Chapter 8 : Persona

718 98 7
                                    



Hyunjin mengerjapkan mata berkali-kali, menyesuaikan pupilnya dengan cahaya lampu yang menyorot ruangan remang itu.

Setelah Hyunjin memfokuskan penglihatannya, iris nya menangkap sosok Felix yang duduk berhadapan dengan nya. Menatapnya lurus dengan tatapan yang belum pernah Hyunjin lihat sebelumnya. Begitu dingin dan menusuk.

"Sayang, kau baik-baik saja?"
Hyunjin tidak bisa menyembunyikan luapan rasa senang nya. Ia ingin memeluk Felix dan menciuminya lekat namun saat Hyunjin bergerak ia baru menyadari jika tangan dan kakinya telah terikat erat pada sisi kursi.

"Lix, kenapa...?" Suara Hyunjin memelan. Ia memperhatikan semua ruangan dan baru menyadari jika ia berada di tempat yang sama saat di sekap tadi. Beberapa pria bertubuh kekar tampak berjaga jauh dari tempatnya mengawasi setiap pergerakan Hyunjin.

Felix bangkit dari duduknya. Ia berdiri di belakang Hyunjin seraya berbisik di telinga nya.

"Bagaimana? kau suka kejutan ku, Hyunjin-ssi?" Disusul oleh kekehan mengerikan yang spontan membuat Hyunjin meremang takut.

Hyunjin menggeleng, ia sungguh tidak mengerti apa yang terjadi. Begitu banyak pertanyaan yang menjejali benaknya. Bahkan sekarang Hyunjin merasa bahwa dirinya sedang bermimpi buruk, mungkin efek kurang tidur, banyak pikiran ataupun ia masih dalam pengaruh alkohol.

"Apa maksud nya ini?"

"Orang-orang hanya akan mengerti jika mereka belajar sesuatu". Felix menjeda kalimatnya, jemarinya meraba kulit wajah Hyunjin yang penuh memar.
"Aku sedang memikirkan cara yang ampuh untuk membuat mu belajar." Seringai menakutkan tercetak di bibir tipisnya.

"Hyung minta maaf soal kemarin. Hyung tidak berniat meninggalkan mu. Percayalah, itu hanya siasat hyung saja agar bisa keluar mencari bantuan. Bayangkan apa yang akan terjadi jika kita berdua berada di sana? Mereka bisa membunuh kita." Sahut Hyunjin membela diri.
Ayolah, siapapun yang berada di posisinya pasti akan melakukan hal serupa.

Iris Felix meredup, ia sedikit menundukkan kepalanya. "Aku tidak peduli jika itu artinya kita harus mati berdua." Gumamnya lebih ke dirinya sendiri.

Felix tidak ingin diselamatkan oleh siapapun karena ia sendiri mampu menyelamatkan dirinya. Ia sengaja tertangkap oleh mereka untuk menguji seberapa keras Hyunjin berjuang menyelamatkan nya. Felix berharap Hyunjin akan memprioritaskan dirinya diatas segalanya, namun ternyata Hyunjin lebih memilih menyelamatkan dirinya terlebih dahulu. Ekspetasi Felix hancur berkeping-keping, harapan yang ia bangun tinggi-tinggi terhempas ke dasar terdalam kekecewaan.

Hyunjin bergidik ngeri mendengarnya. Apakah romantisme Romeo dan Juliet yang membuat pria semurni Felix memikirkan hal semengerikan itu? Apa benar cintanya kepada Hyunjin telah membutakan logikanya?

Felix mendongakkan kepalanya menatap Hyunjin dalam. "Katakan, kebenaran apa saja yang ingin kau katakan. Tentang dirimu atau sesuatu yang mungkin saja bisa membuat aku sedikit berbelas kasihan pada mu."

Perlahan, Hyunjin mulai paham situasi nya. Karena itu ia memilih menuruti apa yang Felix perintahkan. Meskipun tidak mengerti apa alasan nya, namun Hyunjin tetap berceloteh mengatakan apapun yang ada di benaknya. Ia menuturkan semua tentang dirinya, mulai dari keluarga nya, sekolah nya, hobi nya dan perasaannya kepada Felix-tentu saja sebuah kebohongan-.

"...Felix, please. Mengerti lah. Hyung melakukan itu untuk melindungi mu. Melindungi kita berdua." Tutup Hyunjin setelah mengatur nafas karena se jam lalu ia berbicara tanpa jeda.

Tenggorokannya kering, namun Felix masih senantiasa menatapnya dengan ekspresi sama tanpa beranjak sedikitpun dari kursinya.

Felix menaikkan alisnya.
"Sudah selesai?" Tanya nya bosan.

TASTE - HYUNLIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang