06. Aborsi

73 4 0
                                    

Sebuah tepukan bersarang di bahu Radian, ketika ia tengah membaca buku sewaktu istirahat dalam kelas. Cowok itu pun menoleh dan mendapati wajah Anton disana.

"Rad, ntar malem clubbing, yuk!" ajak kakak kelasnya itu.

"Boleh aja." jawab Radian singkat, sebelum kembali mempelajari buku di tangannya.

"Jam 10, jangan sampai telat!" kata Anton.

Radian mengangkat jempolnya sebagai jawaban, tanpa mengalihkan pandang sedikit pun dari bukunya.

"Gue ikut!" sahut Leo, yang sedari tadi duduk diam di sebelahnya.

Baik Radian maupun Anton, serempak menoleh ketika mendengar ucapan tersebut. Leo sudah lama absen datang ke club, kenapa sekarang tiba-tiba ia ingin bergabung kembali?

"Bukannya lo udah insyaf?" tanya Anton, menyuarakan isi pikiran Radian.

"Gue nggak pernah ngomong gitu." jawab Leo.

Anton berpikir sejenak, menimbang-nimbang.

"Okelah, jangan telat ya!" katanya, lantas berlalu dari ruang kelas.

"Kenapa?" tanya Leo, yang merasa risih diamati terus-menerus oleh Radian.

"Cewek lo gimana?" sahut Radian.

Leo mendengus, membuang muka. "Nggak ada urusannya sama dia."

"Lagi berantem?" tanya Rad penasaran.

Leo melirik teman sebangkunya itu sekilas, menimbang-nimbang perlu tidaknya ia membeberkan masalahnya.

Ia putuskan untuk menjawab, "Rossa hamil."

"Hah?" Radian menyahut dengan wajah bodoh.

Jika dalam situasi normal, Leo pasti sudah tertawa melihat ekspresi tersebut.

"Rossa hamil." ulang Leo. "Dan gue bingung sekarang, mesti gimana." lanjutnya.

"Oh," sahut Radian. "Jadi Rossa hamil?" sambungnya pelan.

Leo tak menyahut, pandangannya lurus ke depan, pada papan tulis putih yang entah apa menariknya hingga ia terus menatap kesana.

"Kok bisa? Emangnya lo nggak pake kondom?" tanya Radian.

Leo meliriknya sekilas, lantas mendengus sebagai jawaban. "Ya kali gue harus bolak-balik make kondom tiap hari!"

"Ya, emang nggak praktis sih." sahut Radian. "Rossa nggak---"

"Dia lupa minum pil." sahut Leo memotong pertanyaan Rad.

"Ohhh...." gumam Rad seraya mengangguk-angguk. "Terus rencana lo apa?"

Leo menggeleng, meraup wajahnya frustasi. "Nggak tau, Rad. Yang jelas gue nggak mau punya anak!"

Radian mengangkat kedua alisnya. "Anak lo udah ada, Le. Baik lo mau ataupun enggak."

"Thanks, Rad! Dukungan lo berarti banget buat gue." sindir Leo seraya tersenyum kecut.

Radian tertawa geli sekaligus prihatin. Ia menepuk pundak sahabatnya itu dua kali.

"Rossa bilang apa?" tanyanya.

"Dia nyalahin gue." sahut Leo, masih merasa kesal mengingat pertengkarannya dengan Rossa tadi pagi. "Dia bilang, salah gue kalau dia sampai hamil. Dia bilang, harusnya gue pake kondom."

Radian mengangguk-angguk. "Ya, lo emang salah sih."

Leo melirik Rad jengkel, membuat sahabatnya itu kembali tertawa.

"Terus rencana lo apa?" tanya Rad lagi.

"Pertanyaan nggak bermutu, Rad. Nggak usah diulang-ulang!"

"Hahaha. Lo bisa kalut juga, ya, ternyata. Hebat si Rossa!"

Rise with RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang