Leo membaringkan tubuh Rossa yang tanpa daya ke atas ranjang. Tadi ia harus menggendong cewek itu dari kamar mandi, karena bahkan nggak sanggup untuk berjalan. Dasar payah! Harusnya dia menuruti nasehat Leo untuk berolahraga teratur, bukannya menghabiskan waktu untuk belajar dan membaca buku saja.
"Kamu mau pakai underwear warna apa?" tanya Leo seraya memilah-milah isi laci.
Namun Rossa tak merespons.
"Merah aja gimana? Kelihatannya sexy." katanya, sambil membayangkan benda di tangannya melekat di tubuh Rossa.
Namun sekali lagi, Rossa nggak meresponsnya.
Sambil berdecak, Leo berjalan mendekati ranjang. Ia memakaikan underwear berikut seragam sekolah ke tubuh Rossa. Lalu mengenakan pakaiannya sendiri. Setelah beres, kembali ia membopong Rossa ke ruang makan, mendudukkannya di salah satu kursi.
"Makan roti aja nggak apa-apa kan? Repot kalau harus beli di luar." kata Leo seraya mengoles selai coklat ke atas roti tawar.
Rossa hanya diam melihatnya, dengan kepala tergeletak di atas meja. Tangannya terulur ketika Leo menyajikan segelas susu ke hadapannya. Ia juga memakan roti selai tanpa protes. Biasanya sih cewek itu yang masak untuk mereka berdua, tapi entah kenapa hari ini ia lemah banget. Sampai-sampai Leo harus menggendongnya pula ke dalam mobil.
"Kamu kenapa sih, aneh banget? Nggak biasanya lemas kayak gitu." ujar Leo, menyuarakan keheranannya.
Rossa yang sedari tadi menatap ke luar jendela itu menoleh, tatapan keduanya sempat bertemu sebelum Leo kembali melihat ke depan karena sedang menyetir. "Capek. Aku udah bilang kan tadi."
Leo meliriknya sekilas. "Capek? Emang kita ngapain? Kita cuma have sex kayak biasanya, Rose."
Namun Rossa membuang muka. Terlihat nggak lagi ingin menyahut omongannya. Mata cewek itu malah sibuk mengawasi pepohonan di pinggir jalan. Cih, gue dicuekin!
Walau begitu, Leo nggak tega juga melihat Rossa tampak nggak berdaya di sampingnya. Jangan-jangan Rose bener-bener sakit, pikirnya. Sehingga Leo memutar kemudi ke kiri menuju rumah sakit. Yah mumpung masih pagi, masih ada waktu sebelum sekolah dimulai.
🌹🌹🌹
"Hamil?" kata Leo, kaget.
Berita yang disampaikan ibu-ibu berjas putih di hadapannya ini bagaikan petir di pagi hari. Gimana bisa Rossa hamil? Rossa nggak mungkin hamil!
"Tolong periksa sekali lagi, Dok. Nggak mungkin pacar saya hamil. Mungkin cuma maag-nya yang kambuh." kata Leo pada perempuan di hadapannya, lantas menoleh pada Rossa yang duduk di sebelah kirinya. "Iya kan, Rose? Nggak mungkin kamu hamil kan? Kamu kan rutin minum pil KB."
Namun tak ada jawaban seperti yang diharapkannya. Alih-alih, Leo mendapati wajah terkejut cewek itu. Ya okay lah, Leo pun terkejut mendengar diagnosa ngawur dokter yang duduk di depan mereka.
Ibu dokter menggeleng. "Tidak salah lagi, nona Rossa hamil." sahutnya keras kepala. "Sebaiknya kalian telepon orang tua masing-masing, untuk mengabarkan hal ini. Agar bisa segera dicari solusi terbaik bagi permasalahan kalian."
Apa? Menelepon orang tua? Bisa-bisa Leo dipenggal oleh maminya! Tak ingin lebih jauh mendengar nasehat nggak bermutu dari sang dokter, Leo pun menggandeng Rossa keluar dari ruang periksa.
"Dokter sinting! Nggak mungkin lah kamu hamil, kamu kan rutin minum pil KB, iya kan Rose?" gerutu Leo, sesampainya mereka di dalam mobil. "Kita periksain kamu ke rumah sakit lain aja, yang paling bagus, sepulang sekolah."
"Nggak perlu." sahut Rossa, lirih.
Leo menunda niatnya untuk melajukan mobil demi mendengar sahutan tersebut.
"Ya?" balas Leo.
"Kemanapun kita periksa, hasilnya akan sama." kata Rossa, menatap jemari dua tangannya yang saling bertautan, dengan ekspresi ketakutan. "Aku hamil, Le." lanjutnya, menoleh.
Leo terdiam sejenak. "Kamu percaya sama omongan bullshit dokter itu?"
Rossa menggeleng. "Dia nggak bullshit! Aku beneran hamil, Le."
"Kamu nggak mungkin hamil, Rose. Kamu kan minum pil KB."
"Aku nggak minum pil itu, Le!" jerit Rossa putus asa, membuat Leo terdiam seketika mendengarnya.
"Apa kamu bilang?" kata Leo, lepas dari keterkejutan.
"Aku nggak minum pil KB." kata Rossa, mulai berurai air mata.
"Gimana bisa kamu nggak minum pil KB? Aku minta kamu minum pil itu, Rose!" ujar Leo sedikit lebih keras.
"Aku tau." sahut Rossa lirih, rasa bersalah memenuhi dadanya. "Aku lupa, Le. Pilnya habis tiga minggu lalu, aku belum sempat beli lagi."
"Lupa?" murka Leo. "Lupanya kamu itu tumbuh jadi anak sekarang, Rose!"
"Aku tahu. Maafin aku." sahut Rossa, dengan kedua tangan menjambak rambut panjangnya.
"Ya, ini emang salah kamu, Rose." kata Leo tanpa perasaan. "Kalau aja kamu nggak malas pergi ke apotek.... Kamu bahkan bisa minta tolong ke aku buat beli kan Rose? Terus sekarang gimana? Aku nggak mau punya anak!"
"Terus kamu kira aku mau?" sahut Rossa kesal.
"Kalau nggak mau, harusnya kamu minum pil itu, Rose!" sahut Leo, membalas teriakan Rossa dengan tak kalah kerasnya.
"Kamu kenapa nyalahin aku terus sih, Le? Ini semua gara-gara kamu juga kan? Kalau aja kamu mau pakai pengaman, aku nggak akan hamil."
"Oh, sekarang kamu nyalahin aku? Padahal kamu sendiri yang lalai minum pil."
"Kalau aja kamu pakai kondom kan, Le?"
"Kamu tau persis kenapa aku nggak mau pakai itu." sahut Leo.
Masa ia harus bolak-balik memasang kondom dalam sehari. Yang benar saja! Gerutu Leo dalam hati.
"Iya, kamu emang egois! Aku yang kamu suruh minum pil, kamu mau enaknya aja. Padahal kamu tahu pil itu bikin kering rahimku." balas Rossa.
Leo mencibir. "Rahim kering mana yang bisa hamil?"
Rossa pun mulai memukulinya. "Kamu emang brengsek, Le!"
🌹🌹🌹

KAMU SEDANG MEMBACA
Rise with Rose
RomantizmAda pasangan mantan yang selalu jadi bahan gossip di sekolah baru Mawar. Namanya Leo dan Rossa. Leo sang bintang lapangan. Dan Rossa si cewek bayaran. Pelacur, begitulah Katy mempopulerkan nama Rossa di SMA elite Pelita. Gadis itu tinggal seatap de...