Felix Menelisik satu per satu manik bening Hyunjin sembari menyisir rambut di pelipisnya penuh kasih sayang.
"Hyung, jika ada yang ingin hyung tanyakan, tanya saja. Aku akan menjawab semuanya." Ujar Felix seraya menempelkan plester pada pelipis Hyunjin.Hyunjin menggeleng lemah. "Hyung ingin menanyakannya, tapi hyung rasa informasi soal tawuran itu sudah menyebar cepat diantara anak-anak."
Felix mengangguk, ia tahu Hyunjin tidak akan mengatakan rahasia kecil yang ia ketahui tadi. Meskipun Felix sudah menegaskan akan menjawab apapun namun rupanya Hyunjin tidak cukup percaya pada kata-katanya. Jadi, Felix tidak akan memancing Hyunjin lebih jauh lagi. Ia turuti kemana arah pembicaraan Hyunjin.
"Eric memberitahu ku jika hyung terlibat tawuran. Karena itu aku meminta paman Lee membantu hyung. Aku juga sudah meminta izin pada paman Hwang mengajak hyung untuk tinggal sementara disini, aku rasa itu keputusan terbaik sampai luka hyung sembuh."
"Terimakasih atas bantuannya" Hyunjin mengulas senyum canggung tak tahu harus apa yang akan ia katakan karena terlalu banyak hal terendap di benak nya.
Felix membalasnya dengan senyum singkat, merasa kecewa namun ia tidak bisa memaksa . Ia tahu Hyunjin enggan berbagi dengan nya meskipun kernyitan gusar di kening lelaki itu tampak jelas.
"Apa ada luka di bagian yang lain nya?" Alihnya seraya meraba kerah baju Hyunjin bersiap mengintip memar yang sedikit terlihat di bagian atas dada nya.
Hyunjin menahan tangan Felix, merasa gugup dengan jarak mereka yang terlalu dekat dan juga ia masih tak terbiasa dengan sentuhan tiba-tiba Felix.
"tidak ada. Hanya luka di wajah saja" beritahunya dengan kebohongan kecil.Lantas Felix meraih tangan Hyunjin untuk digenggamnya. Ia ingin meyakinkan lelaki itu untuk percaya padanya, mengatakan apa saja yang mengganjal di benaknya atau menanyakan keingintahuan nya.
"Jika ada yang ingin hyung katakan, katakan saja. Aku pasti akan menjawabnya."
Hyunjin tak menolaknya. Ia membiarkan tangan nya di genggam erat si mungil. Ia mengamati wajah sang kekasih dengan perasaan aneh yang menjalari aliran darahnya."Apa aku benar-benar cinta pertama mu?" Pertanyaan itu lolos begitu saja tanpa Hyunjin sempat memilah kata terlebih dulu. Cukup penasaran dengan foto yang terakhir ia lihat. Mungkin memastikan langsung membuat penilaian Hyunjin tentang Felix semakin jelas.
Felix mengangguk kuat. Ia tersenyum lebar ketika mengatakan itu. Tanpa ada keraguan atau jeda waktu untuk memikirkannya.
Hyunjin mengulas senyum, lalu dengan cepat senyum itu pudar digantikan oleh rasa kecewa yang terlihat jelas di wajahnya. "Bahkan dengan mudahnya dia berbohong" batin nya.
***
Hyunjin tidak pernah membayangkan jika ia akan tidur seranjang lagi dengan Felix, meskipun dalam konteks hanya tidur biasa.
Hyunjin tak berniat mengubah posisi tidur menyamping nya ketika Felix memeluk punggungnya erat, terlalu takut untuk berbalik dan akan menghabiskan sepanjang malam melihat sosok pria itu di dekat nya.
Hyunjin menggigit bibirnya seraya berharap kapan kantuk akan menjemputnya. Ia tak mengerti apa yang membuat matanya terus terjaga, apa karena ini bukan rumahnya atau karena kehadiran Felix yang tanpa jarak dengan nya?
Ketika Hyunjin berusaha memejamkan mata, keinginan untuk menoleh kearah Felix semakin besar. Rasa penasaran bagaimana lelap nya tidur pria itu semakin memuncak.
"Baiklah, hanya sebentar. Setelah itu aku akan tidur" guman nya kecil.Ia membalikkan badan. Berhadapan dengan sosok yang tengah tertidur pulas itu.
Jantung nya berdetak semakin tak terkendali, begitu pula dengan perasaan aneh yang perlahan-lahan menyusupi nya. Ia tidak pernah membayangkan akan menghirup aroma yang sama lagi dari Felix dengan jarak hanya beberapa centi. Aroma yang membuat ia mabuk, merindu namun anehnya menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TASTE - HYUNLIX
RomansaFelix itu mangsa nya. Hyunjin menekankan itu. Ia bahkan berhasil membawa hoobae nya itu ke atas ranjang nya pada kencan pertama mereka. Felix yang polos, lugu dan siswa teladan di sekolahnya berhasil ia ubah menjadi murid yang berada di urutan perta...