan jiwa murni nya, mencintainya tanpa ada prasangka.

Namun ketika Hyunjin menyakitinya, maka Felix akan memperlakukan Hyunjin seperti apa yang Hyunjin lakukan padanya. Mempermainkan dan membuat Hyunjin tunduk sepenuhnya.

Hyunjin tahu itu. Tanpa harus menebak, sudah pasti Felix sedang membalasnya seperti apa yang sudah ia lakukan, atau mungkin lebih. Dan Hyunjin pun tahu ia mulai jatuh pada perangkap yang Felix siapkan.
Buktinya, rasa cemburu yang mulai tumbuh ketika melihat Felix bersama pria asing itu atau saat ia memergoki Felix bersama Eric di toilet tempo hari.
Hyunjin juga menyadari bahwa Felix membuatnya menjadi tidak berdaya atas dirinya sendiri seolah-olah menunjukkan jika Felix lah pemilik nyawa nya. Felix mendorongnya jatuh ke jurang, lalu menggapai tangan nya seperti dewa yang bisa membunuh lalu menyelamatkan manusia.

Seperti saat kemarin, Hyunjin menerima bantuan pengacara yang Felix utus, karena ia tidak memiliki opsi lain. Hanya Felix lah satu-satunya orang yang menawarkan rasa aman di bawah pengawasan tuan Hwang. Membantunya menyelesaikan kasus tanpa harus terendus oleh sang ayah.

Lalu, setelah semua itu bagaimana Hyunjin bisa melarikan diri, sekalipun dia ingin?

***

Mobil sedan berwarna hitam itu melaju dalam keheningan. Tidak ada yang membuka percakapan atau sekedar basa-basi. Sang pengacara fokus pada laju mobilnya sementara Hyunjin memilih mengamati setiap pemandangan yang disajikan Seoul malam hari dengan pikiran lelah.

Hanya terdengar gerakan ringkas si pengacara menggerakkan persneling, lalu mobil yang mereka tumpangi memasuki kawasan elit apartemen Seoul.
"Tuan Lee memberitahu ayah mu jika kau akan menginap beberapa hari dirumahnya. Tuan Hwang sudah memberi izin, sehingga kau bisa menyembunyikan kondisi mu untuk sementara waktu."
Sedan itu berhenti di parkiran bawah tanah bersamaan dengan selesainya penjelasan singkat si pengacara.

Hyunjin hanya mengangguk mengiyakan karena ucapan si pengacara ada benarnya.

"Apa Felix tinggal bersama keluarganya? Kami memang berteman tapi Felix tidak memberitahu apapun tentang keluarga nya. Aku takut keluarganya akan risih dengan keberadaan ku lalu..."

"Tidak. Tuan Lee tinggal sendirian. Keluarga nya ada di luar negeri. " Jawab si pengacara seraya menekan huruf F pada sisi lift.

"Soal tadi..." Hyunjin kembali memecah keheningan di dalam lift.

"Terimakasih sudah membantu."

Si pengacara tersenyum kecil. "Tidak perlu, itu bagian dari tugas ku. Berterimakasih lah pada tuan Lee karena dia yang menugaskan ku menyelesaikan masalah mu di kantor polisi."

"Itu pasti" gumam nya seraya mengikuti langkah si pengacara keluar dari lift. Lalu tanpa ada percakapan lagi mereka berbelok menuju section F dan berhenti tepat pada pintu unit bertuliskan 149F.

Si pengacara memasukkan beberapa kata sandi dan pintu pun terbuka.

"Apa mereka dekat hingga Felix berbagi sandi apartemen dengan nya?" Batin Hyunjin menerka.

"Masuk lah," ajak si pengacara mempersilahkan.

"Maaf, aku tidak bisa menemani mu disini karena ada beberapa pekerjaan yang harus aku urus."
Si pengacara melirik arlojinya "sepertinya sebentar lagi tuan Lee akan pulang les. Tidak apa-apa kan kau menunggu sendirian?"
Ucapnya meminta pengertian.

"Ah iya, tidak apa-apa, aku akan menunggu disini." Jawab Hyunjin cepat. Ia sedikit bersemangat membayangkan seorang diri tengah berada di teritorial Felix. Ini kesempatan untuk mencari tahu, gumam nya senang.

Pintu kembali tertutup. Sekarang Hyunjin benar-benar sendirian di apartemen Felix. Ia membuka sepatu dan melepas kaos kaki nya, lalu menaruhnya bersisian dengan sepatu olahraga berwarna putih yang Hyunjin yakini bukan milik Felix. Terlihat dari ukuran sepatunya yang lebih besar beberapa nomor dari ukuran sepatu Felix. Mengabaikan itu, Hyunjin mengambil salah satu sendal rumah bergambar anak ayam berwarna kuning yang lucu kemudian memakainya. Ia terkekeh kecil seraya menyimpan dalam benaknya, satu fakta baru ; Felix menyukai hal-hal menggemaskan.

Hyunjin meletakkan tas nya di meja lalu memutar arah pandang, mencari setiap sudut yang kiranya di pasangi CCTV. Ia tidak ingin gegabah dan berakhir tertangkap basah seperti maling yang menyatroni rumah target nya.

Setelah memastikan jika tidak ada kamera keamanan yang terpasang ia segera melaksanakan rencananya.
Langkah pertama ia pijakan pada pintu kamar yang paling dekat dengan keberadaannya, sebuah pintu bercat cokelat terang. Dengan hati-hati Hyunjin memutar kenop pintu.

"Tidak terkunci!" Batin nya senang.
Tanpa membuang-buang waktu, ia menjelajahi ruangan itu.
Rapi dan manis, itu lah kesan pertamanya soal ruangan itu. Ada banyak furniture yang menghiasi ruangan itu. Mulai dari ranjang, meja belajar, lemari pakaian, rak buku, action figure dan lukisan bernilai seni tinggi.

Pakaian berwarna pastel yang tertata rapi adalah pemandangan pertama yang ia lihat ketika membuka pintu lemari. Bau harum dari pewangi laundry memenuhi rongga respirasi nya.

Lalu Hyunjin membuka pintu lainnya. Ia menyibak satu persatu pakaian yang tergantung seraya berbisik pada dirinya, "ternyata dia menyukai pakaian berwarna gelap dan berukuran besar seperti ini." Hyunjin tersenyum membayangkan betapa menggemaskan nya sang kekasih tenggelam dalam kemeja hitam kebesaran itu.

Kembali ke tujuan utamanya untuk mencari barang, foto atau apapun yang bisa menjadi secuil informasi ia pun menutup pintu lemari pakaian. Kali ini, rak buku adalah tujuan keduanya.

Jemarinya menyisir judul buku dengan cepat, lalu berhenti di bagian buku bersampul tebal yang Hyunjin yakini sebagai album foto. Ia mengambil beberapa buah kemudian menaruhnya di lantai. Hyunjin turut duduk di lantai sedangkan tubuhnya ia sandarkan pada pinggiran ranjang.

Ia membuka lembaran yang ternyata benar adalah album foto.
Tampak potret keluarga harmonis di setiap lembaran nya. pandangan Hyunjin segera tertuju pada bocah berusia 10 tahun yang sedang merayakan ulang tahun tengah diapit oleh ayah dan juga ibunya.

"Dia sangat manis" puji Hyunjin jujur. Senyum kecil terulas dari bibir nya.

Lalu ia membalik lembar selanjutnya dan Hyunjin menyadari ada sebuah kejanggalan. Ia membalik ulang setiap halaman, memastikan apakah ada yang ia lewatkan.

"Tidak ada." Batin nya. Tidak ada foto masa kecil Felix. Semua foto dimulai saat lelaki itu berusia 10 tahun. Lalu foto berlanjut hingga ia remaja dan apitan kedua orangtua disisi nya berganti foto seorang pria yang Hyunjin kenali sebagai pria asing waktu itu, tepat di ulang tahun Felix ke 15. Tidak ada lagi kenangan bersama keluarga manisnya, semua momen berganti dengan potret Felix bersama pria itu.

"Dia berbohong. Aku bukanlah cinta pertamanya tapi pria ini." gumam Hyunjin enggan melepaskan tatapan dari foto dua orang pria yang sedang merayakan ulang tahun berlatar belakang di sebuah pantai. Kali ini bukan Felix yang berulang tahun tapi pria yang memegang kue dengan angka 26 itu.

Pandangan Hyunjin tertuju pada kalimat yang tersemat di bawah foto. "Happy birthday Chris, you'll always be my first love." Ada denyutan samar, halus sekali namun mendera Hyunjin tanpa ampun saat jemarinya mengusap foto itu.

"Lalu kenapa dia mengejar ku, bukannya pria ini. Jika sejak awal ketika dia menyelipkan surat cinta hanya sebuah jebakan, apa yang sebenarnya dia inginkan dariku?"
Hyunjin tak habis pikir menebak alur yang Felix rangkai. Ia tidak mengerti kenapa pria itu sedari awal mengincar nya. Berpura-pura polos lalu mempermainkannya seperti ini.

Ponsel nya yang berdering singkat, menandakan sebuah pesan masuk membuyarkan lamunan Hyunjin. Ia kembali ke realitas. Sadar aksinya akan ketahuan, Hyunjin buru-buru mengemas foto itu dengan rapi lalu meletakkan kembali ke tempatnya.

Sementara itu di balik pintu apartemen Felix tengah memandang layar smartphone nya yang memperlihatkan apa saja yang Hyunjin lakukan.
Ia menyeringai kecil lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku. Di tekan nya sederet kata sandi dan pintu pun terbuka.

****

TASTE - HYUNLIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang