Chapter 10 : Bidak

613 85 3
                                    










Ini hari kelima Hyunjin dirawat dan ia masih tidak menunjukkan tanda-tanda akan sadar.

Wali kelas dan teman-teman nya sudah menjenguknya tadi siang. Namun keluarga Hyunjin satu-satunya-ayahnya- malah sibuk dengan acara pencalonan dirinya. Ayahnya hanya berkontribusi membayar biaya perawatan Hyunjin. Maka, hanya Felix dan juga Minho yang bergantian menunggui Hyunjin.

Minho melirik arloji pemberian Hyunjin yang melingkar di pergelangan tangan nya. 15 menit lagi jadwal jaga nya selesai. Itu artinya Felix yang akan menunggui Hyunjin sampai pagi.

Alasan mereka memberlakukan jadwal jaga adalah karena Minho harus mencari uang pada malam hari dan Felix pun sibuk dengan kegiatan belajar nya sampai sore. Karena itu mereka sepakat saling meluangkan waktu untuk bergantian menjaga Hyunjin.

Melihat jemari Hyunjin bergerak kecil, Minho segera memencet bel yang terletak di kepala ranjang. Tak butuh waktu lama, perawat dan juga dokter berdatangan ke ruangannya.

Mata hyunjin perlahan terbuka. Ia juga merespon tes pemeriksaan fisik dengan baik. Dokter mengatakan jika kondisi Hyunjin cukup baik.



"Kau ingat siapa nama mu?"
Minho bertanya serius karena Hyunjin sedari tadi hanya diam dan tidak antusias dengan kepulihan nya. Mungkin saja Hyunjin amnesia seperti di drama-drama, pikir Minho.

"Brengsek, tentu saja aku ingat." Umpatan pertama Hyunjin setelah ia sadar membuahkan decak kagum dari bibir Minho. Hyunjin ternyata masih seperti dirinya yang dulu. Itu artinya tebakan Minho salah.

"Bagaimana kondisi mu? Kau merasa sakit di bagian mana?"

Hyunjin menggeleng lemah.
"Aku baik-baik saja." Ujar nya seraya menegakkan badannya dan bersandar pada kepala ranjang.

Pandangan Hyunjin jatuh pada tangan nya. Ia terdiam sejenak menatap 2 jari nya yang terlilit perban. Hyunjin sontak menggigit bibirnya kuat seraya memejamkan mata ketika kilas balik malam mengerikan itu kembali muncul di benak nya. Hyunjin menekankan kepada dirinya bahwa ia harus berusaha melawan rasa takut itu.

"Hyung."

Felix berseru keras seraya menghampiri mereka. Ia terengah-engah mengatur pernafasannya akibat terlalu bersemangat berlari.

Secara otomatis kedua orang yang mengisi ruangan menoleh ke arah Felix. Pupil Hyunjin yang bergetar bertabrakan dengan iris Felix. Jemari Hyunjin tremor merespon kehadiran pria itu. Hyunjin segera menggenggam jarinya dan memutus pandangan dengan Felix. Ia tidak ingin ada yang menyadari jika Hyunjin setakut itu bertemu Felix.

"Hyung..." Pria mungil itu berseru riang seraya memeluk Hyunjin erat.

"Aku mencemaskan hyung, aku sangat khawatir dengan hyung. Syukurlah... syukurlah Hyung siuman." Felix terisak dalam tangis nya. Jemari mungil nya mengelus-elus punggung Hyunjin dengan sayang. Hyunjin ragu-ragu membalas pelukannya, namun ia tetap memaksakan tangannya merangkul tubuh Felix.

"Hyung, juga merindukan mu." Gumam Hyunjin terbata. Jemari nya yang merambat di punggung Felix gemetar hebat. Hyunjin menggigit bibirnya kuat mengalihkan rasa takut dan gugup nya.
Dan Minho yang sedari tadi berdiam diri di sana menatap Hyunjin heran. Respon yang diberikan Hyunjin terlihat mencurigakan di mata nya.

Felix melepaskan pelukannya dan menangkup pipi Hyunjin. Memaksa pria itu menatapnya lekat. Ia penasaran dengan perasaan Hyunjin sekarang. Apa pria itu telah belajar sesuatu dari pengalaman yang ia berikan.

"Hyung, jangan khawatir. Aku berjanji akan merawat hyung sampai pulih."

Pupil Hyunjin bergetar ketika iris mereka dipaksa bertemu. Ia tahu pasti jenis pandangan ini bukanlah pandangan penuh cinta seperti yang biasa Felix berikan, tetapi tatapan mengintimidasi yang menyiratkan siapa yang paling berkuasa sekarang ini.

TASTE - HYUNLIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang