04. Rose

77 11 0
                                    

️🔞 Mature Content!

Leon!

Leo membuka matanya yang terpejam seraya terngiang ucapan Rossa tadi siang. Tubuhnya berbaring di ranjang king size dengan bed cover hitam, di ruangan gelap yang hanya diterangi cahaya rembulan yang masuk melalui dinding kaca di samping kanannya.

Seusai latihan basket bersama rekan-rekan satu timnya, Leo memutuskan untuk pulang ke apartemen yang jarang ia singgahi. Dulu ia sempat lama tinggal disini. Namun sekarang suasananya tak lagi sehangat yang ia ingat.

Leo mengusap sayang sisi kanan ranjangnya yang kosong. Dulu disana berbaring seorang cewek yang ia peluk dalam tidurnya. Dulu disana berbaring seorang cewek yang membangunkannya setiap subuh tiba. Dulu disana berbaring seorang cewek yang berangkat dan pulang sekolah bersamanya. Dulu disana berbaring seorang cewek yang... Ya Tuhan, Leo sungguh merindukannya!

Leo bangkit duduk, menekuk kakinya. Mengubur wajah serta menjambak rambutnya dengan kedua tangan. Ini salahnya, gara-gara dia cewek itu meninggalkan apartemen ini untuk selama-lamanya.

🌹🌹🌹

Flashback

Leo mengecupi wajah cewek yang berbaring di bawahnya. Meski dua kali sudah ia mencapai klimaks, namun little leo masih menuntut pelepasan. Sayang, lawan mainnya malah terus-menerus menggeliat gelisah. Dan saat keduanya menyatu, si cewek memutuskan untuk merusak suasana.

"Leon, udah. Aku capek." katanya.

Tak ambil pusing, Leo tetap bergerak menikmati penyatuan mereka.

"Leon, aku capek." kata si cewek lagi.

Benar-benar komentar yang nggak penting, pikir Leo. Kenapa dia nggak mendesah, mengerang, atau menjerit saja? Dengan begitu Leo akan semakin menikmati penyatuan mereka.

"Leon!" jerit cewek itu.

Mau tak mau Leo menjawabnya juga, meski dengan malas, "Apa sih, Sayang? Ahh... kamu enak banget, Rose. Oh, fuck!"

"Leon--" sahut si cewek, terputus oleh desahannya sendiri.

Leo tersenyum miring. Nah, begitu kan lebih enak didengar, daripada ocehan tak bermutu seperti sebelumnya!

"Leon, cukup."

Cukup? Yang benar saja, ia bahkan belum mencapai klimaksnya.

"Leon,"

"Oh, shut up, Rose!"

Kesal omongannya tak kunjung digubris, Rossa membalik posisi mereka hingga kini ia yang berada di atas. Cewek itu bergerak naik-turun dengan cepat. Leo tertawa, tau persis bahwa Rossa sedang marah padanya.

"Oh yes, Sexy." katanya, seraya mengusap pinggang Rossa.

"Arghhh," Rossa mengerang kesal. "Kenapa kamu nggak keluar-keluar sih!"

Sekali lagi Leo tertawa. Rossa terlihat lemas usai baru saja mencapai klimaksnya, namun masih memaksakan diri untuk terus bergerak.

"Just let me, Babe." katanya.

"No! Kamu nggak akan selesai-selesai." sahut Rossa keras kepala.

Leo menyeringai. Terserah saja, toh ia nggak rugi. Ia menikmati gerakan Rossa yang agresif. Jarang-jarang ia bisa menyaksikannya.

"Shit! When you will come, Le?" kata Rossa putus asa. Rasanya ia nyaris mati tak lama lagi.

Leo didera iba jua melihat perjuangan cewek itu demi menyenangkan hatinya. Maka ia ulurkan kedua tangan untuk menarik Rossa ke dalam pelukan. Mencumbui bibir manisnya, yang entah sampai kapan bisa ia nikmati.

Hubungannya dengan perempuan tak pernah bertahan lama. Sebuah keajaiban Leo bisa membersamai Rossa selama dua tahun terakhir. Ya, baiklah, ia harus adil. Hubungannya dengan Rossa jauh lebih intim bila dibandingkan dengan hubungannya bersama pacar-pacarnya sebelumnya.

"Oh, shit!" umpat Leo mengiringi klimaksnya.

Sedang lawan mainnya telah roboh tanpa daya di atas tubuhnya. Terpaksa, Leo harus menuntaskan klimaksnya dengan menggerakkan naik-turun cewek itu, selayaknya boneka.

"Ah.... You feel so good, Rose." gumamnya disamping telinga Rossa, mengakhiri klimaksnya.

Setelah hening beberapa saat, hanya menyisakan nafas keduanya yang terengah-engah bersahutan, Rossa pun bangkit dari atas ranjang, berjalan menuju kamar mandi.

Meski begitu Leo tetap bertanya, "Mau kemana?"

"Mandi." sahut Rossa, menutup pintu hingga berdebam.

Merasa tak ada lagi yang bisa ia lakukan di atas ranjang, Leo pun bangkit, menyusul Rossa ke kamar mandi. Sesampainya di dalam, ia menemukan cewek itu tengah mengguyur tubuh di bawah shower, menggoda untuk dipeluk.

"No more, Leon!" geram Rossa, kala little leo kembali beraksi.

Well, bukan salah Leo jika miliknya begitu cepat terbangun! Ia masih muda, jelas saja gairahnya mudah tersulut. Kalau nggak, ia malah harus khawatir, jangan-jangan menderita impoten. Ya, nggak?

Rossa menumpukan kedua tangannya ke dinding kaca. Membuat Leo menyeringai puas, seperti biasa, cewek itu nggak pernah bisa menolaknya. Leo pun kembali menikmati surga dunia.

Oh, shit! Jangan salahkan Leo jika menjelma jadi maniak seperti ini. Ini semua gara-gara Rossa juga, yang tiba-tiba masuk ke dalam hidupnya dan menawarkan permainan baru bernama seks.

Sebelum bertemu dengannya, Leo cowok yang manis. Dia memang beberapa kali berganti pacar, namanya juga anak muda, ya nggak? Wajar dong gonta-ganti pacar. Apalagi kalau anak muda itu berparas tampan, berduit banyak, bermobil keren, jago olahraga pula! Yah, kayak Leo gini lah. Cewek mana sih yang nggak jatuh cinta? Sekalipun mereka tau bahwa dirinya hanya akan berakhir patah hati, tetap saja menjatuhkan diri ke dalam dekapan Leo.

Iya deh, Leo ngaku, dia memang playboy. Tapi serius, seplayboy-playboynya Leo, dia nggak pernah sampai ngerusak anak orang seperti yang Rossa lakukan padanya.

"Shit, Rose, kamu enak banget." erang Leo.

Tak ada sahutan dari cewek itu. Sedikit membuat Leo kesal, tapi nggak apa-apa, selama Rossa masih ada disini untuk memuaskan hasratnya.

🌹🌹🌹

Rise with RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang