Bab 12

58 5 3
                                    

"Permisi,"

Hari ini mama lembur di kantor, sehingga tidak dapat menjemput Mawar. Akhirnya setelah berjalan seratus meter dari gerbang sekolah, ia menemukan sebuah halte bus. Tidak ramai, syukurlah, hanya ada seorang gadis duduk disana. Jadi Mawar berbasa-basi sebelum duduk di sebelahnya.

"Silakan," gadis itu menoleh seraya tersenyum. Lantas dengan dahi berkerut ia berkata, "Lo yang kemarin itu kan?"

Mawar tersenyum sembari duduk. "Iya, gue Mawar. Rossa naik bus juga?"

Gadis itu tersenyum, di tangannya terdapat sebuah novel. "Iya. Tiap hari gue naik bus."

Mawar mengangguk-angguk. "Gue baru kali ini sih. Soalnya mama nggak bisa jemput."

"Nggak dijemput sopir?" tanya Rossa.

Mawar menggeleng. "Nggak. Gue tinggal sama mama aja, berdua."

Rossa terdiam, menatapnya.

"Mama single parent." Mawar menambahkan.

Rossa mengangguk mengerti. Mawar tak ingin dikasihani sebagaimana orang-orang lainnya yang menatapnya prihatin usai tahu bahwa dirinya dibesarkan tanpa ayah. Namun kejutan, sebab Rossa tidak menunjukkan reaksi demikian. Gadis itu hanya tampak terkejut sesaat.

"Sejak kapan?" tanya Rossa.

"Waktu gue umur enam tahun, mama papa cerai." jawab Mawar. "Aku ikut mama. Papa sama keluarga barunya."

Keduanya terdiam, hanya saling bertatapan tanpa tahu mesti berkata apa.

"Kalau lo gimana?" tanya Mawar.

"Gue...." jawab Rossa. "Gue tinggal sendiri." lanjut Rossa, lalu tersenyum singkat.

"Sama pacar?" tanya Mawar, penasaran.

Rossa mengangkat kedua alisnya.

"Ah, itu, maksud gue.... Gue denger dari anak-anak, katanya lo tinggal sama pacar." Mawar menjelaskan.

"Ah!" sahut Rossa mengangguk-angguk. "Iya, sama pacar gue." katanya, lagi tersenyum singkat.

"Dia nggak jemput?" tanya Mawar.

"Dia pulang malem, jadi nggak bisa jemput." jawab Rossa.

Mawar menganggguk-angguk. Jadi gossip mengenai Rossa itu benar? Pikirnya.

"Kalian udah lama ya pacaran?" tanya Mawar.

"Emm... tiga semester." jawab Rossa.

"Mama papa demokratis ya?" tanya Mawar.

Rossa mengernyit. "Maksudnya?"

"Ah, maksud gue," balas Mawar. "Mama nggak bakal ngijinin gue untuk tinggal sama pacar. Tapi ortu lo lebih ngebebasin."

"Oh...." Rossa mengangguk mengerti. "Gue udah nggak punya orang tua." jawab Rossa santai seraya mengedikkan bahunya.

Mawar tertegun untuk sesaat. Jadi Rossa yatim piatu? Nggak lebih beruntung daripada dirinya? "Sorry ya, Ros, gue nggak bermaksud--"

Rossa tertawa sejenak, menepuk lengannya pelan. "Nggak apa-apa."

"Sejak kapan kalau boleh tahu?" tanya Mawar tak enak hati.

"Hemm...," kepala Rossa menengadah, memandangi langit biru di atas mereka, nampak sedang mengingat-ingat. "Waktu gue kelas delapan SMP, bapak meninggal."

"Ibu?" tanya Mawar.

"Pergi dari sejak gue bayi." jawab Rossa.

"Terus lo tinggal sendiri sejak saat itu?" tanya Mawar.

Rise with RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang