02. Cemburu

78 7 0
                                    

"Kayaknya tebakan gue emang bener deh!" celetuk Dinda di tengah keduanya melahap bakso.

"Apaan? Lo ikut kuis?" sahut Rossa, menyuap sebutir bakso ke dalam mulutnya.

Dinda memutar bola mata. "Maksud gue, tebakan bahwa lo masih cinta Leo."

"Uhuk-uhuk!" Rossa tersedak. Sakit banget. Mana kuah baksonya pedes, sampai-sampai Rossa nangis. Buru-buru ia meminum es jeruknya. "Gila lo!"

"Tersedak berarti bener." sahut Dinda. "Biasanya di sinetron-sinetron kan gitu."

"Kebanyakan nonton sinetron!" cibir Rossa.

Dinda nggak menanggapinya. "Dan menurut gue, Leo juga masih cinta sama lo."

Rossa mendengus, malas. Hampir seluruh warga Pelita juga tau itu. Buat apa Dinda sombong ketika memaparkannya. Apa ia kira dirinya cenayang?

"Gue beneran penasaran deh. Kenapa sih lo nggak mau balikan sama Leo? Sampai sekarang dia masih gigih ngejar-ngejar lo."

Seingat Dinda, sejak kedua sejoli itu putus di semester kedua kelas X hingga saat ini keduanya akan memasuki semester pertama kelas XII, Leo terus berusaha agar bisa dekat lagi dengan Rossa. Tapi Rossa selalu cuek.

"Cowok bukan cuma dia."

"Tapi cuma dia cowok yang lo cinta."

"Gue nggak cinta dia, oke?"

"Terus kenapa tadi lo salaman bermenit-menit lamanya sama dia?" Rossa baru akan menjawab saat Dinda buru-buru menambahkan. "Jangan bilang itu Leo yang nggak ngelepas, karena jelas-jelas gue lihat elo pun nggak mau melepasnya."

Rossa tampak kesulitan bicara. Berkali ia membuka mulutnya, namun tak ada sepatah kata pun yang keluar. Hingga akhirnya ia berkata, "Kami udah selesai, nggak usah dibahas lagi."

Dinda menyeringai jail. "Kami?"

🌹🌹🌹

"Selamat ya, Leo. Lo mainnya keren banget!" puji seorang cewek berambut lurus sebahu, yang wajahnya bak model iklan pemutih wajah.

Leo tersenyum seraya menyambut uluran tangan cewek itu. "Thanks Kate."

"Katy makin hari makin cantik aja nih!" seru Dudi, rekan satu tim Leo.

Yang dipuji tersenyum dengan semburat merah di pipinya, membuat cowok-cowok anggota tim basket itu meleleh. Tidak termasuk yang barusan bersalaman dengan si cewek. Senyuman itu nggak mempan untuknya.

"Ee... Leo," kata Kate usai lepas dari ketersipuannya. "Nanti malam lo ada acara, nggak? Kita jalan, yuk!"

"Ehem-ehem."

"Terima, terima."

"Duh, kapan ya gue diajakin jalan juga sama bidadari?"

Dan beraneka celetukan lainnya tumpang tindih, susul-menyusul demi mendengar ajakan kencan Kate.

"Sorry ya, Kate, gimana kalo ngajak yang lain? Gue mau istirahat." jawab Leo tanpa basi-basi.

Senyuman Katy berangsur-angsur pudar, kecewa. Kenapa sih Leo selalu sulit diajak jalan bareng? Keluhnya dalam hati.

"Oh, gitu ya?" kata Kate akhirnya, dengan senyum terpaksa di wajahnya. "Ya udah deh, lain kali aja."

🌹🌹🌹

"Edan, edan... ini emang jaman edan! Cewek secantik Katy ditolak." celetuk Mario di tengah makan siang.

"Bijak berkata, seseorang baru terasa berharga setelah kita kehilangannya." sahut Kenny. "Kate naksir gue, baru tau rasa lo!"

Leo hanya tersenyum menanggapi ucapan keduanya.

"Elah, malah senyum!" tegur Mario.

Leo tertawa sejenak. "Ya, gue setuju sama Kenny." ucap Leo seraya mengangguk. "Seseorang baru terasa berharga setelah kita kehilangannya." lanjutnya seraya menatap ke satu titik.

Cowok-cowok di meja 14 itu mengikuti arah pandang Leo. Seketika mereka paham seseorang yang Leo maksud.

"OMG, kenapa omongan gue malah disalahartikan?" keluh Kenny dengan dramatis.

"Apa lo nggak berpikir untuk move on, Le?" tanya Andre.

"Enggak." jawab Leo dengan santai.

Tapi sebagian besar cowok-cowok di meja tersebut tidak tampak santai mendengarnya.

"Apa kurangnya Kate dibanding cewek itu?" tanya Rexy.

"Harusnya lo tanya, Rex." sahut Mario. "Apa lebihnya cewek itu dibanding Kate? Karena jelas-jelas Kate lebih cantik, lebih tajir, lebih populer, dan lebih segalanya."

Leo tidak menanggapinya. Lain dengannya, cowok-cowok di meja itu serempak mengangguk-angguk setuju. Kecuali Radian, atau yang lebih akrab disapa Rad.

"Lebih cuek." kata Rad. "Buktinya, cowok seganteng gue nggak dilirik."

Leo tertawa, lantas menepuk lengan cowok yang duduk di hadapannya tersebut. "Stay away, Bro!"

"Gue bisa stay away, tapi gimana dengan cowok itu?" sahut Rad, mengedikkan dagu ke titik tatapan Leo sebelumnya.

Leo menoleh. Seketika rahangnya mengeras dan jemarinya terkepal. Usai meneguk minuman, ia berlalu dari meja. Menghampiri cowok yang dimaksud Rad, yang tengah mengobrol dengan dua orang cewek di meja 6.

🌹🌹🌹

"Hai Beb." ujar Leo, mengecup sebelah pipi salah seorang cewek di meja 6. Berdiri di belakang kursi, seraya lengan kirinya merangkul leher si cewek. "Punya temen baru kok nggak dikenalin?"

Lawan bicara si cewek nampak terperangah, begitupun kedua cewek yang menghuni meja tersebut.

"Elo Leo yang barusan main di stadion kan?" kata cowok itu. "Rossa cewek lo?"

"Istri gue." jawab Leo. "Iya kan, Beb?" lanjutnya, mengecup sekilas hidung cewek dalam rangkulannya.

"Istri?" tanya cowok itu kebingungan.

"Lo apa-apaan sih, Le? Lepasin!" kata Rossa, tangan kanannya berusaha melepas rangkulan Leo.

"Kamu masih marah? Aku kan udah minta maaf, Sayang." sahut Leo. "Aku sama cewek itu nggak ada apa-apa. Jadi kamu nggak perlu manas-manasin aku dengan temen barumu ini."

Cowok yang dimaksud terperanjat. Tadinya ia memang menghampiri Rossa karena tertarik. Usai mengobrol beberapa waktu, ia merasa nyambung. Berpotensi untuk dijadikan gebetan. Namun siapa sangka cewek di sebelah kirinya ini sudah punya pacar. Leo pula pacarnya!

Siapa yang nggak kenal cowok itu? Most wanted SMA elite Pelita. Tau Rossa kekasih Leo, dia nggak akan dekat-dekat. Karena sudah jelas, levelnya jauh di bawah Leo. Dan apa katanya tadi? Rossa hanya ingin memanas-manasi Leo dengan bercakap-cakap dengannya? Jadi dia hanya dijadikan alat untuk membuat Leo cemburu? Keterlaluan!

"Sorry. Lo nggak bilang kalau udah punya cowok, Ros." katanya. "Kalau gitu gue permisi."

Dengan begitu ia berlalu meninggalkan meja 6.

"Puas lo?" Rossa menghempaskan lengan Leo yang melingkari lehernya dengan kesal.

"Untuk sekarang, ya." jawab Leo, tersenyum.

Usai memberikan tatapan permusuhan, Rossa pun berlalu bersama Dinda. Sudah kehilangan selera makan.

🌹🌹🌹

Rise with RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang