03. Happy Birthday, Rose

770 55 0
                                    


Rossa terbangun dengan pegal di sekujur kakinya. Sofa di ruang tamu tak cukup panjang sehingga semalam ia tidur dengan kaki ditekuk. Tak apa, paling tidak bantalannya empuk, hiburnya dalam hati.

Lalu ia memulai aktivitas di pagi hari. Menyiapkan sarapan untuknya dan seorang pria yang masih tertidur di kamar. Samar-samar Rossa ingat pria itu pulang pukul dua atau tiga dini hari. Ia tak berkomentar apa-apa ketika pria itu membangunkannya. Meski dilihatnya kemeja si pria tak lagi rapi, tak berdasi, dengan rambut yang sama berantakan.

Selesai menyiapkan sarapan, ia menuju kamar untuk mengambil seragam di dalam lemari. Matanya sempat mengerling pemandangan di atas ranjang, pria itu masih tertidur nyenyak disana. Buru-buru ia masuk ke kamar mandi.

🌹🌹🌹

"Pagi Ros! Mau kemana kita?" sapa Dinda begitu Rossa membukakan pintu untuknya.

Yang disambut Rossa dengan sedikit ternganga. "Ke sekolah lah, kemana lagi."

"Betul!" sorak Dinda. "Ayo, katakan peta!"

Rossa berbalik sembari memutar bola mata. Beranjak masuk ke dalam, meninggalkan Dinda yang berdiri di ambang pintu.

"Ayo Rossa, katakan peta, katakan peta!" Dinda berseru, kembali menirukan aksi kartun Dora The Explorer.

Rossa meraih tas dari atas meja ruang tamu,....

"Rossa, katakan peta! Katakan peta!"

... mengabaikan teriakan-teriakan Dinda.

"Rossa, katakan peta, katakan―"

Dinda terdiam, ketika Rossa baru separuh jalan menuju pintu keluar. Seorang pria baru saja muncul dari dalam kamar tidur.

"Lo udah bikin sarapan?" kata pria itu.

"Ada di dapur." jawab Rossa, melanjutkan langkah yang sebelumnya sempat terhenti.

"Bikin apa lo?"

Dinda masih berdiri mematung, mengamati pria yang berjalan menyeberangi ruangan.

"Roti bakar." sahut Rossa sambil lalu. "Yuk, Din!" katanya, menepuk lengan Dinda.

"Eh, iya. Yuk!" sahut Dinda.

Bersama-sama keduanya meninggalkan apartemen.

🌹🌹🌹

"Kita nggak salah masuk sekolah kan?" celetuk Dinda, begitu turun dari mobil.

Usai mendorong pintu hingga menutup, Rossa mendapati taburan kelopak mawar menutupi lantai halaman. Seolah semalam telah terjadi hujan mawar merah di sekolah mereka. Ia menyampirkan tas ke atas bahu, berjalan lurus menuju kelas.

"Tanggal berapa sih sekarang? Bukan 14 Februari kan?" kata Dinda, berjalan di sebelah Rossa. Matanya masih mengedarkan pandang kagum ke segenap penjuru.

"Hari apa sih sekarang?" kembali Dinda berkata.

Rossa tak menyahutnya. Memilih diam sembari terus melangkah. Walau ia punya dugaan mengenai kelopak-kelopak mawar yang bertaburan dimana-mana itu.

"Ros, lo kok diem aja sih?" tanya Dinda, bete dikacangin.

"Buruan, bentar lagi bel!" sahut Rossa.

🌹🌹🌹

Tapi Dinda bukan satu-satunya orang yang keheranan di sekolah ini. Begitu mereka tiba di halaman tengah untuk melaksanakan upacara bendera, siswa-siswi bahkan guru-guru nampak sibuk membahas kemunculan ajaib kelopak-kelopak mawar di sekolah mereka. Kebisingan itu baru berakhir ketika guru yang bertugas meminta mereka untuk tenang, karena upacara akan segera dimulai. Meski tentu saja, bisik-bisik tentangnya masih terdengar disana-sini.

Rise with RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang