07. Triple S

80 7 0
                                    

Leo terbangun oleh dering ponselnya. Dengan mata setengah tertutup, ia meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas.

"Halo?"

"...."

"Iya, gue kesana."

"...."

"Hem. Bye." kata Leo, mengakhiri percakapan.

"Siapa?"

Leo menoleh ke sebelah kanannya, rupanya ia telah membangunkan Rossa. Ia pun mengembalikan ponsel ke atas nakas. Lantas tangan kirinya bergerak mengusap rambut dan telinga gadis itu.

"Rad. Ngingetin aku untuk nggak telat datang ke rumahnya." jawab Leo.

"Emangnya ada acara apa di rumah Rad?" tanya Rossa penasaran.

"Cuma ngerjain tugas kelompok."

"Kenapa nggak besok pagi? Kan masih sempat ngingetin di sekolah."

"Err, sebenernya tugas kelompoknya malam ini jam sepuluh."

"Kenapa malam-malam? Tumben."

"Iya, soalnya dia lagi sibuk banget. Cuma bisa malam ini. Nggak apa-apa kan kalo aku tinggal malam ini?"

"Pulang jam berapa?"

"Jam dua."

Rossa terdiam sejenak. "Oke. Hati-hati di jalan."

Leo tersenyum, mengecup dahi cewek itu sebelum kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

🌹🌹🌹

"Yoo, Bro! Lama nggak kelihatan." sapa cowok pertama yang berhighfive dengan Leo, setibanya ia di night club.

Leo tersenyum miring sebagai balasan, dengan ringan ia berkata, "Sibuk." Lantas meneruskan langkah, berhighfive dengan satu persatu cowok yang duduk di sofa separuh lingkaran itu.

Cowok yang pertama kali menyambutnya menggeleng-gelengkan kepala, "Sok sibuk anak ini sekarang! Mentang-mentang populer."

"Jangan ngomong sembarangan," sahut salah seorang diantara mereka. "Ditendang dari sekolah, mampus! Dia kan cucu yang punya sekolah."

"Nggak takut, gue." sahut cowok pertama.

"Jelas lah, lo kan bukan anak Pelita." cibir Anton.

Si cowok pertama tertawa. Empat orang dari mereka adalah murid SMA Pelita, sedang sisanya murid SMA lain. Ia sendiri sekolah di SMA Nusantara.

"Gue kira udah insyaf, lo!" kata Raja, senior kelas tiga yang sudah seperti pemimpin kelompok mereka. "Masih doyan alkohol juga?"

"Nggak apa-apa tuh lo langsung minum rum?" tanya Rad, tau persis bahwa tubuh Leo steril dari minuman keras dalam jangka waktu yang lama.

"Bosen minum susu bininya kali, Rad! Sekali-kali pengen nyicipin miras." celetuk Alvon, kakak kelas mereka di Pelita.

Cowok-cowok itu menyambutnya dengan tawa, namun Leo tak menghiraukan mereka, melainkan mulai menyesap minuman di gelasnya. Shit! Leo mengernyit. Sekian lama puasa alkohol, begitu minum rasanya nggak enak banget. Mungkin Rad bener, harusnya ia mulai dari dosis yang rendah, bir misalnya. Tapi dia butuh mabuk malam ini, untuk sekedar melupakan masalahnya sejenak. Brengsek, kenapa Rossa harus hamil sih! Gerutunya dalam hati seraya mengisi kembali gelas yang sudah kosong di tangannya.

"Jadi gossip itu bener?" kata Banyu. "Lo jatuh cinta? Hahaha. Leo si playboy kampret akhirnya kena karmanya. Gimana rasanya?"

Leo mendengus usai menyesap sedikit minuman di gelasnya. "Lebih kampret mana sama Banyu Biru yang hobinya ngerusak primadona sekolah?"

Banyu tertawa, turut menyesap minumannya. "Mereka udah rusak dari sononya kali, Le."

"Ya kali mereka lepas perawan sendiri!" sahut Anton, memutar bola matanya.

Banyu hanya tertawa menanggapinya. Dasar cowok sinting! Batin mereka semua yang duduk disana.

Tiga cewek berpakaian sexy hadir di tengah mereka, salah satunya menghampiri Radian dan langsung menjatuhkan diri di pangkuannya.

"Turun yuk, Hon!" kata si cewek seraya mengalungkan kedua lengan di lehernya.

Radian tak langsung menjawab, ia malah melirik ke samping kirinya. Ke tempat dimana Leo menyesap minumannya dengan tekun.

"Ngapain lo ngeliatin gue?" kata Leo tanpa mengalihkan pandangannya dari hiruk pikuk lantai dansa. "Gue nggak merasa jadi pacar lo, jadi lo nggak perlu ijin dari gue untuk dansa sama orang lain." katanya, disambut tawa oleh teman-temannya.

"Titip si kampret ini, ya!" kata Radian kepada teman-temannya, lantas menuju lantai dansa seraya menggandeng cewek yang menghampirinya tadi.

"Mereka udah jadian, ya?"

"Minggu lalu katanya."

Leo tak berkomentar. Kesadarannya sudah mulai menurun, seiring dengan makin banyaknya alkohol yang masuk ke dalam tubuhnya. Namun ia mengerti satu hal, Rad sudah jadian dengan cewek cinta pertamanya. Cih, jijik banget cinta pertama! Batin Leo, geli sendiri dengan pemikirannya. Menurutnya, yang tepat adalah cinta monyet. Cocok buat si monyet radian, haha. Batinnya puas.

"Turun yuk, Le!"

Rupanya Leo terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri tentang Rad sehingga tak menyadari bahwa seorang cewek sudah duduk di pangkuannya sambil melingkarkan tangan ke leher. Dengan memicingkan mata, ia berusaha mengamati wajah cewek di hadapannya. Dan seketika Leo tersenyum begitu merasa menemukan jawabannya.

"Baby, kamu kok disini?" tanya Leo seraya menaruh gelasnya ke atas meja. Kedua tangannya berpindah ke pinggang Rossa.

"Turun yuk! Lagunya bagus." ajak Rossa sekali lagi.

"Kemanapun yang kamu mau, Babe." sahut Leo tersenyum.

🌹🌹🌹

Leo terjaga dari tidurnya dengan kepala nyaris pecah. Buru-buru ia menuang air putih dari dalam teko ke dalam gelas kosong untuk diminum. Setelah menghabiskan tiga gelas air, kepalanya masih nyaris pecah namun ia merasa lebih baik.

Ia mengamati ke sekitar tempatnya duduk sekarang. Tampaknya ia berada di sebuah kamar hotel, sedang duduk di ranjangnya yang empuk. Dengan seorang cewek cantik berbaring di sebelah kirinya, yang dapat ia pastikan bahwa tubuh di balik selimut itu tanpa busana, sebagaimana dirinya. Double shit! Umpat Leo dalam hati.

Perlahan ia bangkit dari ranjang, memungut boxernya yang tergeletak menyedihkan di lantai. Usai mengenakannya, ia berjalan menuju meja di ruang tamu. Menelan obat yang akan membantunya meredakan rasa sakit yang menghantam kepala.

Sambil duduk di sofa dan menunggu obatnya bekerja, ia mengingat-ingat kembali bagaimana dirinya dapat berakhir di tempat ini. Leo ingat saat kesadarannya mulai menurun, pandangannya kabur akibat minuman beralkohol tinggi yang ditelannya bergelas-gelas. Dalam ketaksadaran itu Rossa masuk ke pangkuannya. Lalu ia mengikuti ajakan cewek itu untuk berdansa, namun belum juga mereka sampai di dance floor, tubuhnya sempoyongan hingga nyaris terjatuh kalau saja Rossa tak menopangnya. Maka, alih-alih ke lantai dansa, Rossa membawanya ke hotel terdekat. Lantas berakhir di kamar ini.

Leo ingat, Rossa memberinya minum karena ia mengeluh kehausan. Sebelum kemudian ia beralih menikmati tubuh cewek itu. Ya, ia ingat benar bahwa cewek yang bergumul dengannya semalaman di ranjang adalah Rossa. Ia bahkan membuat cewek itu menangis saat melepas keperawanannya, lantas mendesah puas saat berkali-kali memperoleh klimaks. Tunggu, sepertinya ada yang salah disini! Leo mengernyit, apa yang---oh, triple shit! Leo meremas rambutnya kuat. Rossa jelas sudah nggak perawan lagi. Dan itu menjelaskan mengapa bukan dirinya yang kini tertidur di ranjang tersebut, melainkan cewek lain.

🌹🌹🌹

Rise with RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang