Rise with Rose 21

32 5 1
                                    

Ting!

Membayangkanmu sambil berendam air hangat, ditemani sebotol wine.

Rossa memutar bola matanya usai membaca pesan yang barusan masuk ke hapenya. Dasar cowok pamer, cibirnya dalam hati.

Memilih untuk mengabaikan pesan tersebut, Rossa kembali mengerjakan laporan praktikum kimia.

Ting!

Di tangan kananku segelas wine. Dan di tangan kiriku, little leo minta dibelai-belai.

Rossa ternganga membaca pesan tersebut. Tahu benar apa yang dimaksudkan oleh si pengirim. Dengan cepat ia mengetikkan balasan:

Cabul!

Leo terkekeh membaca balasan singkat yang masuk ke hapenya.

Tangan kiriku mengetik balasan buat chatmu. Little leo meronta-ronta diabaikan. Babe, will you come to make me come?

Ting! Leo menerima balasan:

You wish!

Leo dapat membayangkan betapa kesalnya cewek itu sekarang. Maka dengan cepat ia mengirimkan balasan:

Yes, I wish to come with you, Baby.

Rossa melotot mendapati jawaban tersebut.

I'm not! Go away, you and your little! Send.

Balasannya datang tak lama kemudian.

Yes, we want to go to your holy grail.

Lalu balasan untuk Leo datang beberapa detik kemudian.

Sinting!

Leo terbahak. Menerror Rossa akan menjadi kegiatan favoritnya mulai sekarang.

🌹🌹🌹

Ting!

Rossa menggeram usai membaca inbox. Ia mengunyah sosis bakar, makan siangnya, sambil mengutuk Leo dalam hati.

"Lo kenapa Ros, kayak kesel gitu?" heran Dinda.

"Mending nggak usah tanya!" jawabnya.

Dinda meraih HP sahabatnya yang tergeletak di atas meja, membaca pesan terakhir yang masuk disana, "Enakan mana, sosis kantin atau sosisku?"

Dinda mengernyit. Di layar tertulis nama pengirim The Devil. Namun di sampingnya terdapat foto cowok ganteng yang nggak mungkin salah ia kenali sebagai Leo.

Matanya lalu mengedarkan pandang ke sekeliling kantin. Dan disanalah cowok itu berada, nampak menatap lurus ke arahnya, atau lebih tepatnya Rossa. Ada kilat jenaka di mata cowok itu, berbanding terbalik dengan kilat amarah di mata Rossa.

"Apakah pesan ini memang bermakna sama seperti yang gue tangkap?" tanya Dinda. "Dan apakah ini benar-benar ditulis oleh Leo?"

"Menurut lo gimana?" sahut Rossa, masih memandang tajam ke arah Leo.

"Gue tidak menyangka Leo sedewasa ini." jawab Dinda, membuat Rossa melirik tajam ke arahnya.

"Cabul kali maksud lo!" sahut Rossa tak senang.

Dinda hanya meringis sebagai jawaban.

🌹🌹🌹

Drrttt

Hai Beb, lagi pelajaran apa?

Rossa mengabaikan pesan tersebut. Memilih untuk menyimak penjelasan guru Biologi di depan kelas.

Drrttt

Kok diread doang?

Rossa memutar bola matanya.

Drrttt

Disini lagi pelajaran Ekonomi.

Bodo amat! Batin Rossa.

Drrttt

Menurutmu, gimana kalau aku tanya ke guru, sistem ekonomi apa yang cocok untuk rumah tangga kita nanti?

Gombal! Batin Rossa.

Drrttt

Nggak jadi deh. Yang pegang duit kan kamu. Aku percayakan pada hatimu.

Rossa mengetikkan balasan.

Nggak penting. Send.

Drrttt

Iya, yang penting istriku kamu.

Rossa mendengus. Memilih untuk mengabaikan pesan tersebut.

🌹🌹🌹

Ting!

Rossa meraih handphone dari dalam laci, ia lupa mengubahnya ke dalam mode silent. Sempat terdengar kasak-kusuk di kelas karena kegaduhan yang ditimbulkannya, beruntung suasana berhasil kembali ditenangkan oleh bu Nita, guru bahasa Indonesia. Lagipula, siapa orang yang mengiriminya pesan di saat KBM tengah berlangsung? Rossa mendengus begitu melihat nama si pengirim: The Devil. Bunyinya? Tentu saja nggak penting seperti biasa!

Nanti aku latihan basket. Kamu datang kan, Yang?

Yang? Yang benar saja, Rossa bahkan bukan kekasihnya lagi! Sambil memperhatikan penjelasan guru di depan, ia mengetikkan pesan balasan.

The answer is NO, and I'm not your Yang.

Puas mengirimkan pesannya, Rossa kembali menyimak pengajaran di depan kelas. Ada hal-hal yang perlu ia catat di buku tulisnya sekarang. Tak lama kemudian, kembali layar hp-nya menyala, pertanda chat masuk.

Why not and why not?

Rossa mengetikan balasan:

Your own business and we have done.

Setelahnya layar tersebut tak lagi menyala, bahkan hingga beberapa kali Rossa meliriknya. Penasaran, ia pun sengaja memeriksa gawainya, barangkali telah melewatkan chat dari Leo. Namun memang benar, tak ada balasan lagi dari cowok tersebut. Dan Rossa merasa kehilangan. Mungkin harusnya ia tak berkata sedemikian kejam pada Leo?

🌹🌹🌹

Leo baru saja menyelesaikan latihan basketnya. Ia mengusap keringat dengan handuk, ketika matanya menangkap sebotol minuman berwarna coklat itu. Ia meraihnya, merasa terkejut dalam hati pasalnya Rossa jelas-jelas telah menolak untuk datang. Tak urung ia tersenyum memandangi botol di tangannya. Bahkan mengabaikan Katy yang terus-menerus mengajaknya bicara entah apa. Matanya mencari-cari keberadaan Rossa di sekitar, namun tak berhasil ia temukan. Mungkin Rossa sudah pulang? Pikirnya. Tak apa. Leo memutar tutup botol, lantas meneguk susu coklatnya.

🌹🌹🌹

The Devil: tebak, aku lagi apa?

Rose: ntah

The Devil: playing moba

Rose: oh

The Devil: wanna come and join with me?

Rose: no

The Devil: or should I join with you?

Rose: of course not

The Devil: then, what should I do?

Rose: just go away

Rossa melirik layar smartphone di depannya, masih gelap, belum ada balasan lagi dari Leo. Ia meletakkan pulpen di atas meja, meraih smartphone dan menyalakan layarnya. Namun tetap saja, tak ada pesan baru di laman chatnya.

Ia pandangi benda persegi itu lama, sebelum akhirnya meletakkannya dan melanjutkan mengerjakan PR Bahasa Indonesia.

🌹🌹🌹

Terima kasih sudah membaca cerita ini. Jangan lupa vote dan comment untuk menunjukkan dukungan kamu 🌟

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rise with RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang