"Hyung, ayo kita pulang."
Sosok dengan kacamata bulat itu berdiri di pintu kelasnya dengan senyum yang terlampau manis, menanti nya untuk pergi les bersama.Hyunjin membereskan buku-bukunya kemudian menyampirkan ransel di punggung nya.
"Ayo," ucapnya dengan senyum kecil namun enggan membalas tatap Felix. Tidak mau jika si kekasih membaca isi pikirannya soal ide yang ia dan Minju rencanakan."Hyung," Felix memegang tangan Hyunjin seraya menghentikan langkahnya. Mau tak mau Hyunjin berbalik dan beradu tatap dengan pria itu.
"Ini!" Felix menunjuk plester di pelipis Hyunjin lalu merapikan rambutnya yang basah.
Felix mengambil tisu di saku nya lalu mengelap pelipis Hyunjin, sementara Hyunjin terpaku di tempat. Ia masih belum terbiasa menerima perhatian Felix setelah semua yang terjadi.
Felix melirik kearah mata Hyunjin. Menelisik lebih dalam, menyusuri isi kepala pria itu. Mencari pertanda ganjil yang disembunyikan. Sedetik kemudian ia menemukannya, pria itu terlalu mudah untuk dibaca.
"Plester nya basah, harus diganti agar luka nya tidak infeksi."
Felix masih saja sibuk mengelap keringat Hyunjin, mengabaikan Hyunjin yang sedang dilema.Ia melepas plester di pelipis Hyunjin lalu mengambil plester lain nya dari dalam tas.
"Apa ini terlalu norak?" Tanya nya meminta pendapat Hyunjin. Sebenarnya Felix tahu jika Hyunjin tidak suka hal-hal berbau feminim dan lucu seperti itu, namun ia yakin Hyunjin tidak akan menolaknya.Hyunjin menggeleng, "tidak apa-apa. Itu lucu." Kekeh nya memandang warna pink yang mencolok dengan motif kelinci. Ia ingin menolak namun tidak bisa. Akhirnya Hyunjin hanya bisa tersenyum seraya menyembunyikan plester itu diantara helaian rambutnya yang mulai memanjang.
"Hyung, ada rencana akhir pekan nanti?" Felix memecahkan keheningan sedang tangannya sibuk memainkan ujung tali ranselnya.
"Menemani appa memancing, kau tahu kan, kami jarang punya kesempatan seperti itu." Tukas nya berbohong. Berharap Felix akan mengerti jika ia tidak bisa merampas waktu berharga ayah dan anak. Tentu saja Hyunjin tidak akan mengatakan ulang tahun Daehwi sebagai alasan sebenarnya.
Felix mengangguk. "Aku juga sudah punya rencana dengan teman ku. Sebenarnya aku ingin mengajak hyung pergi" Keluhnya lesu.
Hyunjin menyelipkan jarinya diantara jemari mungil Felix, berakting layaknya kekasih sungguhan. "Bagaimana jika malam nanti saja? Kita bisa pergi kemanapun yang kau suka."
Felix menggeleng. "Tidak bisa. Aku ada urusan di tempat lain, mungkin aku juga tidak bisa pulang malam ini. Tidak apa-apa kan aku meninggalkan hyung sendirian?"
"Tidak apa-apa, kita punya hari lain nya" tawar Hyunjin menyemangati.
"Atau mungkin tidak" batin nya senang.ia tidak tertarik Felix akan kemana atau pergi dengan siapa, karena yang ada di pikirannya sekarang adalah ini kesempatan nya untuk menjelajahi rumah pria itu lebih lanjut.
***
Kebenaran itu menyakitkan namun tidak semua orang siap menerima konsekuensinya. Begitu pula Hyunjin. Ia sangat ingin tahu apapun yang disembunyikan Felix darinya namun sayangnya ia tidak ingin melihat kebenaran menyakitkan. Sebenarnya dari awal ia sudah tahu, segala sesuatu tentang nya adalah permainan busuk yang Felix siapkan. Harusnya ia siap pula. Namun ia lupa mengukur diri. Mengukur seberapa kuat dirinya menahan semua ini.
Hyunjin tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Di tangan nya, ada setumpuk foto dirinya. Setiap lembar nya merekam langkah hidup Hyunjin secara detail, tanpa melewati apapun. Bahkan foto itu mengabadikan momen yang bahkan Hyunjin sendiri sudah tidak ingat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TASTE - HYUNLIX
RomanceFelix itu mangsa nya. Hyunjin menekankan itu. Ia bahkan berhasil membawa hoobae nya itu ke atas ranjang nya pada kencan pertama mereka. Felix yang polos, lugu dan siswa teladan di sekolahnya berhasil ia ubah menjadi murid yang berada di urutan perta...