Hyunjin tidak mendengarkan penjelasan guru Baek tentang ujian matematika yang akan diadakan minggu depan. Ia membiarkan guru tampan berkacamata bundar itu mengoceh perihal kisi-kisi dengan panjang lebar.
Pemandangan diluar jendela telah menyita fokus Hyunjin sepenuhnya. Ia mengamati siswa kelas XI yang sedang berolahraga. Lebih tepatnya mengawasi Felix yang sedang berlari kecil memutari lapangan bola.
Ketika bel tanda waktu istirahat berbunyi Hyunjin segera bergegas keluar dari kelas. Tujuannya hanya satu, menemui pemuda itu meminta kejelasan.
Di susul nya Felix yang sedang memasukkan bola ke dalam keranjang. Dengan tak sabaran ia segera meraih tangan Felix dan memintanya untuk mengikuti.
"Ada yang harus kita selesaikan. Tinggalkan bola sialan itu lalu ikut aku."Felix menyentak genggaman Hyunjin. Ia itu tampak kesal dengan cara Hyunjin tapi Hyunjin tidak peduli. Kesabarannya saat ini sangat tipis.
"Demi nama baik mu sebaiknya kau ikut aku." Titahnya mutlak.Maka, ketika Felix mengikutinya menuju atap sekolah, Hyunjin semakin yakin jika kecurigaannya benar. Ia yakin Felix menurutinya karena tidak ingin identitasnya Hyunjin bocorkan.
Ia menyeringai kecil, merasa mendapat cara untuk membalikkan keadaan."Minju menghilang karena kau kan? Apa yang kau lakukan padanya?" Hyunjin langsung bertanya pada intinya. Ia mengamati dengan cermat wajah sang dongsaeng. Berharap bisa menemukan jawaban yang ia harapkan.
Dibenarkan letak kacamatanya yang turun lalu menatap Hyunjin yang sedang menunggu jawaban.
"Minju? Ah.. anak kelas XIIC? Aku mengenal nya, dia juga bagian dari anggota OSIS. Memangnya apa yang terjadi padanya?" Raut keingintahuan di wajah polos itu palsu dan Hyunjin semakin muak melihatnya."Dia kemarin menghilang. Itu tepat saat dia mencari tahu tentang mu. Kau bisa berbohong pada siapapun tapi tidak padaku. Apa yang kau lakukan padanya? Apakah kau melakukan hal yang sama seperti padaku?"
Felix menatap Hyunjin dengan tenang, sangat tenang seolah-olah dia tidak mengkhawatirkan apapun.
"Aku?" Felix mengarahkan telunjuk pada dirinya. Ia menelengkan wajah lugas, mengangkat ujung bibirnya tak tertarik. "Apa hyung punya buktinya?""Lalu, selain kau siapa lagi?" Hyunjin menaikkan volume suaranya. Giginya bergemeletuk menahan amarah sedangkan genggaman nya pada kedua bahu Felix semakin mengerat. Ia tidak peduli jika saat ini ia sedang membentak Felix dengan keras.
"Setelah semua yang terjadi wajar saja aku menuduh mu!" Cecar nya kembali.Felix melepas rematan tangan Hyunjin di bahu nya. Ia memalingkan wajah. Pandangan nya menyapu seluruh area sekolah. Ketika matanya bertemu dengan sosok 2 orang yang ia ketahui adalah detektif polisi menunggu di depan pintu gerbang, Felix menyeringai lebar.
"Alih-alih mengancam ku, bukankah sebaiknya hyung mengkhawatirkan diri hyung sendiri. Lihatlah ke arah sana, aku rasa ada seseorang yang menunggu hyung."
Hyunjin mengikuti arah pandang Felix. Ada rasa takut yang menggerogoti nya ketika menatap 2 orang detektif yang ia kenal juga sedang melihat kearahnya. Ia takut jika semua kesalahan akan dilimpahkan padanya terlebih lagi jika Felix ikut andil menyudutkan nya.
"Jika mereka menginterogasi ku, aku pasti akan menyebutkan nama mu dan mengatakan yang sebenarnya pada mereka. Bukankah saat ini waktu yang tepat untuk mu mengaku."
Hyunjin terus memakai kartu yang salah sama seperti sebelumnya. Ia menyudutkan Felix, menakutinya seolah-olah telah menemukan kelemahan nya. Namun Felix selalu mampu membalikkan keadaan. Pemuda itu punya banyak hal yang harusnya membuat Hyunjin takut sekaligus tunduk padanya."Benarkah?" Felix tertawa keras sembari mengamati raut wajah marah Hyunjin. Mengejek sang sunbae yang mengancamnya dengan omong kosong.
"Aku menantikan itu. Tapi..." Felix merapikan kerah Hyunjin dan memandang sunbae nya dengan senyuman licik.
"Apa hyung bisa membuktikannya? Bukankah hyung adalah orang terakhir yang menemuinya? Aku rasa polisi itu telah menemukan bukti."
KAMU SEDANG MEMBACA
TASTE - HYUNLIX
RomanceFelix itu mangsa nya. Hyunjin menekankan itu. Ia bahkan berhasil membawa hoobae nya itu ke atas ranjang nya pada kencan pertama mereka. Felix yang polos, lugu dan siswa teladan di sekolahnya berhasil ia ubah menjadi murid yang berada di urutan perta...